BAB 143 Brengsek!!
Setelah serangan ganas selama satu putaran, Su Nanfeng bangkit dari sisinya dan mengatur posisi tubuhnya kembali normal. Dengan tak sabar, ia menarik kedua kaki panjang nan putih bersalju ke dua sisi, memegang Xiao Susu dan menggosokkannya di sumber peach blossom. Di bawah godaan Xiao Susu, sikap anggun kewanitaannya perlahan runtuh. Semua titik sensitif di tubuhnya berada dalam kendalinya, gelombang demi gelombang serangan kenikmatan dahsyat menghantam seluruh pertahanannya.
Saat Xiao Susu menusuk masuk, naluri keinginan Wu Yuxuan mulai terbangun. Liang madu yang hangat dan sempit membungkus mahkota daging, memancarkan kepuasan tak terkira di hati Su Nanfeng. Tanpa sadar ia merangkul erat bokong si gadis dan mulai menorehkan tusukan penuh semangat, berulang kali menghantam inti segarnya yang masih perawan.
Su Nanfeng bergerak maju mundur dengan ritme teratur, membajak tanah subur dan segarnya yang tak tersentuh. Desakan ketat dari liang madunya meningkatkan stimulasi secara signifikan, memancarkan kasih sayang tak terbatas pada permata lembut di bawah tubuhnya.
Gerakannya semakin cepat dan keras, diiringi suara napas berat "heng chi, heng chi". Pada puncaknya, ia melepaskan seluruh jati diri sejatinya ke dalam tubuh perempuan itu.
Teriakan melengking, cairan pekat nan panas menyuntik ke dalam tubuhnya, bagai jendral memimpin pasukan berkuda menerobos masuk ke benteng. Dalam sekejap, seluruh benteng pertahanannya direbut. Su Nanfeng merebahkan diri di atasnya dengan puas, desahan beratnya bergema di telinganya...
Sebelum pingsan, senyuman merekah di bibir Wu Yuxuan bagai bunga yang mekar lega, akhirnya berhenti...
Saat terbangun, Wu Yuxuan melirik jam weker di meja samping tempat tidur. Jarum jam menunjukkan lewat pukul tiga sore.
Pria brengsek itu benar-benar serigala lapar, bisa mencabik-cabiknya kapan saja. Setiap kali berhubungan dengannya, butuh tidur tiga hari tiga malam baru pulih seperti biasa.
Kepalan tangan Wu Yuxuan menghantam kasur hingga membentuk cekungan kecil. "Brengsek!!" teriaknya sambil menggerutu.
Kebetulan Si Brengsek Su masuk dari luar kamar. Alisnya berkerenyit mendengar makian itu, tapi justru merasa sang gadis menggemaskan.
"Memanggilku?"
Tatapan Wu Yuxuan nyaris berpapasan dengan sorot matanya yang berbinar. Jantungnya berdebar kencang seolah ditabrak sesuatu tak dikenal. "Kau! Kau brengsek level dewa!!"
Si Brengsek Su mendekat ke tepi ranjang. "Lapar? Ayo makan."
"Makan adek lo!"
Su Nanfeng tersenyum. "Makan aku saja. Jajah adikku, dia tak bersalah. Yang brengsek cuma kakaknya."
“！！！”
Su Nanfeng mengambil pakaian untuknya dari lemari dan meletakkannya di tepi tempat tidur, "Cuaca sudah dingin, jangan pakai rok lagi ke depannya."
Meski rok memudahkan aksinya, ia lebih khawatir wanita kecilnya kedinginan.
Wu Yuxuan mengambil baju dan bersembunyi di balik selimut untuk berpakaian. Su Nanfeng memandang dengan kagum, tiba-tiba ponsel di saku celana bergetar.
Ia mengeluarkan ponsel dan melihat nomor tak dikenal. Dengan kesal ia menolak panggilan. Tak lama, telepon berdering lagi. Pelipisnya berdenyut-denyut. Begitu mengangkat, amarahnya belum sempat meledak, suara manis nan menggoda sudah terdengar.
"Young Master Su, ini... Jiajia..."
Meski berada di Beijing, Su Nanfeng tak sepenuhnya buta akan niat tersembunyi Ma Jiajia yang sedang berulah. Sengaja ia tak campur tangan untuk menguji respons gadis baiknya. Ternyata ketenangan Wu Yuxuan justru memukau.
Lagipula gadis baiknya tak menderita kerugian berarti, biarlah Ma Jiajia lolos kali ini.
