Bab 142 Bermain Lebih Menantang
“Sayang, kalau kamu semangat begini, ayo kita main lebih seru!” Su Nanfeng mengatakannya sambil menarik tubuhnya perlahan ke arah pintu mobil. Tangannya membuka pintu dan turun, menarik tubuh wanita itu lalu memutarnya hingga berlutut di jok belakang. Ia membuka lebar kedua pahanya sambil berdiri di ambang pintu, mengayunkan pinggul ke dalam dan kembali menembusnya.
“Su Nanfeng, kamu gila!!”
Jika tadi bercinta di dalam mobil di siang bolong sudah jadi batas toleransinya, maka posisi mereka sekarang benar-benar di luar batas penerimaannya.
“Su Nanfeng, jangan begini. Benar-benar bisa ketahuan orang.” Tadi masih ada kaca mobil yang menutupi sebagian, tapi sekarang jika ada orang lewat, semua akan terlihat jelas. Belum lagi tetangga kiri-kanan, bahkan pelayan vila yang bisa datang kapan saja...
Ya Tuhan, dia benar-benar mau gila!!
Wu Yuxuan gelisah, sementara Su Nanfeng sama sekali tak peduli dengan kemungkinan dilihat orang. Dengan posisi itu, ia mulai mengayunkan tubuhnya dengan kasar.
Lengan Wu Yuxuan mulai pegal menahan beban. Ia protes: “Su Nanfeng, berhentilah. Tanganku pegal, aku tak sanggup menahan lagi...”
Su Nanfeng seolah tidak mendengar terus menyerang dari belakangnya. Tangan wanita itu sudah terlalu lemas untuk menopang tubuhnya hingga siku tertekuk, tubuhnya roboh di jok belakang. Tangan pria itu menarik kembali tubuh yang bergeser posisi, menindihnya di bantalan jok belakang untuk melanjutkan urusan yang belum selesai. Bunyi tepukan keras itu bergema, seolah terdengar oleh semua orang di sekitar.
Dalam rangsangan ekstrem ini, Wu Yuxuan langsung mencapai puncak. Liang madu di dalamnya berkontraksi hebat, aliran madu hangat menyembur dari kedalaman membasahi Xiao Susu. Lapisan daging lunak di Giok terus mengerut, berusaha memotong Xiao Susu.
Su Nanfeng yang menginginkan rangsangan lebih, menarik tubuhnya keluar dan mendorongnya ke kap mobil. Tangannya mengangkat salah satu paha wanita itu lalu menyerbu masuk.
Perempuan itu tak kuasa menahan kekasaran ini. Jantungnya berdebar kencang, matanya menyapu sekeliling khawatir ada yang melihat kegilaan mereka. Tubuhnya tak sanggup menahan serbuan pria itu. Lengan putih salju melilit lehernya, tubuh bagian atas melekat erat di dada, gesekan payudara lembut memicu kegilaan lebih jauh.
"Su Nanfeng, hentikan... Benar-benar ada orang..."
Ya Tuhan! Dia benar-benar akan mati...
"Wu Yuxuan yang tegang karena kenikmatan penetrasi membuatnya sangat puas, Xiao Susu terus menggesek pusat rahasianya, mendorongnya ke surga lagi saat sarafnya menegang."
Su Nanfeng tersenyum mendekat dan menggigit daun telinga Wu Yuxuan, "Sayang, seru tidak?"
"Wu... Su Nanfeng, kau gila! Benar-benar gila!"
"Jangan takut, tidak ada yang akan melihat."
Bagaimana tidak takut? Seandainya ada yang melihat, dia benar-benar tidak ingin hidup lagi...
"Su Nanfeng, kumohon, jangan di sini ya..."
"Baik! Menurutimu." Su Nanfeng mengangkat tubuhnya yang lemas langsung masuk ke ruang dalam, menyerbu kamar lantai dua dan melemparkannya ke tempat tidur besar.
Tubuhnya segera menindih, "Di sini, tidak ada yang melihat."
Su Nanfeng langsung menekan kedua kakinya ke arah dada, membuat seluruh tubuhnya terlipat, lalu mengangkat pantatnya. Ia berjongkok di tempat tidur sambil menembus madu licinnya.
Pinggulnya bergerak maju-mundur seperti memalu patok, sekali lagi, dan sekali lagi...
Lama-kelamaan, Wu Yuxuan merasa kepalanya pusing karena darah mengalir deras, sulit bernapas, "Su Nanfeng, sudah selesai?"
