Penculikan
“Nona An, ini...” Dibandingkan dengan ketakutan Ma Jiajia, yang lebih menonjol adalah keterkejutannya. Ia masih ingat beberapa hari lalu, berkat bantuan An Ruoqin, dirinya dipermalukan di depan wartawan. Baru beberapa hari berlalu, kenapa tiba-tiba...
“Tidak berani?”
“Bukan... Hanya ada satu hal yang tidak kupahami, mengapa harus Wu Yuxuan? Bukankah Anda berteman baik dengannya?”
An Ruoqin mengatupkan telapak tangan dengan keras, kilau kejam terpancar dari matanya. Teman baik? Menggelikan! Sebelumnya ia mengira wanita di samping Lin Ci adalah Ma Jiajia, sehingga saat itu ia membantu Wu Yuxuan untuk menekan Ma Jiajia. Ia begitu bangga dengan rencana sempurnanya itu. Namun realitas menghantamnya keras—rival asmaranya yang dikira ternyata bukan rival sejati, teman yang diharapkan menjadi sahabat pun bukan teman sejati. Semua ini adalah sandiwara yang dipentaskan Lin Ci untuknya, tujuannya jelas: mengalihkan seluruh perhatiannya ke Ma Jiajia sehingga mengabaikan keberadaan Wu Yuxuan.
Sayangnya... Lin Ci lupa bahwa manusia berencana, Tuhan yang menentukan...
Bukankah Wu Yuxuan orang tersayang di hati Lin Ci? Justru karena itu ia harus membuat masalah untuk Wu Yuxuan, agar pria tak berperasaan itu merasakan sakitnya kehilangan orang tercinta.
Lin Ci, aku harus membuatmu mengingatku, mengingatku dengan kuat, sekalipun itu kebencian!!!
An Ruoqin menenangkan gejolak di hatinya, berkata: "Berikan obat perangsang pada Wu Yuxuan, lalu cari pria, rekam videonya. Untuk hal selanjutnya, seharusnya kau sudah tahu harus berbuat apa."
Cahaya harapan berkedip samar di mata Ma Jiajia. Setelah berkali-kali dipermalukan di depan Wu Yuxuan, ia sedang mencari cara untuk membalas dendam pada perempuan jalang itu. Kini dengan bantuan diam-diam dari An Ruoqin, tekadnya semakin menguat. Begitu video mesum Wu Yuxuan dengan pria lain tersebar di internet, ia ingin melihat apakah perempuan hina itu masih punya nyali tetap berada di sisi Su Nanfeng setelah dihujat habis-habisan!
Ma Jiajia menyambar botol obat dari tangan An Ruoqin. Satu langkah membasmi Wu Yuxuan, langkah lain meraih posisi duta MiYin Wedding. Nantinya, "lebih dekat dengan sumber air akan lebih dulu mendapatkan bulan" – bukan sekadar naik ke ranjang, gelar Nyonya Su mungkin akan jatuh ke tangannya.
Ma Jiajia terlalu asyik membayangkan kejayaan masa depannya, sama sekali tidak menyadari sorot mata An Ruoqin yang gelap mengalirkan bahaya bagaikan serigala. Rencana An Ruoqin adalah membiarkan Ma Jiajia dan Wu Yuxuan saling menghancurkan. Apapun hasil akhirnya, dengan kemampuannya ia bisa menyempurnakan segalanya – menghancurkan kedua perempuan yang mengelilingi Lin Ci sampai ke akar-akarnya!
*******
"Wu Yuxuan" menyelesaikan kelas pagi, begitu keluar dari pintu Studio An Yan langsung melihat dari kejauhan mobil "Xu Yu" terparkir. Dia berlari mendekat, dengan familiar membuka pintu penumpang dan duduk, "Paman Xu, kenapa kau selalu tepat waktu setiap hari?"
Selama beberapa hari "Yu Xuan" magang, setiap jam makan siang pasti terlihat mobil Xu Yu.
"Kau tidak suka melihatku?" Suara Xu Yu terdengar sedikit lelah, mungkin karena pekerjaan yang terlalu berat. Namun dibandingkan dokter lain, pekerjaannya relatif lebih ringan dengan jadwal fleksibel. Karena jam kerjanya berbeda dengan dokter biasa, hingga saat ini "Wu Yuxuan" masih belum tahu kategori spesialisasi medisnya, hanya mengetahui dia dokter kandungan.
"Bukan begitu. Hanya merasa merepotkanmu setiap hari, aku merasa agak tidak enak."
Xu Yu tersenyum lembut, "Bukankah sudah seharusnya paman mengurus keponakan?"
