BAB 134 MEMALUKAN DI DEPAN UMUM
“Pengunjung yang datang hari ini berpakaian sangat mewah dan elegan, delapan reporter dari empat stasiun TV dan delapan surat kabar meliput pameran ini secara komprehensif, suasana gemerlapnya tak kalah dari upacara penghargaan.”
“Wu Yuxuan benar-benar tak menyangka pengaruh An Yan begitu besar. Dia merasa seperti memeluk 'kaki emas' dalam keadaan linglung... eh, dua malah!”
“Karena tidak tahu hari ini adalah pameran gaun pengantin studio An Yan, Wu Yuxuan tidak membawa kamera. Dia hanya mengandalkan ponsel untuk memfoto semua desain gaun favoritnya.”
“Wu Yuxuan mengamati dengan serius setiap desain gaun yang memukau. Saat tak sengaja hendak menyentuh, petugas pameran tersenyum mengingatkan: 'Maaf, karya di pameran ini tidak boleh disentuh.'”
“Oh, maaf ya.”
“Tangan Wu Yuxuan baru saja ditarik dengan canggung ketika terdengar ejekan: 'Kampungan mana ngerti selera!'”
“Wu Yuxuan menoleh dan mengerutkan kening melihat Ma Jiajia. Benarlah pepatah 'musuh selalu bertemu', kenapa di mana-mana ketemu.”
“Wu Yuxuan tak ingin berinteraksi lebih dengan Ma Jiajia. Daripada nanti rugi, dia memilih pergi.”
Kaki Ma Jiajia sangat panjang, hanya beberapa langkah saja sudah menghalangi jalan Wu Yuxuan. Riasan wajahnya yang sempurna menampilkan senyum sinis: "Kenapa tidak sopan seperti ini? Melihat kenalan tidak tahu menyapa?"
Wu Yuxuan menyapu pandangannya diam-diam ke Ma Jiajia, menyadari riasan hari ini lebih indah dibanding malam itu. Pakaian yang dikenakannya sangat mewah, terutama perhiasan lengkap yang berkilauan menyilaukan mata.
Ma Jiajia tidak menunjukkan ekspresi ramah pada Wu Yuxuan. Dengan nada merendahkan dia berkata: "Aku akui aku ini kampungan tidak mengerti selera. Kalau begitu, nona Jiajia, coba jelaskan selera Anda?"
Soal selera, Ma Jiajia merasa lebih unggul dari Wu Yuxuan. Seketika dia seperti membuka kotak harta kata, berapi-api membahas mulai dari tata krama dasar hingga karya gaun pengantin beserta makna filosofis setiap desainnya, memuji-muji kesempurnaan gaun karya An Yan.
Gayanya Ma Jiajia yang seperti sedang memamerkan harta karun itu menarik perhatian banyak orang. Para penonton yang penasaran berkerumun mendengarkan, membuatnya semakin besar kepala.
Orang-orang yang menonton sering mengangguk setuju, sangat menyetujui pernyataan Ma Jiajia. Melihat hal ini, dia langsung merasa puas seolah-olah telah menginjak-injak Wu Yuxuan hingga ke debu, "Lihat? Wu Yuxuan, orang bodoh sepertimu yang tidak mengerti karya Bu An tidak akan pernah pahami makna apa yang ingin disampaikan Bu An saat mendesain gaun pengantin!"
Dalam konfrontasi sebelumnya dengan Wu Yuxuan, Ma Jiajia sering dirugikan diam-diam karena berbagai faktor. Kini dengan memuji karya gaun pengantin An Yan, dia berhasil membalikkan keadaan. Rasa bangganya terpancar jelas, bahkan tak tahan menunjukkan senyum manisnya ke penonton.
Meski dalam posisi lemah, Wu Yuxuan tetap tegak tanpa menunjukkan rasa takut. Ini justru membuatnya jengkel, kenapa Ma Jiajia selalu ingin bersaing dengannya.