Su Nanfeng tersenyum tipis, matanya yang dalam bagai jurang memancarkan hasrat menggoda. Tanpa disadari, aura itu merasuk ke dalam hati wanita itu. Tatapannya yang berkaca-kaca justru menjadi daya pikat tak terbantahkan baginya. Dengan senyum menggoda, ia menurunkan kedua kaki wanita itu dan melipatnya ke samping. Kedua tangannya menarik tubuh wanita itu hingga berbaring miring. Tangan pria itu menahan kedua sisi kepalanya sementara pinggulnya terus menggempur benteng pertahanannya.
Wajah samping Wu Yuxuan tertanam di antara helai rambut panjangnya. Jarinya mencengkeram sprei dengan erat agar tak terhempas oleh guncangan. Merasa jari pria itu menyibakkan rambutnya yang sudah basah oleh keringat, ia menatap lipatan sprei yang tercengkeram tangannya sambil mengerutkan alis protes: "Su Nanfeng, ini sudah terlalu lama..."
"Sayang, takkah kau rasakan betapa aku merindukanmu?"
Su Nanfeng sadar betul dirinya sudah kecanduan - teracuni zat bernama "Wu Yuxuan". Sebagai sosok yang "terlahir dengan sendok emas di mulut" menurut pandangan banyak orang, setiap orang dalam hidupnya pasti memiliki pamrih. Laki-laki demikian, perempuan bahkan lebih parah. Banyak wanita mengerahkan segala cara hanya untuk mengeruk keuntungan dari dirinya, merebut kemilau yang mereka dambakan. Bahasanya tunangannya sendiri, Gu Jingwei, tak luput dari lingkaran itu.
Mereka berusaha mati-matian sehingga mempengaruhi suasana hati Su Nanfeng, membuatnya tidak bisa menunjukkan jati diri sejati di hadapan mereka. Hanya Wu Yuxuan yang bisa membuatnya menemukan kembali dirinya, bisa terbuka tanpa kepura-puraan di hadapannya, tidak perlu berpura-pura, cukup mengekspresikan emosi biasa.
Su Nanfeng menundukkan kepala, nafas panas yang lembap menyebar bersama ciumannya ke kulitnya. Dengan tepat ia menemukan bibirnya, seperti binatang buas lapar yang tak kenal lelah, dengan agresivitas merampas manisnya rongga mulut untuk mempertahankan nyawanya.
Su Nanfeng merobek sudut bibirnya, menghisap kuat bibir lembutnya. Gerakan pinggul yang ritmis tiba-tiba dipercepat, merasakan Xiao Susu terbungkus kehangatan yang lembut dan erat. Ia mengeluarkan erangan rendah penuh kepuasan.
Seketika perasaan bahagia memenuhi dirinya, seluruh tubuh bergetar. Pria itu seolah selalu bisa menguasai indranya dengan kecepatan tertinggi...
Su Nanfeng menggigit keras daun telinga Wu Yuxuan, menjilat-jilat, memasukkan seluruh telinganya ke mulut untuk mencicipi wangi tubuhnya yang samar, bagai penawar racun baginya.
Wu Yuxuan merasakan kelembapan di telinga, jantungnya berdebar. Rasa kesemutan menyebar ke seluruh tubuh, otot-otot menegang: "Jangan dicium lagi..."
Su Nanfeng tersenyum licik. Dia selalu tahu bahwa telinga adalah bagian paling sensitif di tubuhnya. Menyerang telinganya pasti akan membuatnya nyaris menyerah. Tubuhnya rebah di sampingnya, dada menempel pada punggungnya yang halus dan lembut. Tangan wanita itu ditariknya ke mulut, lidahnya menjilati jari-jari panjang dan rampingnya, bahkan tak melewatkan celah antar jari...
Hati Wu Yuxuan meleleh bak genangan air musim semi di bawah kelembutannya. Matanya berkabut, tubuh anggunnya menggeliat seperti bunga yang merekah di bawah sinar bulan.
Su Nanfeng menggigit ujung jarinya dengan lembut. Merasa tubuh gemetar dalam dekapan, kepuasan itu membuatnya ingin berteriak, ingin selamanya melebur menjadi satu dengannya.
Jantung Su Nanfeng berdesir. Jarinya menyentuh rambut panjangnya yang sedikit basah, hitam berkilau dan sehalus sutra. Ciumannya jatuh di helai-helai rambut, lembut bagai air... Tangannya menyusup melalui ketiaknya dan menutupi Salju Berkilau di dadanya, meremas-remas sambil mulai menggoyangnya dari belakang. Tubuhnya terdorong berulang kali, kekuatan itu menghantam pinggangnya seolah ingin meremukkannya...
