BAB 154 Aku Menyukaimu
"Sayang hebat sekali." Dorongan kuat dari pinggul Su Nanfeng terus menerus mengangkat tubuh Wu Yuxuan ke udara, jatuh, naik lagi, jatuh lagi. Tubuhnya bergoyang mengikuti gerakan sang pria, bola salju di dadanya bergoyang membentuk ombak yang menggoda.
"Aahh... Aku mau keluar..." teriak Wu Yuxuan, semburan cairan panas mengalir deras.
“Oh…” Su Nanfeng juga dibuat tak berdaya oleh cengkeraman hangat dan ketat dari tubuhnya. Ia mempercepat ritme, mengerang rendah lalu menyemprotkan cairan pekat yang membara ke dalam relung terdalamnya...——
Di dalam kamar hotel, pemandangan mesra tak terkira. Namun di koridor panjang di luar, kesepian merajalela. Lin Ci duduk sendirian di koridor yang sunyi itu.
Lin Ci duduk di lantai, punggungnya menempel di pintu kamar tempat Wu Yuxuan berada. Di sekeliling kakinya berserakan puntung rokok yang masih mengepul asap. Meski peredam suara kamar hotel ini cukup baik, seolah ia masih bisa mendengar gemuruh asmara dari dalam ruangan.
Gadis yang membuatnya berdebar-debar itu sedang meregang nikmat di bawah tubuh pria lain. Selain meracuni diri dengan rokok, sepertinya tak ada lagi pelampiasan yang bisa ia temukan.
Sebatang rokok kembali habis. Ia mengambil ponsel di lantai dan menelepon Dokter Wang, “Apapun caranya, dalam satu jam aku harus tahu hasilnya. Siapa dalangnya.”
Lin Ci melemparkan ponselnya lalu menyalakan sebatang rokok lagi.
Selama satu jam menunggu hasil, posturnya tak bergeser sedikitpun. Terlalu lama duduk, dingin lantai mulai merasuk ke tulangnya. Tapi kedinginan jasmani tak mampu menandingi beku di relung hati. Ia tak bisa melupakan ekspresi nekad Wu Yuxuan – tekad untuk menghancurkan diri demi cinta.
Entah pantas atau tidak, Su Nanfeng telah dipilihnya dengan keberanian untuk dicintai.
Lin Ci merenungkan dirinya sendiri, entah itu tentang cinta maupun ketenaran, sepertinya dia tidak memiliki tekad sekuat Wu Yuxuan. Dia mulai bertanya-tanya: apakah sikapnya yang plin-plan menyebabkan posisinya yang canggung di Keluarga Lin?
Satu jam tiga menit kemudian, Dokter Wang memberi Lin Ci hasil investigasi. Dokter Wang berkata: "Berdasarkan rekaman CCTV yang diperiksa, pelakunya adalah Ma Jiajia."
Lin Ci tidak bereaksi berlebihan terhadap temuan Dokter Wang, hanya bertanya datar: "Yakin itu Ma Jiajah? Tidak ada dalang di belakang layar?"
"Tidak pasti."
"Selidiki lagi, temukan dalangnya."
Lin Ci menutup telepon. Berdasarkan pengalamannya melihat kerasnya kehidupan, bahkan jika Ma Jiajia yang bertindak, dengan kemampuan Keluarga Ma mustahil bisa mendapatkan obat perangsang sekuat itu tanpa bantuan pihak berpengaruh di belakangnya.
Kalau mau menyelidik, harus tuntas sampai ke akar-akarnya!
Hasil akhirnya ternyata sesuai dugaan Lin Ci. Dokter Wang segera melaporkan sebuah nama.
An Ruoqin!
Mungkin ini pengalaman pertama dalam hidupnya. Lin Ci berdiri di depan kamar An Ruoqin tapi tak kunjung berani mendorong pintu itu.
Saat dia masih ragu-ragu, telepon di tangannya berdering. Ternyata An Ruoqin yang menelepon. Dia mengangkat tanpa bicara. Wanita itu yang pertama berbicara dengan suara berat: "Kenapa tidak masuk?" Nada suaranya menggambarkan betapa berat hatinya saat ini. Setelah jeda lama, dia menambahkan: "Kakakmu... tidak ada di sini."
Lin Ci memasukkan ponselnya kembali ke saku, mengetuk-ngetuk pintu kamar tidur dengan jarinya, lalu memutar gagang pintu dan masuk dengan langkah mantap.
Semua tirai di kamar An Ruoqin tertutup rapat, hanya lampu langit-langit yang menyala dengan cahaya kekuningan yang redup. Karpet putih berbulu halus menutupi lantai, menciptakan suasana kamar yang serba putih dan bersih tanpa noda.
"Kakak ipar..." panggil Lin Ci.