"Young Master Su, kabarnya Anda baru kembali dari Beijing. Ayah saya khusus menyiapkan jamuan, semoga Anda berkenan hadir." Ma Jiajia merendahkan suara, berusaha mencitrakan kesan baik di hadapannya.
Su Nanfeng memiliki hubungan kerja sama dengan Keluarga Ma, namun mengingat pengaruh Keluarga Su, sebenarnya mereka tidak harus bergantung pada Keluarga Ma. Hanya saja saat ini ia belum menemukan mitra pengganti yang setara. Mengorbankan kepentingan bisnis keluarga hanya karena preferensi pribadinya terhadap Ma Jiajia jelas bukan gaya berbisnisnya.
Ma Jiajia sengaja mengangkat nama ayahnya karena yakin Su Nanfeng memiliki prinsip "lebih baik merugi sendiri daripada membahayakan bisnis Keluarga Su".
Tapi terkadang pola pikir manusia bisa berubah karena situasi tertentu dan suasana hati, apalagi karakter misterius seperti Su Nanfeng yang sulit diprediksi, jelas di luar kendali Ma Jiajia.
Tanpa pikir panjang, Su Nanfeng menolak: "Sampaikan terima kasihku pada ayahmu, tapi baru kembali dari dinas luar dan masih banyak pekerjaan menumpuk. Acara jamuan tidak perlu diadakan."
Penolakan ini membuat Ma Jiajia panik. Rencananya untuk memabukkan pria sulit diatur ini dan memalsukan skandal "kecelakaan kamar" demi naik jabatan bahkan belum sempat dimulai. Bingung tak tahu harus berbuat apa, untung ayahnya di sampingnya memberi isyarat tangan. Menurut petunjuk ayahnya, ia berkata: "Young Master Su, pekerjaan tak akan pernah habis. Bagaimana kalau..."
Perkataan Ma Jiajia belum selesai, tiba-tiba dari sisi lain ponsel terdengar suara rengekan wanita. Meski dia berpengalaman dan paham maksud suara wanita itu, masalahnya adalah ayahnya sedang mendengarkan di sampingnya. Seketika wajahnya memerah...
Suara wanita yang terdengar dari ponsel Su Nanfeng tentu berasal dari Wu Yuxuan. Kesal dengan gangguan Ma Jiajia, dia sengaja menarik pakaian Wu Yuxuan hingga membuat si gadis kecil itu menjerit.
Su Nanfeng berkata: "Hari ini benar-benar tidak bisa meluangkan waktu, lain hari saya yang akan mentraktir ayahmu."
Kemudian, Su Nanfeng menutup telepon, hanya menyisakan deret bunyi tut... tut... bagi Ma Jiajia. Marahnya sampai membuat paru-parunya hampir meledak, lagi-lagi wanita jalang Wu Yuxuan yang menggagalkan rencana. Benar-benar menyebalkan, ke mana-mana ada saja...
Su Nanfeng kesal melempar ponselnya, sambil berpikir apakah sebaiknya mengganti mitra kerja keluarga Ma. Bukan karena masalah Pak Ma, tapi dia tidak suka diperhatikan wanita selain Wu Yuxuan...
Wu Yuxuan menepis tangan nakal Su Nanfeng, bangkit mengambil sepatu di bawah tempat tidur, meliriknya dengan mata putih: "Su Nanfeng, lain kali berani lagi begini, aku pasti akan menggigitmu sampai mati."
Su Nanfeng perlahan tertawa, "Sayang, aku melakukan apa? Jangan memfitnahku."
Melihat ekspresi bajingan Su Nanfeng yang terus tertawa, Wu Yuxuan semakin geram. Tebalnya muka pria brengsek ini benar-benar tak tertandingi, dia sama sekali bukan lawannya!
Tiba-tiba, Wu Yuxuan muncul ide nakal untuk mengerjai pria itu...
Tanpa persiapan apapun dari Su Nanfeng, Wu Yuxuan berbalik badan dan menerjang tubuhnya, menindihnya di atas ranjang. Jarinya menekan bibir tipisnya sambil mengusap-usap, lalu merayap turun ke dagu hingga dada kokohnya. Bibirnya menggigit kancing kemeja putihnya terbuka, jari kecilnya menyusup ke dalam kerah baju dan membelai lembut otot dada yang kekar.
Su Nanfeng memicingkan mata mengamati wanita yang tiba-tiba begitu agresif. Ia menikmati momen ini sambil menanti sang serigala mengguyah dirinya habis-habisan.
Wu Yuxuan mendengar Su Nanfeng menarik napas berat, "Mau?"
