BAB 138 Rencana An Ruoqin
Wu Yuxuan membuka komentar fans di Weibo Ma Jiajia—hampir semua mendukung dan bersumpah akan mengidentifikasi "si bajingan" dalam foto meski butuh waktu lama.
Wu 'Si Jalang' memandangi fans Ma Jiajia yang emosional, benar-benar... kehilangan kata-kata.
Tapi insiden ini hanyalah strategi marketing Ma Jiajia untuk membangun citra baik. Diskusi akan mereda dalam beberapa hari, dan tidak ada dampak langsung pada Wu Yuxuan. Dia pun tak merasa dirugikan.
Selama dua hari berturut-turut, Wu Yuxuan tekun belajar di Studio An Yan. Inspirasi dari mimpinya perlahan terwujud melalui goresan kuas di malam hari.
Setelah membuat model dasar, Wu Yuxuan menunjukkan sketsa inspirasinya kepada An Yan untuk meminta bimbingan.
"Yang tidak disangka Wu Yuxuan, An Yan sangat memuji sampel inspirasi desainnya dan mengusulkan karya gaun pengantin ini sebagai karya final kompetisi, yang diperkirakan akan mendapat respons bagus."
Wu Yuxuan tak bisa tidak menghela nafas, benar-benar seorang master. Mulutnyapun sudah bicara tentang final, padahal dirinya bahkan belum lolos seleksi awal perusahaan. Masih belum jelas apakah bisa mewakili perusahaan di final, mengingat di perusahaan masih ada saingan kuat seperti Ketua grup Han Lin.
Saat Wu Yuxuan kembali ke Shuiyun Jian, dari kejauhan sudah terlihat sosok familiar berdiri di depan pintu. Baru setelah mendekat, ia menyadari itu Lin Ci yang sudah lama tak berjumpa.
"Lin Er Shao, kenapa kamu datang?" Wu Yuxuan terkejut.
"Kebetulan lewat, jadi mampir menjengukmu." Lin Ci menyederhanakan fakta bahwa ia telah menunggu tiga jam di luar Shuiyun Jian, lalu bertanya: "Kudengar sekarang kamu magang di studio An Yan. Bagaimana, sudah terbiasa?"
"Sudah, mereka semua baik padaku. Kakak iparmu juga ada di sana."
Ekspresi Lin Ci tiba-tiba tegang. "Dia tidak menyusahkanmu?"
"Kenapa dia harus menyusahkan aku?" Wu Yuxuan segera menangkap perubahan ekspresi anehnya. Tapi setelah pertanyaan ini, Lin Ci cepat menyembunyikan ketegangannya. Wu Yuxuan memilih tidak mengejar: "Dia sangat baik padaku, banyak merawat dan mengajarkanku."
"Benarkah?" Ekspresi Lin Ci datar.
Angin yang tiba-tiba bertiup menerbangkan rambut panjang Wu Yuxuan, helaian rambutnya menyentak matanya hingga terasa perih. Lin Ci lebih dulu menyibakkan rambut yang menempel di sudut matanya.
Gerakan tak terduga Lin Ci ini membuatnya agak canggung. Mengucapkan terima kasih seolah terlalu berlebihan untuk gerakan sederhananya, akhirnya dia pura-pura tidak terjadi.
Lin Ci bertanya, "Sudah makan? Aku ajak kamu makan."
"Tidak perlu, nenekku sudah masak di rumah. Aku harus pulang dulu."
"Kalau begitu... lain kali saja." Lin Ci kecewa berat.
"Ya, aku masuk dulu."
"Baik."
Lin Ci bukanlah pria polos yang baru jatuh cinta. Pengalamannya yang luas di dunia percintaan memberinya kesadaran: wanita yang berbalik badan tanpa ragu ini sama sekali tak punya rasa romantis padanya.
Penolakan Wu Yuxuan seharusnya tak berarti apa-apa bagi pria yang dikelilingi banyak wanita. Tapi mengapa hatinya sakit? Ia sendiri tak tahu sejak kapan mulai memperhatikan gerak-gerik wanita ini, bahkan sampai merekayasa skenario "pahlawan menyelamatkan gadis" yang konyol demi bisa mendekatinya.
Pandangan Lin Ci terus mengikuti langkah Wu Yuxuan yang menjauh. Angin menerpa rambut pendek di dahinya, mengusik kesepian yang telah bersemayam sepanjang hidupnya.
Adegan percakapan Lin Ci dan Wu Yuxuan di Shuiyun Jian ini membeku dalam bidikan kamera, berubah menjadi serangkaian foto yang muncul di tangan An Ruoqin.
