Bab 149 Pria Brengsek yang Otoriter
Ma Jiajia melihat sikap menggoda yang memesona dari Wu Yuxuan, rasa iri memenuhi hatinya. Tidak heran Su Nanfeng bisa tergila-gila padanya, rupanya dia benar-benar punya trik rayuan seperti rubah betina.
Tapi tak lama Ma Jiajia menghilangkan rasa irinya. Setelah hari ini, Wu Yuxuan hanya akan menjadi orang hina. Sekali pun dia ahli merayu, Su Nanfeng pasti tidak akan mau melihat wanita seperti ini!!
Wu Yuxuan menyadari kesadarannya sedang dikikis oleh efek obat yang kuat. Gelombang panas terus menerus menguasai hatinya. Jantungnya berdebar kencang, saat ini dia hanya ingin melarikan diri dari tempat ini. Tapi setiap kali dia melangkah, bodyguard langsung menghalangi jalannya, memaksanya mundur.
Wu Yuxuan berkeringat deras. Tidak, dia tidak boleh diam saja! Dia menarik napas dalam-dalam, mati-matian menekan gelombang panas itu, berusaha menjaga pikiran tetap jernih. "Minggir kalian! Minggir! Berani-beraninya menyentuhku, aku akan laporkan kalian untuk pemerkosaan! Sekalipun harus mengorbankan reputasiku, aku pasti akan menuntut kalian sampai hancur!"
Dibandingkan dengan dua bodyguard yang gagah, Wu Yuxuan terlihat sangat kecil dan lemah. Namun teriakan penuh wibawanya tadi berhasil membuat kedua bodyguard itu terpana.
Ma Jiajia menyadari situasi genting dan segera berteriak, "Cepat serang! Setelah berhasil, 10 juta akan menjadi milik kalian!"
Godaan 10 juta itu menyulut kembali semangat kedua bodyguard, sekaligus menandai kegagalan teriakan mengancam Wu Yuxuan sebelumnya.
Pandangan Wu Yuxuan tiba-tiba gelap. Rasa panas mulai menjalar dari dalam hatinya. Seluruh darahnya mendidih dan mengalir deras ke satu titik. Dengan keadaan yang semakin kritis ini, dia memandang penuh kebencian pada Ma Jiajia yang berdiri di belakang kedua bodyguard dengan wajah penuh keyakinan. Geramnya membuat giginya gemeretak, namun hatinya juga diliputi kedinginan.
Saat ini, selain penyesalan mendalam, yang lebih menguasai Wu Yuxuan adalah rasa pilu. Pilu karena tak sempat mengungkapkan cintanya pada Su Nanfeng, pilu karena tak meninggalkan kenangan apapun, bahkan pilu karena tak sempat memberitahunya bahwa dialah Gu Jingwei yang sesungguhnya. Meskipun hatinya dipenuhi penyesalan, semua itu harus tetap terkubur dalam-dalam, terbaring bersama mayatnya yang membusuk dalam tanah.
Su Nanfeng... Aku akhirnya tetap menjadi pengecut. Maafkan aku...
Namun, setelah berpikir lagi, Wu Yuxuan merasa tidak rela. Ma Jiajia menggunakan cara licik seperti ini, apakah dia harus menyerah begitu saja pada rencana jahat Ma Jiajia?
Tidak! Dia bukan tipe yang mudah menyerah. Lebih baik bertarung sampai sama-sama hancur dengan Ma Jiajia daripada menundukkan kepala! Di ruang sempit dan tertutup ini, dia harus menyelamatkan diri sendiri!
Pandangan Wu Yuxuan tertumbuk pada pisau buah kecil di piring buah. Dia merangkak ke arahnya dan mencengkeram erat pisau itu, lalu menerjang ke arah Ma Jiajia dengan kecepatan penuh...
Ma Jiajia yang sedang menikmati kemenangannya sama sekali tidak menyangka Yu Xuan akan melakukan ini. Hanya terlihat bayangan orang melesat, tangan sudah mencengkeram bahunya. Benda tajam dingin menyentuh lehernya, membuat Ma Jiajia yang belum bereaksi tertegun...
Tubuhnya terasa panas. Gelombang rasa tidak nyaman membuat Yu Xuan ingin kabir. Detak jantungnya begitu cepat seakan ingin melompat dari dada. Dia tahu harus segera melarikan diri. Belum lagi rencana Ma Jiajia merekam video, dari sorot mata bodyguard pria yang seperti serigala kelaparan saja sudah terlihat niat buruk mereka.
