BAB 139 SUHU MOBIL MENINGKAT
Wu Yuxuan yang meringkuk dalam pelukan Su Nanfeng, kembali mencium aroma khasnya, mendengar detak jantungnya yang kuat, hatinya tak pernah sesunyi ini sebelumnya.
Tangan Su Nanfeng memeluk pinggang Wu Yuxuan saat mereka keluar bandara dan naik mobil menuju rumah.
"Apa sangat merindukanku?" Jari Su Nanfeng menyelip di antara jemarinya, menggenggam erat. Akhirnya ia bertemu dengan si manis yang dirindukannya selama berhari-hari.
Wu Yuxuan malu melihat Lao Wang yang sedang menyetir di depan, mencoba melepaskan genggaman tangan Su Nanfeng, "Bisa tidak bahas ini nanti saja, pulang dulu."
Melihat pipinya yang memerah karena malu, Su Nanfeng langsung ingin memanjakannya dengan kasar. Benar-benar siluman kecil yang menyiksa!
Cuaca mulai sedikit dingin saat ini, namun Wu Yuxuan masih mengenakan rok. Berbeda dengan gaun panjang yang biasa dia kenakan sebelumnya, hari ini dia memakai setelan rok dengan kaus putih di bagian atas dan rok sepanjang lutut di bagian bawah, memperlihatkan kaki putihnya yang ramping dari bawah lutut yang tidak tertutupi rok.
Pandangan Su Nanfeng menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya mulai dari anting-anting seksi di cuping telinganya yang montok, tak melewatkan tulang selangka, payudara, hingga pinggang ramping yang seakan bisa digenggam. Tangannya yang semula menggenggam jemarinya kini beralih ke pahanya, mengelus-elus melalui kain rok.
Wu Yuxuan menampar punggung tangan nakalnya, berkata dengan geram: "Su Nanfeng, jangan macam-macam!"
"Aku sedang serius. Mana ada yang tidak sopan?" Su Nanfeng mulai berlagak tak tahu malu.
Kenyataannya, saat pria ini mulai bertingkah, dia sama sekali tak berdaya. Yang awalnya hanya mengelus pahanya melalui kain rok, kini tangan itu malah menyusup ke dalam rok, dengan leluasa mengacau di balik lipatan kain. Matanya terus melirik sopir Lao Wang di depan, khawatir ketahuan. Tak berani berteriak atau melawan keras, tubuhnya hanya merosot pelan di jok mobil hingga punggungnya menempel di kaca jendela - tak ada lagi tempat untuk mengungsi.
"Su Nanfeng, kamu!!" Sorot mata Wu Yuxuan menyala-nyala berusaha menghentikan ulah keterlaluannya.
Su Nanfeng seolah tidak sengaja mendekati Wu Yuxuan, mengamati semua perlawanan yang dilakukannya. Pandangannya tertuju pada payudaranya yang indah, bulat dan montok. Bayangan sensasi lembut saat menggenggamnya membuat hatinya dipenuhi kegelisahan yang sulit ditahan.
Memanfaatkan guncangan mobil di jalan, Su Nanfeng meningkatkan intensitas gesekan tubuhnya. Meski terhalang kain, dia bisa merasakan suhu tubuhnya yang mulai naik. Napasnya menjadi tersengal-sengal, darah mengalir deras ke satu titik hingga membuatnya sakit karena tegang.
Su Nanfeng tak bisa menahan diri lagi. Kedua tangannya meraih pinggang ramping Wu Yuxuan dan mengangkat seluruh tubuhnya ke pangkuannya.
Gerakan ini membuat bokong kenyal Wu Yuxuan bersentuhan intim dengan Xiao Susu. Tekanan ringan dan berat yang bergantian menyentuh Xiao Susu, gesekan tak disengaja dari gerakan tubuhnya telah memulai permainan godaan.
Rok tipis Wu Yuxuan tidak bisa menyembunyikan sensasi - meski terhalang roknya dan celananya, dia tetap bisa merasakan Xiao Susu yang tegak berdiri di selangkangan Su Nanfeng terus menggesek celah bokongnya...
