Bab 161 Iblis Kecil yang Menggoda
“Jangan, aku masih harus bekerja!” Pipi Wu Yuxuan memanas, saat menatap dia terjebak dalam sorot matanya yang berkilauan gelap, cukup untuk menelannya. Tangannya mendorong dada Su Nanfeng yang mendekat, membuatnya panik.
“Jangan, Su Nanfeng, sungguh jangan...”
“Hmm?”
Wu Yuxuan mengencangkan seluruh tubuhnya yang perlahan dibungkus aroma maskulinnya. Dia berbisik protes: “Jangan...”
Bibir mungilnya yang setengah terbuka tiba-tiba dicium Su Nanfeng dengan kelembutan tak bertepi. Mata polos Wu Yuxuan berkedip-kedip, menatap takjul wajah penuh kasih itu.
Hatinya seolah ditabrak keras olehnya.
Su Nanfeng merasakan kekakuan tubuh Wu Yuxuan, telapak tangannya mengusap lembut punggungnya. “Sayang, jangan takut, santai, aku akan lembut.”
Wu Yuxuan mendorongnya kuat-kuat, tapi malah makin didekap. Ia menutup mata sambil terus menciumnya. Wu Yuxuan bisa merasakan bulu matanya yang panjang menyapu pipinya. Melihat ekspresi Su Nanfeng yang larut dalam kenikmatan, kelembutan yang tak terkira itu membuat pertahanan hancur berkeping.
Wu Yuxuan bisa merasakan Su Nanfeng sedang menghisap bibir mungilnya, ujung lidah hangatnya mengelilingi bentuk bibirnya, membuatnya malu tak karuan. "Su Nanfeng, jangan begini..."
Memanfaatkan saat mulutnya terbuka, lidah panjang Su Nanfeng langsung menyusup masuk. Lidah berapinya menjerat bagian termanis dalam rongga mulutnya, tak henti-hentinya mengecap dengan penuh hasrat.
Ciuman Su Nanfeng semakin dalam dan terburu-buru, Wu Yuxuan tak berdaya melawan. Hanya bisa merintih lemah di tengah sensasi yang diberikan pria itu, hatinya semakin kalut.
Baru setelah matanya dipenuhi kabut gelap, ia akhirnya melepaskannya. Tatapan lembutnya menatap gadis kecil yang masih linglung. Jejak kristal bekas ciumannya masih tersisa di bibir mungil, tapi si gadis malah menjilat bibir bengkaknya tanpa sadar.
Melihat adegan ini, perut bagian bawah Su Nanfeng langsung menegang. "Kau benar-benar kecil manis yang menggemaskan..."
Wu Yuxuan melotot padanya. "Jangan panggil aku kecil manis lagi!"
"Lalu apa? Sayang? Buah hati? Atau siluman kecil?" Sambil berkata, ia sengaja menggigit bibirnya, membuatnya menjerit. Jeritan itu langsung membakar api di perutnya.
“Api di perut bagian bawah tiba-tiba menyala, membentuk tenda kecil yang menonjol di paha-nya. Merasakan kekerasan itu, dia buru-buru menunduk dan wajahnya langsung memerah. Tatapannya bertemu dengan pandangannya yang penuh kemenangan dan mengejek yang terus menatapnya. Dia malu sampai ingin bersembunyi: "Su Nanfeng, kau... kau tak tahu malu!"
“Aku tidak sengaja! Ini salahmu, kalau bukan karena kau sengaja memancingku, mana mungkin aku...”
Pria tak tahu malu ini malah memutarbalikkan fakta. Wu Yuxuan benar-benar tak menyangka dia bisa sejauh ini.
Su Nanfeng menyunggingkan senyum di sudut bibirnya, mendekatkan mulutnya lagi dan berbisik serak, "Sayang, aku benar-benar membutuhkanmu."
“Kau... kau licik!!” Telapak tangan Wu Yuxuan menekan bahunya, tapi hatinya berdebar seperti rusa ketakutan.
Di telinganya, terdengar suara sensual Su Nanfeng yang bercampur napas beratnya: "Sayang, aku sangat merindukanmu, setiap detik selalu merindukanmu... Bagaimana denganmu? Apakah kau merindukanku?"
Wu Yuxuan menghindari hembusan napas panasnya, menggigit bibir dan menggeleng: "Tidak!"
Tangan Su Nanfeng yang berbuku-buku tiba-tiba membuka setelan jas kecilnya tanpa peringatan. Kancing jatuh ke lantai. Saat jas terbuka, payudaranya yang montok terbungkus kemeja putih langsung masuk ke pandangannya.
