Bab 153 Untukmu, Semua Untukmu!
Su Nanfeng membungkuk menyantap bibirnya, tangan mencengkeram erat pinggang. Dengan ritmis ia mendorong Xiao Susu masuk perlahan. Meski liang madu telah basah oleh efek obat, tubuhnya tetap tak sanggup menampung ukurannya yang besar, meronta-ronta mencoba kabur dari serangan itu.
"Mmm... Su Nanfeng, sakit... jangan lanjut... keluar..."
Su Nanfeng terus membelai rambutnya yang basah oleh keringat. "Tahan lagi, Sayang. Kalau aku keluar malah lebih sakit... Santai, jangan tegang... Kau anak baik..."
Dalam kehangatan liang madu yang menyempit itu, Su Nanfeng sendiri hampir tak kuasa menahan gelombang kenikmatan. Ia menutup mata menikmati sengatan rasa sakit yang bercampur ekstase, terus berbicara untuk mengalihkan perhatiannya. "Sayang... sebentar lagi... aku hampir..."
“Hmm... jangan, sungguh jangan, terlalu sakit...”
Su Nanfeng sangat terobsesi dengan tubuhnya, namun penyatuan kali ini bukan atas kehendaknya sendiri. Terpaksa karena dia terkena obat, yang dia inginkan adalah saat jiwa dan raga mereka mencapai harmoni sempurna dalam keadaan sadar, bukan pemaksaan seperti sekarang.
Maka saat mendengar penolakannya, hatinya tersayat, napasnya hampir tercekat. Dia tak tega melihat gadis baiknya menderita dalam ketidakinginan. Menahan kenikmatan membara yang merayap dari tulang punggungnya, dia berbisik: "Sayang, jangan takut, aku tidak masuk lagi, aku keluar..."
Su Nanfeng menarik tangan yang menyangga pinggangnya, membaringkannya perlahan di kasur. Kedua tangan membuka belitan kaki panjang yang mengikat erat pinggangnya, menarik diri keluar dari dalamnya.
Wu Yuxuan terengah-engah, bulu mata panjangnya basah oleh air mata. Secara logika ini bukan pertama kalinya seharusnya tak terlalu sakit. Su Nanfeng menduga efek obat mempercepat frekuensi kontraksi liang madunya.
Liang madu Wu Yuxuan masih terasa perih membara. Dalam samarnya, dia melihat kerutan dahi Su Nanfeng yang penuh kepedulian. Secara tak terduga, rasa manis tak terucap mengaliri hatinya.
Apakah dia benar-benar menyukainya? Mengapa di wajahnya terpancar ketulusan cinta yang begitu serius, tanpa sedikitpun canda?
“Su Nanfeng……” Wu Yuxuan bangkit dari tempat tidur, tubuh lemahnya setengah menggantung di badan pria itu, mencium alis dan matanya.
Keterbukaannya tadi karena tak bisa melawan efek obat, namun ciuman yang kini ia berikan padanya berasal dari lubuk hatinya yang terdalam.
“Gadis baik, jangan...kau akan menderita. Aku pasti punya cara lain untuk menetralkan racunmu. Percayalah, aku takkan membiarkanmu mati!”
Wu Yuxuan tak mau mendengarnya. Dengan mendorong tubuh pria itu ke kasur, ia menungganginya. Tangan kecilnya membenahi posisi Xiao Susu yang telah mengarah ke lubang intimnya, lalu tubuhnya merosot ke bawah menelan seluruh Xiao Susu.
“Sayang, kau...!”
Tubuh Wu Yuxuan lunglai di dada Su Nanfeng. Kedua tangannya merangkul leher pria itu, berbisik lirih: “Su Nanfeng...aku tak punya tenaga. Kau yang bergerak.”
Kedua tangan Su Nanfeng merangkul erat tubuhnya. Dengan dorongan kuat, ia membenturkan tubuh gadis itu yang sedang menungganginya. Mendengar erangan lemahnya, tangan pria itu membelai punggung gadis itu sambil menghibur: “Jangan takut. Ini aku...Su Nanfeng.”
“Aku tahu.” Justru karena tahu ini Su Nanfeng, ia rela...Seandainya pria lain yang melakukannya, ia lebih memilih mati dengan pembuluh darah pecah.
“Kalau kau sudah tahu ini aku, maka aku tak perlu sungkan lagi!” Su Nanfeng memegangi bahu Wu Yuxuan untuk membuatnya duduk, menempatkan kedua tangan gadis itu di dadanya. “Siluman kecil, gerakkan tubuhmu.”