Yu Xuan menahan penderitaan fisik sekuat tenaga. Pisaunya menekan leher Ma Jiajia: "Cepat buka pintu ini!"
“Ma Jiajia sudah kembali sadar dari keterkejutannya. Meski tubuhnya masih gemetar menghadapi bahaya, dia tetap tak mau melewatkan kesempatan emas untuk menghinakan Wu Yuxuan. Dengan gigih membantah, dia berkata: Jangan harap! Wu Yuxuan, kukatakan padamu, membunuh itu melanggar hukum! Kalau kau berani membunuhku, kau juga akan dihukum mati!”
“Hmph! Aku toh sudah pasti mati. Menyeretmu sebagai teman ke liang kubur, perjalanan ke alam baka tak akan kesepian!” Setelah mengucapkan itu, untuk menunjukkan tekadnya yang lebih baik hancur sebagai giok daripada utuh sebagai genteng, Wu Yuxuan mengangkat tangan yang mencengkeram pisau buah dan menyayat wajah Ma Jiajia dengan keras.
“Aaa!!!” Rasa sakit menusuk wajah Ma Jiajia. Garis merah merembes keluar, darah segar mengalir deras di wajahnya hingga menetes ke dada. Saat diusap tangannya, darah segar yang lengket membuatnya semakin panik. Tubuhnya gemetar lebih hebat sambil berteriak histeris: “Darah... Darah... Wajahku, wajahku...”
Ma Jiajia yang berkecimpung di dunia hiburan tanpa kemampuan apapun hanya mengandalkan tubuh sempurna dan wajah cantiknya. Selama ini dia menganggap wajahnya lebih berharga dari apapun. Insiden ini langsung menghancurkan pertahanannya. Tatapan penuh kebencian tiba-tiba berganti ketakutan mencekam sambil berteriak tak terkendali: “Cepat... Cepat bukakan pintu untuknya! Cepat!!!”
Pintu yang tertutup rapat terbuka, cahaya harapan dari luar membanjiri mata Wu Yuxuan. Ia mendorong Ma Jiajia dengan kasar kembali ke bilik VIP, merebut pintu dan keluar. Siluetnya segera menghilang dari pandangan ketiga orang.
Ma Jiajia melotot ke dua bodyguard pria di sampingnya, "Kejar dia, Bodoh!"
Hanya satu pikiran tersisa di benak Ma Jiajia: Gadis jalang itu dibiarkan lolos hidup-hidup. Jika tidak, yang menantinya adalah kehancuran total...
Setelah keluar dari bilik VIP, Yu Xuan terus berlari menyusuri koridor panjang. Ini pertama kali ia datang ke bar ini. Ketidaktahuannya pada tata ruang bar ditambah pencahayaan redup membuatnya tersesat. Persis di saat genting, rasa panas dalam tubuhnya membara semakin menjadi-jadi. Matanya berkunang-kunang hingga semua benda terlihat berbayang. Beberapa pemabuk yang sesekali melintas di dekatnya justru memicu hasrat liar – setiap sel tubuhnya menjerit membutuhkan pria, membutuhkan pria...
Pisau di tangan Wu Yuxuan menancap keras di pahanya, rasa sakit tajam membuat kesadarannya sedikit pulih. Darah mengalir deras dari pahanya menetes ke lantai, namun rasa sakit tak menghentikan langkah pelariannya. Hanya satu keyakinan di kepalanya: Kabur, kabur, kabur... Seandainya dia hanya diri sendiri, tanpa ikatan apapun di dunia luas ini, mungkin hidup atau mati tak penting. Tapi dia masih punya Nenek! Nenek tua renta tanpa anak yang merawat. Jika dia mati, bagaimana nasib Nenek? Demi Nenek sekalipun, dia harus bertahan hidup!
Selain Nenek yang dirindukan, di hati Wu Yuxuan juga terselip bayangan pria brengsek yang selalu otoriter dan dingin itu...
Wu Yuxuan tiba-tiba bertanya-tanya: Apa yang sedang dilakukan Su Nanfeng sekarang? Santai minum kopi di kantor atau memimpin rapat penting dengan direksi perusahaan?