Karena warnanya putih, pandangannya bisa melihat samar-samar garis bra di dalam melalui kain kemeja. Membayangkan keindahan di balik bra, api di perut bagian bawahnya semakin membara. Telapak tangannya menutupi yang montok, mencubit beberapa kali, membuat dia terengah-engah. Ia memandangi ekspresi penuh nafsunya, "Sayang, cantik sekali."
Wajah Su Nanfeng menempel pada yang montok itu, menggesek-gesekkan wajahnya tak henti di atas kelembutan itu. Dengan penuh nafsu ia menghirup aroma yang terpancar, terkagum-kagum: "Sungguh harum."
Pada saat ini, api dalam tubuh Su Nanfeng sudah tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tangannya meraba sepanjang punggung Wu Yuxuan, merayap turun hingga menyusup ke pinggang gaunnya.
Darah Su Nanfeng mulai bergejolak. Ia sangat ingin mendapatkan penghiburan lebih besar pada tubuh perempuan kecil ini. Kedua tangannya menyusup ke celah kancing baju dalamnya, mencengkeram kedua sisi dan membukanya dengan kasar. Kancing-kancing kecil kemeja putihnya berhamburan ke lantai.
Wu Yuxuan belum pulih dari keterkejutannya, kedua tangan pria itu sudah menarik bra yang membungkus montoknya ke bawah, tergantung longgar di pinggangnya. Pria itu dengan lembut mendorongnya hingga punggungnya menempel di meja kerjanya. Tak tahan lagi, ia menundukkan wajahnya ke dada montoknya dan mulai 'menggarap'.
Su Nanfeng langsung menggigit puncak merah muda lembut di bola saljunya, getaran hebat hampir membuat jiwanya nyaris melayang. Kedua tangannya mencengkeram pakaiannya dengan erat, sensasi tubuh yang terlalu kuat membuat jarinya mengencang seolah ingin merobek bajunya. Saat ia menjilat-jilat, dari mulutnya keluar erangan napas yang mirip erotanan.
Mendengar suaranya, sudut bibir Su Nanfeng melengkung dalam senyuman licin penuh kemenangan. Lidahnya menyapu lebih kasar, membuat puncak itu mekar sempurna seperti bunga di bawah bibirnya.
Pandangan Su Nanfeng tertumbuk pada gelas anggur merah di meja kerja. Tangannya mengangkat gelas itu, menengadahkan leher untuk menahan seteguk. Ia menjepit dagu wanita itu, bibirnya menempel berat di mulutnya, membuka paksa gerigi giginya. Dengan dominan, ia memindahkan anggur merah dari mulutnya ke mulut wanita itu, memaksanya menelan. Lidahnya menggulung gila-gilaan, menghisap dengan penuh nafsu, menyedot habis sisa rasa anggur dari rongga mulutnya.
Aroma alkohol yang kental diaduk-aduk lidah panjangnya bagai obat perangsang yang memabukkan. Wanita itu tak kuasa menahan, tangan mungilnya mendorongnya keras. "Jangan, aku tidak mau minum..."
Wu Yuxuan tidak terlalu tahan alkohol, mudah sekali mabuk.
Su Nanfeng sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk melawan, satu tangan mengikat kedua pergelangan tangannya di atas kepala, bibirnya yang panas dan lembap menciumi bibirnya dengan kasar, menghisap madu manis yang mengalir dari sudut mulutnya.
Lidahnya menyusuri leher rampingnya, wajahnya sepenuhnya terkubur dalam bola salju penuh nuansa musim semi di dadanya, menggigit-gigit putik merah muda yang lembut perlahan-lahan, membuatnya tak kuasa mengeluarkan suara gemetar penuh hasrat.
Setiap kali Su Nanfeng menariknya untuk melakukan hal memalukan itu, hatinya menolak, tapi naluri tubuh telah mengkhianatinya. Ia tak bisa mengendalikan instingnya, seolah ada setan kecil menggoda yang bersemayam di relung hatinya.
"Su Nanfeng... jangan... hmm..." Wu Yuxuan tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, tangannya memberontak dari kendalinya, meronta lepas dari genggaman eratnya. Tangan itu melambai tak karuan di udara sebelum akhirnya merangkul kepalanya, jemari saling bertaut di belakang tengkorak kepalanya sambil terus menekan-nekan kepalanya agar lebih mendekat. Bersamaan itu tubuhnya melengkung tak tertahankan, menyodorkan bola salju itu ke mulutnya, berharap mendapat lebih banyak belaian.