Ekspresi penuh kasih yang ditangkap dalam foto tersebut adalah sesuatu yang belum pernah dilihat An Ruoqin dari Lin Ci sebelumnya. Entah itu di hadapannya sendiri atau Ma Jiajia, ia selalu tampak dingin dan angkuh, seolah tak peduli pada siapa pun. Namun, di balik tatapannya pada Wu Yuxuan, An Ruoqin justru menangkap percikan api yang membara.
Mata An Ruoqin membeku. Ia menatap tajam sosok wanita yang berdiri sangat dekat dengan Lin Ci dalam foto itu. Selama ini ia mengira hanya Ma Jiajia yang berada di sisi Lin Ci, tak disangka ada pula Wu Yuxuan!!
Baru sekarang An Ruoqin tersadar: Pada malam pameran karya maestro itu, keakraban Lin Ci dengan Ma Jiajia yang sengaja dipertontonkannya di hadapannya ternyata adalah taktik untuk menjadikan Ma Jiajia sebagai tameng pelindung Wu Yuxuan!
Bodoh, sungguh terlalu bodoh!
An Ruoqin teringat hari peragaan gaun pengantin di studio tantenya. Saat itu dengan naif ia malah membantu Wu Yuxuan – rival terbesarnya dalam merebut hati Lin Ci.
Senyum mencemooh mengering di bibir An Ruoqin, berubah menjadi dingin. Kuku jemari runcingnya menusuk-nusuk wajah Wu Yuxuan dalam foto.
Siapapun yang mendekati Lin Ci, harus minggat!
Lin Ci adalah miliknya. Hanya miliknya.
Setelah lama termenung, An Ruoqin menyimpan kembali senyum berbahayanya. Ia menelepon asisten An Yan dan berkata dengan nada tak terbantahkan: "Studio tidak akan merekrut Ma Jiajia. Apapun caranya, selundupkan dia ke MiYin Wedding Planner."
“Ini...” Asisten merasa sulit: “Nona An, ini mungkin agak sulit, studio sudah hampir selesai bernegosiasi dengan Ma Jiajia, tinggal menandatangani kontrak saja.”
“Bukankah belum ditandatangani? Lakukan saja seperti yang kuperintahkan, aku yang akan bertanggung jawab pada tante.”
“Baiklah...”
An Ruoqin menutup telepon, merasa sangat puas dengan rencananya. Bukankah Ma Jiajia menganggap Wu Yuxuan sebagai musuh terbesar? Maka dia akan memberikan kesempatan ini pada Ma Jiajia.
Biarlah kedua perempuan itu saling mencakar seperti anjing sampai sama-sama terluka, sementara dia bisa mengambil keuntungan tanpa usaha!
Tanpa sepengetahuannya, Wu Yuxuan telah menjadi musuh utama An Ruoqin. Saat kembali ke An Yan Studio, dia merasakan sikap An Ruoqin yang tiba-tiba kehilangan keramahan seperti kemarin.
Perubahan sikap An Ruoqin ini membuat Wu Yuxuan merasa sangat bingung dan tidak nyaman...
Dalam ketidaknyamanan ini, Wu Yuxuan kembali melewati sehari. Menjelang pulang setelah kelas, dia menerima telepon Su Nanfeng yang mengabarkan kedatangannya besok pukul sembilan pagi.
Padahal Su Nanfeng hanya pergi selama seminggu, tapi bagi Wu Yuxuan rasanya seperti setahun.
Pria brengsek, akhirnya mau pulang juga...
***
Khawatir Wu Yuxuan tidak menjemputnya, Su Nanfeng sudah menyuruh Lao Wang mengantar mobil ke Shuiyun Jian untuk menunggunya sejak pagi.
Setelah dihubungi lebih dari sepuluh kali oleh Lao Wang melalui "panggilan mematikan beruntun", akhirnya Wu Yuxuan selesai bersiap dan dengan santai naik ke kursi belakang mobil.
Wu Yuxuan tiba di bandara sekitar pukul setengah sembilan, berdiri menunggu di samping lorong bandara.
Sekitar pukul setengah sepuluh, Wu Yuxuan melihat Su Nanfeng mendorong koper keluar dari lorong. Saat melihat sosoknya, matanya tiba-tiba berkaca-kaca dan ingin menangis.
Pada saat ini, semua kerinduannya padanya terobati, hatinya dipenuhi rasa kepuasan yang tak terkira.
Lao Wang mengambil koper dan berjalan keluar. Su Nanfeng langsung memeluk tubuh Wu Yuxuan, dengan lembut mengusap punggungnya.