Pintu walk-in closet terbuka. An Ruoqin muncul mengenakan gaun tidur tanpa tali tipis, rambutnya disanggul memperlihatkan tulang selangka yang putih mulus. Wajah jelitanya memancarkan pesona feminin. Dengan kaki telanjang di atas karpet, saat mendekat di bawah sorotan lampu kristal redup, Lin Ci baru menyadari dia tidak memakai bra. Panik, ia segera memalingkan muka dan berbalik hendak pergi.
An Ruoqin cepat-cepat berlari mendekat, kedua tangannya merangkul pinggangnya. Dada perempuan itu menempel di punggungnya, "Lin Ci..."
Lin Ci berusaha melepas genggamannya, tapi justru mendapat pelukan yang semakin erat. "Lin Ci, apakah kau masih belum mengerti perasaanku?"
"Kakak ipar, lepaskan. Kita ini hubungan kakak-adik ipar." Suara Lin Ci datar.
"Tidak!" An Ruoqin menolak dengan tegas.
Lin Ci memiliki kepribadian yang dingin dan tidak emosional. Sebagai putra kedua Keluarga Lin, ayahnya tidak pernah menaruh harapan besar padanya, selalu menganggap pemikirannya terlalu radikal dan berisiko dibanding kakaknya Lin Dong yang lebih stabil. Oleh karena itu, sang ayah hanya fokus mengembangkan dan mendukung putra sulungnya, sementara Lin Ci sebagai putra kedua diabaikan begitu saja. Namun justru penolakan ini memicu ambisinya - ketidakpedulian sang ayah sama sekali tidak melunturkan tekadnya. Selama bertahun-tahun ia berpura-pura menjadi anak borjuis yang bermain-main, semua demi membius kewaspadaan kakaknya, sambil menunggu momentum untuk bangkit secara spektakuler.
Faktanya, strateginya berhasil. Ia berhasil memberikan pukulan mematikan pada Lin Dong. Untuk menyelamatkan reputasi Keluarga Lin, sang ayah terpaksa menyerahkan sebagian besar bisnis keluarga padanya. Di bawah manajemen Lin Ci, bisnis tersebut mulai menunjukkan perkembangan yang pesat, kemampuannya bahkan mulai menyamai Lin Dong. Menyadari kompetensi putra keduanya ini, sang ayah mulai menunjukkan kecenderungan untuk menyerahkan tongkat kepemimpinan Keluarga Lin padanya.
Perubahan sikap ayahnya ini membuat Lin Dong mencium bahaya. Untuk mengeliminasi ancaman tersebut, Lin Dong memilih menikahi An Ruoqin, memanfaatkan hubungan pernikahan untuk memperkuat posisinya.
Kerjasama antara Lin Dong dan Keluarga An terjalin sempurna - saling memenuhi kebutuhan dan langsung sepakat.
Sebelum menikahi Lin Dong, An Ruoqin pernah terluka parah oleh sebuah hubungan asmara. Pahitnya cinta telah membuat hatinya membeku selamanya, tak lagi mampu menyala oleh percikan cinta. Bagi wanita yang sudah kehilangan kepercayaan pada cinta ini, menikah dengan siapa pun sama saja.
Karena itulah meski tidak memiliki dasar emosional dengan Lin Dong, An Ruoqin tetap memilih untuk mengarungi sisa hidupnya dalam ikatan pernikahan ini.
Tapi, An Ruoqin sama sekali tidak menyangka bahwa pelabuhan pernikahan yang ia cari ternyata adalah konspirasi Lin Dong. Pada hari pernikahan, dia dan Lin Ci masing-masing dibuat mabuk oleh orang-orang yang diatur Lin Dong. Suaminya sendiri menyeretnya ke ranjang adik iparnya, mabuk berat hingga terjadi hubungan terlarang...
Awalnya, dia pikir ini hanya satu malam saja.
Namun, dia terlalu tinggi memperkirakan keteguhan hatinya. Setiap hari dia dan Lin Ci keluar-masuk rumah yang sama, tak bisa menghindari pertemuan. Pria itu ternyata sangat memikat, tak heran banyak wanita di luar sana tergila-gila padanya.
Hatinya pun jatuh tersandra.
"Lin Ci, aku menyukaimu!"
An Ruoqin sangat sadar bahwa cintanya pada Lin Ci tak boleh ada di dunia ini. Tapi dia tetap mencintai. Itu adalah rahasia yang terkubur dalam hatinya. Hari ini akhirnya dia memberanikan diri mengungkapkan rahasia itu agar tak terkubur waktu, agar rahasia itu tak lagi menjadi misteri.
Pengakuan An Ruoqin membuat Lin Ci terkejut. Dia memang playboy yang pernah bersama banyak wanita. Tapi semua wanita yang mendekatinya hanya mengejar nama dan harta. Setelah tidur, cukup beri uang mereka akan pergi. Namun wanita di hadapannya ini berbeda - dia adalah istri kakaknya sendiri, kakak iparnya...