Su Nanfeng berkata sambil tak lupa bergoyang pinggulnya, Xiao Susu yang panjang hampir menyentuh pusat rahasianya, cairan mulai mengalir dari liang madunya.
Meski Wu Yuxuan dalam keadaan sadar, panas tubuhnya tak tertahankan. Di bawah bujukan Su Nanfeng, ia menggeliatkan pinggang ramping mencari posisi nyaman untuk meredakan gatal dalam dirinya.
Gesekan terus-menerus membuatnya mengeluarkan cairan mutiara, membasahi Xiao Susu yang kemudian terus mengoyak pinggulnya. Seluruh tubuhnya limbung digerayangi kenikmatan, sambil bergumam lemah, "Hmm... aku tidak bisa, tak ada tenaga..."
Wajah mungil Wu Yuxuan memerah bagai bunga peoni, mata jernihnya yang dulunya polos kini berkabut nafsu, memancarkan pesona memabukkan.
Su Nanfeng menstabilkan pinggul Wu Yuxuan agar tak terjatuh, mengangkat pantatnya sedikit demi sedikit sambil menusuknya dalam-dalam, seakan ingin membelah tubuh gadis itu menjadi dua. Ia menyadari semakin keras dorongannya, liang dalamnya semakin mengencang mirip pertama kali mereka bercinta - efek obat yang jelas terasa.
Meski kekencangan vagina perawan memberinya kenikmatan surgawi, pria itu tak bisa mentolerir adanya tangan jahat yang mengotori gadis baiknya. Siapa pun dalang di balik ini harus ia gantung hidup-hamil lalu potong-motong mayatnya!
Pikiran Wu Yuxuan hampir kosong, sarafnya menari mengikuti gerakan tusukan berat Su Nanfeng yang berirama. Mulutnya mengeluarkan gumaman tak sadar "Mmm...", pinggang rampingnya terus bergoyang ingin mendapatkan lebih banyak kepuasan.
"Masih... Su Nanfeng, aku masih mau..."
"Baik, kuberi! Semua untukmu!" Su Nanfeng mengatupkan giginya menahan tekanan kontraksi hebat dari dalam tubuhnya. Pinggul kekarnya bergerak naik dengan kecepatan yang nyaris tak tertangkap mata, menusuk-dalam. Satu tusukan kerasnya masuk jauh ke dalam liang madu lembutnya, langsung mencapai pusat rahasianya.
"Ya ah... Tak tahan lagi." Wu Yuxuan merintih pilu.
Tatapan Wu Yuxuan berkabut, kenikmatan menyusup ke seluruh tubuhnya. Jari-jari rampingnya mencubit bahu Su Nanfeng erat-erat demi memastikan dirinya tidak terdorong keluar oleh gerakan penetrasi sang pria.
Su Nanfeng menyaksikan langsung dada wanita itu bergoyang mengikuti irama dorongan tubuhnya. Hatinya dipenuhi kegirangan, tanpa sadar mempercepat ritme dan kedalaman penetrasi. "Pluk pluk..." Setiap dorongan keras menciptakan gelembung putih dari cairan bening yang mengalir dari bagian terdalam tubuhnya.
Wu Yuxuan tidak tahan lagi, tubuhnya terjatuh miring ke tempat tidur. Su Nanfeng segera menindihnya, posisi mereka berbalik. Tubuh perkasanya menempel erat di tubuh lembutnya yang anggun, gerakan masuk-keluar seperti memancang membuatnya hampir memutar mata. Tanpa cara untuk mengekspresikan kegembiraan yang meluap, ia hanya bisa mengeluarkan erangan kecil.
Saat Su Nanfeng terus menerus bergerak, daging lembut di dalam Wu Yuxuan semakin mengerut kencang, membuatnya menjerit-jerit, "Sayang, santai..."
Kesadaran Su Nanfeng sudah hilang dalam kenikmatan yang memabukkan. Butiran keringat jatuh bertubi-tubi di dada gadis itu, sementara pantat kokohnya tak mau berhenti menusuk. Setiap erotanan darinya bagai dorongan semangat bagi kegagahannya.
Wu Yuxuan menutup rapat matanya, wajah kecilnya memerah. Erotanan dan jeritan bernada tinggi mengungkapkan kepuasan dan kebahagiaan dalam hatinya.
