Bab 140 Siang Hari Ada Orang
"Jari-jari Su Nanfeng yang awalnya menutupi bola salju Wu Yuxuan mulai melengkung, menyusuri tepi bra-nya dan masuk ke dalam. Jarinya dengan tepat menemukan puncak merah muda di bola salju itu, memijit dan meremas buah merah kecil miliknya."
"Di bawah gosokan jari Su Nanfeng, puncak merah muda Wu Yuxuan perlahan mulai mengeras."
"Ah... jangan..."
"Suara yang keluar dari mulut Wu Yuxuan jelas menjadi dorongan baginya. Su Nanfeng semakin menggila menyerang puncak merah muda itu. Dalam geliatannya, rambut panjangnya setengah menutupi wajah ayunya. Pipi putih saljunya memerah, gelora malu-malu musim semi yang tak terbendung menambah pesona godaannya."
"Sayang, kau tak merindukanku?"
"Tidak, aku tidak..."
"Aku akan memeriksamu..."
"Sambil berkata demikian, jari Su Nanfeng di paha dalam Wu Yuxuan membuka kain yang membungkusnya. Jarinya langsung menyelam ke padang rumput subur-nya, merasakan gelora nafsu perempuan itu tanpa sekat."
"Jari Su Nanfeng jelas merasakan kelembapan itu. Bibirnya melengkung,"Penipu kecil, mulai tidak jujur lagi. Katakan, harus kuberi hukuman apa?"
"Brengsek!"
"Su Nanfeng tersenyum nakal,"Rupanya kau ingin aku menjadi brengsek padamu."
"Bukan... ah!"
"Jari Su Nanfeng membelah padang rumput, langsung menyerang Mutiara Giok-nya. Ujung jari kasar itu menekan dan memutar Mutiara Giok, membangkitkan gelora nafsunya."
Dengan gerakan tangannya, detak jantung Wu Yuxuan semakin cepat. Ekspresi paniknya menyiratkan sedikit rasa malu, mata jernihnya yang penuh pesawa memancarkan rayuan halus. Tubuh gioknya lemas bersandar di dadanya tak bisa bergerak.
Jari-jari Su Nanfeng membelai Mutiara Giok, sambil berbisik lembut di telinganya dengan senyuman: "Gadis baik, reaksimu memberitahuku bahwa kau sangat menyukai perlakuan ini."
Saat Su Nanfeng mengucapkan ini, mulutnya kebetulan berada di dekat telinganya. Embusan napas hangatnya menyentuh liang telinga, membuat hatinya gemetar tak karuan.
Wu Yuxuan berbisik malu-malu: "Kumohon... cepat ambil tanganmu..." Terengah-engah, tubuh mungilnya gemetar lemah. Area paha mulai basah, rasa gatal yang menusuk membangkitkan gejolak dalam dirinya.
Rangsangan ambigu menguar dalam ruang sempit mobil.
Jari Su Nanfeng itu menyusup masuk mengikuti aliran musim semi yang membasahi.
"Ah..." Erotanan lemah meluncur dari bibir Wu Yuxuan. Kepalanya terangkat sedikit, bagian belakang kepala kebetulan menekan bibirnya.
Su Nanfeng melepas Salju Berkilau di dadanya, memutar kepala gadis itu dan menyatukan bibir mereka. Saat bibir mungilnya menyentuh bibir pria itu, kepuasan tak terkatakan membanjiri hatinya.
Bibirnya masih sama lembut dan hangat, tak tertahankan lagi, lidahku menyapu dan mencium bibirnya, membuka celah di antara kedua bibirnya, menyentuh ujung lidahnya yang manis. Satu per satu ciuman menggulung, menjelajahi rongga mulutnya. Jari-jariku di liang madunya langsung disiram air panas, membasahi jemariku.
Saat jarinya menarik keluar, tetesan air musim semi yang hangat ikut terbawa. Rasa stimulasi yang terlalu kuat membuat pikirannya kosong sesaat.
Su Nanfeng sedikit mengangkat bokongnya yang menempel erat pada Si Kecil Susu, menarik resleting yang pendek, membebaskan Si Kecil Susu yang sudah tertahan udara. Kemudian mengangkat roknya sampai pinggang, menarik celana dalamnya, menekan kembali tubuh bawahnya yang tak terlindungi.