Su Nanfeng merangkul lembut pinggang ramping Wu Yuxuan yang lentik, mencegahnya kabur. Tangannya menyusup masuk di bawah baju dan meraba kulit halus di pinggangnya.
“Su Nanfeng, jangan... Lao Wang...” Wu Yuxuan menggigit bibirnya separuh sengaja menahan suara mengingatkan pria nakal yang sedang mengganggunya.
Tangan Su Nanfeng terangkat, menarik penutup untuk memblokir pandangan Wu Yuxuan ke Lao Wang, sekaligus menghalangi pandangan Lao Wang melalui kaca spion.
“Sekarang, kamu tidak perlu khawatir, ya?” Ucapnya sambil segera menggigit cuping tanya sensitif Wu Yuxuan, membuat tubuhnya gemetar. Lekuk dalam bokongnya langsung menekan benda keras, membuat hatinya kalut dan jantungnya berdebar kencang.
“Su Nanfeng, jangan... jangan seperti ini...”
“Jangan seperti apa? Katakan padaku...”
“Wuuwuu...!” Wu Yuxuan hampir menangis. Dia benar-benar dibuat gila oleh Su Nanfeng. Tangannya yang menempel di pinggang rampingnya masih tak mau diam, sesekali mencubit kulitnya hingga merinding.
Su Nanfeng jelas belum puas dengan kontak ini. Tangannya perlahan merayap ke bawah, jemari membuka karet elastis gaunnya dan menyusup masuk. Sejari menempel di sumber peach blossom-nya, telapak tangan menggesek-gesek area tersebut.
Wu Yuxuan tidak tahan dengan godaan terang-terangan Su Nanfeng, tubuhnya merosot ke belakang karena rangsangan dan bersandar di bahunya, bibir mungilnya berteriak: "Su... jangan..."
"Sayang!"
Mengikuti tubuh Wu Yuxuan yang merosot ke belakang, ia menggigit bahunya, tangan lainnya menekan payudaranya yang menjulang.
"Su Nanfeng!" Tubuh Wu Yuxuan menggeliat ingin bangkit, gerakan bokongnya yang menggesek Xiao Susu memperberat napasnya.
Xiao Susu yang tegak menggesek sumber peach blossom di balik gaun, dia mendesah dengan muka memerah-merah, masih bisa merasakan panas Xiao Susu-nya meski terhalang kain.
Wu Yuxuan mencoba melepas tangan Su Nanfeng yang mencengkeram pinggangnya, "Su Nanfeng, jangan di mobil..."
Apalagi sopir Lao Wang di depan, meski tak bisa melihat pasti mendengar suara mereka.
Sungguh tak mengerti kenapa pria bejat ini selalu memilih tempat terbuka.
"Sayang, aku merindukanmu seminggu penuh." Suara Su Nanfeng parau dan berat.
“Jangan lanjutkan... terlalu memalukan...” Wu Yuxuan tersipu malu, menunduk melihat telapak tangan besar yang sedang meremas-remas payudara montok Salju Berkilau-nya di balik kaosnya, sentuhan itu membuat tubuhnya gemetar ringan, mulutnya menganga terengah-engah.
Su Nanfeng dengan satu tangan meremas bola salju di dadanya, tangan lain mengelus-elus lembut paha putihnya secara berulang, sensasi samar itu membuatnya tak kuasa menahan aliran air musim semi yang membasahi celana dalamnya, suara rintihan samar terdengar dari mulutnya.
Tangan Su Nanfeng terus merayap ke bagian dalam, jemarinya menyentuh celah di pangkal paha, gerakan terang-terangan yang memperlihatkan niat buruknya.
“Jangan... hentikan...”
Suara Wu Yuxuan terdengar lemas tak berdaya, bagi Su Nanfeng itu bukan penolakan melainkan godaan. Ia terus mengusap meski ada perlawanan, bahkan sengaja menggambar lingkaran dengan jari di atas celana dalam yang menyelimuti celah itu, membelai bagian tersensitif sambil merasakan kelembaban air asmaranya.
Dari bibir mungil Wu Yuxuan terdengar desahan mendesah menggoda.