Ketika Wu Yuxuan dan Ma Jiajia tampak buntu, tiba-tiba tepuk tangan terdengar dari kerumunan. Penonton memalingkan pandangan ke sumber suara - An Ruoqin, keponakan An Yan yang juga Nyonya Besar Keluarga Lin.
Penonton segera membuka jalan untuk An Ruoqin. Sudah menjadi rahasia umum bahwa An Yan sangat menyayangi keponakannya ini, tidak hanya mewariskan semua ilmunya, tapi juga berencana menyerahkan studio An Yan kepada An Ruoqin sepeninggalnya karena tidak memiliki keturunan.
An Ruoqin berhenti berdiri di antara Wu Yuxuan dan Ma Jiajia, memandang ke arah Ma Jiajia, "Tak disangka Nona Jiajia yang berlatar belakang model ternama begitu memahami karya gaun pengantin bibi saya."
Ma Jiajia merasa sangat bangga, namun sebagai orang yang lama berkecimpung di dunia hiburan, dia tahu bagaimana bersikap sesuai situasi. Dengan kehadiran semua stasiun TV dan wartawan hari ini, sambil berharap mendapat endorsement dari An Yan Studio, dia tersenyum sopan, "Karya Ibu An memang sangat memukau, saya hanya memahami permukaannya saja."
An Ruoqin sangat puas dengan kerendahan hati Ma Jiajia. Matanya beralih ke set gaun pengantin terdekat, "Nona Jiajia, maukah Anda memberikan penilaian tentang karya bibi saya ini?"
"Ini..." Ma Jiajia langsung kebingungan. Uraiannya sebelumnya adalah hasil hafalan semalam dari pencarian komputer. Ketika diminta menganalisis satu karya spesifik, lidahnya yang awalnya fasih mendadak kelu.
An Ruoqin menangkap seluruh kebingungan Ma Jiajia. Senyum tipis mengembang di bibirnya - benar-benar badut yang suka pamer, paling benci tipe orang seperti ini!
An Ruoqin sudah memutuskan untuk mempermalukan Jiajia di depan umum sebagai hukuman atas keinginan Jiajia menunjukkan diri tadi, karena itu dia tidak memberikan banyak waktu untuk berpikir dan segera memberikan kesempatan yang sama kepada Wu Yuxuan yang berdiri di samping, "Kamu yang jawab, bagaimana pendapatmu tentang karya gaun pengantin tanteku ini?"
Senyum Wu Yuxuan tipis namun elegan, tanpa sedikit pun terlihat gugup, "Nyonya Lin, ini bukan..."
"Tunggu!" Jiajia dengan sangat tidak sopan menyela ucapan Wu Yuxuan. Baru saja dia berhasil meredam momentum wanita brengsek ini, sama sekali tidak boleh memberinya kesempatan bangkit lagi. Dengan terpaksa, dia memilih beberapa ciri umum dari ucapannya sebelumnya untuk menyelesaikan kesan tentang karya gaun pengantin ini.
Meskipun agak berisiko, untungnya tepat sasaran. Setelah Jiajia menyampaikan kesannya, banyak penonton yang mengangguk setuju. Melihat ekspresi An Ruoqin juga tidak terlalu buruk, Jiajia diam-diam menghela napas lega.
Sebaliknya, senyum sinis mengembang di bibir Wu Yuxuan, seluruh aura tubuhnya memancarkan kesombongan tak tersentuh yang sepenuhnya mengungguli Jiajia.
An Ruoqin melemparkan pertanyaan ke Wu Yuxuan, "Sekarang, giliranmu bicara."
Wu Yuxuan membuka bibirnya, mengucapkan kata demi kata dengan jelas: "Nyonya Lin, ini bukan karya Guru An."
“Setelah kata-katanya, kerumunan penonton bergumam. Senyum sombong Ma Jiajia membeku di bibirnya, seolah ditampar keras dua kali, sangat memalukan. Tapi karena belum mendapat jawaban dari An Ruoqin, dia menuding dengan jari dan berkata marah, "Wu Yuxuan, jangan asal bicara! Bagaimana mungkin ini bukan karya Guru An? Kamu yang tidak mengerti apa-apa jangan sembarangan berkomentar!"