Czzz.
Lorong basahnya menelan Si Kecil Susu.
Begitu masuk, Su Nanfeng langsung merasakan kesempitan liang peranakan yang berkerut-kerut menyelimuti Benda Besarnya. Pinggulnya menghentak ke atas, membuatnya menjerit kesakitan.
Teringat Lao Wang yang sedang menyetir di depan, tangannya segera menutup mulutnya. Suara yang bocor terpecah-pecah, semakin sensual dan menggoda.
Tangan Su Nanfeng meraih payudara di balik bajunya, menarik kedua tali baju ke bawah hingga bra tergelincir ke pinggang. Telapak tangannya membungkus kelembutan sepasang buah dada itu.
Genggaman jemarinya tak henti meremas, pinggulnya mulai bergerak ritmis ke atas. Setiap dorongan membuat kekerasannya bergetar dalam liang madu, hisapan gila menyedotnya lebih dalam.
Kenikmatan yang tak terucapkan ini bagai membelah langit.
Dorongan demi dorongan Su Nanfeng memicu keluarnya cairan birahi dari liang madunya. Erotanan mulai meluncur dari bibirnya, api dalam tubuhnya menjerit-jerit merambat naik!
Sensasi memabukkan yang telah hilang seminggu itu menerjang otaknya. Pinggang rampingnya bergoyang halus, cengkraman ketat menyedot kehangatannya seinci demi seinci, bagai menariknya ke jurang tak berdasar.
Posisi duduk saling bertumpu membatasi gerakan luas. Meski tak seliarnya biasanya, justru memberi rangsangan unik yang tak bisa diungkapkan Su Nanfeng.
Su Nanfeng menggerakkan pinggangnya ke atas dan bawah, panggulnya menghantam pantatnya sekali demi sekali, suara tepukan halus terdengar di ruang sempit. Ia yakin Lao Wang yang sedang menyetir di depan pasti mendengar kegairahan di kursi belakang. Rangsangan itu langsung mengembang seperti balon yang ditiup, membuatnya semakin keras menghantamnya, berusaha memancing lebih banyak terengah-engah darinya.
Rangsangan adanya pihak ketiga terlalu kuat, membuat Su Nanfeng yang terkenal akan daya tahannya langsung mencapai puncak, meninggalkan panasnya dalam tubuhnya.
Ia memeluk tubuhnya yang lemas, menekan pinggangnya erat-erat agar kehangatannya tidak keluar, seolah dengan cara ini bisa membuatnya cepat hamil anaknya...
Wu Yuxuan terengah-engah, seluruh tubuhnya bersandar di dada Su Nanfeng, pikiran kosong tak karuan. Puncak yang dicapai setelah disirami panasnya tadi hampir menghilangkan semua kesadarannya.
Mobil berjalan hampir dua jam sebelum akhirnya mendekati halaman vila. Lao Wang menghentikan mobil, mengetuk partisi, "Tuan Su, kita sudah sampai."
"Baik, pulanglah. Hari ini tidak perlu mobil lagi."
Setelah turun, Lao Wang membanting pintu mobil. Bunyi "brak" itu mengembalikan sebagian besar kesadaran Wu Yuxuan. Ia bangkit dari dada Su Nanfeng, "Kita sampai, turun."
“Su Nanfeng langsung meletakkan Wu Yuxuan di kursi belakang, dengan cepat menyingkirkan semua penghalang di tubuh mereka berdua. "Sayang, sudah tidak ada orang lagi, kita bisa leluasa!"”
“Jangan, Su Nanfeng, siang hari masih ada orang.”
Area vila tempat Su Nanfeng tinggal memang mewah, tapi jarak antar villa sangat berdekatan. Jika kebetulan pemilik rumah sebelah sedang di lantai dua atau rooftop, mereka bisa melihat jelas pemandangan di halaman rumahnya.
“Tidak ada yang bisa melihat!”
Sudah lama Su Nanfeng tidak merasakan keharumannya. Sentuhan awal tadi belum cukup memuaskan kerinduannya. Bagaimana mungkin dia masih mempedulikan hal lain, apalagi melihat si manis yang terbaring di kursi belakang ini memancarkan pesakitan yang menggoda dari seluruh tubuhnya.