"Sepertinya juga benar ya..." Bibir "Yu Xuan" merekah dalam senyum lebar, matanya yang jernih berkilau licik seperti rubah, "Kalau pamanku sudah sekaya ini, buat apa aku berusaha? Aku tinggal menumpang di rumahmu, makan dan minum darimu saja. Bukan cuma menghemat 30 tahun perjuangan, bahkan tidak perlu berjuang sama sekali."
Xu Yu memandang ekspresi bercandanya dengan wajah sangat serius, "Jika kau memilih untuk mengandalkanku, selalu dipersilakan."
"Hah?" Wu Yuxuan terkejut, "Bukan, Paman Xu, cara Anda membuka percakapan salah. Sebagai orang yang lebih tua, seharusnya Anda memberi nasihat baik padaku, mengatakan sesuatu seperti anak muda harus bekerja keras, jangan jadi generasi pemalas yang mengandalkan orang tua, dan semacamnya."
"Tidak perlu, aku bisa menghidupimu."
“！！！”
Meski Wu Yuxuan sangat ingin berkata "Paman seperti ini tolong beri aku selusin", dan tahu bahwa hidup nyaman dan bersenang-senang itu sangat menyenangkan, tapi saat ini dia masih muda, masih punya mimpi sendiri yang belum tercapai. Dia ingin mengandalkan usahanya sendiri untuk mendekati mimpi itu, lalu mewujudkannya.
"Paman Xu, tadi aku hanya bercanda denganmu, jangan diambil hati."
"Baik." Xu Yu menginjak gas dan melanjutkan perjalanan.
Sebagian besar waktu, percakapan antara Wu Yuxuan dan Xu Yu sebenarnya tidak banyak, pada dasarnya berupa dia yang berbicara dan ia yang mendengarkan.
Setelah cukup lama bersama paman bergaya birokrat tua ini, Wu Yuxuan bisa merasakan kasih sayangnya. Ia benar-benar memperlakukan dirinya seperti keponakan sendiri.
Topik yang bisa membuat Xu Yu berbicara panjang lebar selalu hanya tentang Jing An, tapi yang dibicarakannya hanyalah hal-hal sepele antara mereka berdua. Karena itu meski sudah mendengar banyak cerita tentang Jing An, Wu Yuxuan sampai sekarang masih tidak tahu mengapa Xu Yu tidak bersatu dengan Jing An, dan bagaimana sebenarnya Jing An meninggal...
Entah ini hanya perasaannya atau bagaimana, Wu Yuxuan samar-samar merasa bahwa Jing An ini... sepertinya tidak sesederhana itu!
Saat makan siang setengah jalan, Xu Yu menerima telepon. Wu Yuxuan tidak sepenuhnya memahami isi percakapan, tetapi melihat ekspresi cemas di wajah Xu Yu, sepertinya terjadi masalah.
Hal yang bisa membuat Xu Yu begitu gelisah, mungkin berkaitan dengan ibu hamil.
Wu Yuxuan berkata: "Paman Xu, kalau urusannya mendesak silakan pulang dulu, aku bisa sendiri."
Xu Yu akhirnya tidak bisa menolak keinginan Wu Yuxuan. Karena urusan di sana terlalu mendesak, dia terpaksa pergi lebih dulu.
Makanan yang awalnya dipesan untuk dua orang kini menjadi tanggungan Wu Yuxuan. Dia tidak ingin menyia-nyiakan makanan, memaksakan diri menghabiskan semuanya.
Akibat memaksakan diri tentu saja kekenyangan, perut terasa seperti mau pecah.
Perasaan kekenyangan yang tak tertahankan membuat Wu Yuxuan akhirnya memilih pergi ke toilet, mengorek keluar makanan yang sudah ditelannya dengan jari.
Sungguh akibat ulah sendiri...
Baru saja keluar dari toilet, Wu Yuxuan sedang mencuci tangan di wastafel tiba-tiba seseorang muncul dari belakangnya. Dengan kecepatan yang tak sempat dia hindari, orang itu menyekapnya keras-keras ke wastafel.
Wu Yuxuan panik: "Siapa kamu?! Mau apa?! Tolong, tolong, to...mmph..."
Orang itu dengan cepat menyumpal mulut Wu Yuxuan dengan kain, meredam semua teriakannya.
Wu Yuxuan secara naluriah meronta-ronta, tiba-tiba merasakan sakit di lengannya. Saat dia menoleh, pria itu ternyata sedang menyuntikkan cairan tak dikenal ke tubuhnya.
