BAB 165 Terlalu Itu
Wu Yuxuan yang kesal membenturkan badan untuk melepaskan diri dari pria menyebalkan itu, mulai merapikan meja kerja dan tas untuk pulang. Lengan panjang pria itu tiba-tiba merangkulnya dari belakang.
“Su Nanfeng, lepas!”
“Aku cuma memeluk sebentar.”
Hati Wu Yuxuan luluh. Ia mengangguk pasrah. Toh hanya pelukan... Benarkah? Saat pikirannya melayang, sensasi hangat tiba-tiba menyapu lehernya. “Kau ngapain?!”
“Nggak ngapa-ngapain.” Suara Su Nanfeng terdengar parau.
Sensasi lembab itu semakin nyata. Wu Yuxuan baru tersadar – pria ini sedang menciumi lehernya!!
“Su Nanfeng, kau licik lagi! Lepas sekarang!”
Menghirup aroma tubuh Wu Yuxuan, Su Nanfeng tak lagi menahan binatang buas dalam hatinya yang ingin melahapnya. “Sayang, aku ingin...”
“Ingin apa?”
“Aku ingin kau!”
“Jangan... Bukankah hari ini sudah sekali? Kenapa lagi...” Wu Yuxuan menggigil, dia sangat takut Su Nanfeng kehilangan kendali lalu merebutnya dengan kasar, pinggangnya masih sakit...
“Siapa suruh kau selalu menggoda seperti ini, tak pernah puas memilikimu.” Su Nanfeng berkata sementara tangan yang semula memeluk pinggang rampingnya sudah bergerak ke atas, berpindah ke dua gundukan montoknya, terus meremas melalui kain baju. Sensasi lembut itu membakar nafsunya, bagai binatang buas yang lepas, jarinya mencengkam dagu lalu menutupi bibirnya, merebut madu dalam mulutnya, lidah lincahnya mengaduk-aduk lidah mungilnya yang berusaha menghindar.
“Mm－－”
“Sayang, cium aku.” Su Nanfeng melilit lidahnya, membujuk dengan manis.
Wu Yuxuan pikirannya kacau, di bawah bujuk rayunya mulai perlahan mengisap lidah yang masuk-keluar itu, semakin dalam setiap kali.
“Sayang, kau hebat... jangan berhenti...”
Tanpa disadari sama sekali, Wu Yuxuan tak menyadari bajunya sudah dibuka sehelai demi sehelai, tak merasa tubuhnya sudah tertekan di atas meja kerjanya.
Su Nanfeng menyipitkan matanya, mengamati dengan seksama tubuh mulusnya yang sempurna bagai giok. Setiap inci kulit salju itu adalah karya seni terbaik, terutama garis punggungnya yang halus... Ciumannya jatuh perlahan di tulang belikatnya, setiap sentuhan membakar hingga seluruh tubuhnya memerah. Cium terakhir mendarat di cuping telinganya, menggigit lembut sambil berbisik: "Sayang, kali ini aku masuk dari depan atau belakang, hm?"
"Mmm... Aku..." Benar-benar membenci pria ini. Kenapa selalu menanyakan hal-hal yang tak bisa ia jawab...
"Tidak tahu harus menjawab apa?" Tangan Su Nanfeng merayap di pahanya, merambat naik menyusuri kaki panjangnya. Jarinya menyusup dari bawah rok, mengaitkan tali celana dalam dan menariknya turun hingga tergantung di pergelangan kakinya.
Wu Yuxuan terjepit di meja kerjanya. Dada pria itu menekan erat punggung telanjangnya, merasakan tubuh mungilnya gemetar dalam pelukan.
Bibir bawahnya tergigit rapat, napas tersengal-sengal membuat wajahnya memerah. Fitur wajahnya yang sempurna bagai bunga semakin memancarkan pesona mistis yang menggoda.
Jantungnya berdebar kencang, telinganya dipenuhi dengusan berat Su Nanfeng. Embusan napas panasnya membungkus seluruh tubuhnya. "Jangan... hentikan..."
“Tidak mau apa?” Su Nanfeng menarik rok pendeknya hingga ke pinggang, seluruh lekuk bokongnya yang sempurna terbuka di hadapannya. Bagian lembah di antara bokong mulai basah oleh air sungai dari sumber peach blossom yang membasahi rerumputan di mulut sumber, pemandangan menggoda seolah mengundangnya.
Su Nanfeng menarik ritsleting dan mengeluarkan Xiao Susu yang sudah lama ditahan. Loncatannya di udara tepat menghantam lembah bokongnya. Naga Ungu berurat menonjol tampak garang, kepala naga keunguan terbaring di lembah bokongnya, membentuk kontras tajam dengan kulit putihnya yang bersih, menciptakan pesona tak terucapkan.
Wu Yuxuan menggeliat ingin kabur, tapi tangannya menekan pinggangnya sementara tangan lain menampar bokong. "Jangan bergerak." Nadanya penuh kendali namun bergetar oleh kegembiraan terpendam.
Tubuh naga keunguan Su Nanfeng membelah celahnya. Pemandangan itu seperti sosis yang terjepit di antara dua roti. Dengan cairan licin di celah giok, dia mengayunkan pinggang membuat tubuh naga bolak-balik menyusuri celah, gesekan tubuh naga yang mondar-mandir sesekali menyentuh Mutiara Gioknya, memicu gelombang kenikmatan yang menghancurkan.
“Jangan... terlalu keras, aku tidak tahan...”
Seluruh dada Su Nanfeng menekan punggungnya, kedua tangan mencengkeram bahunya, ujung lidahnya terus mencium mutiara telinganya. Mendengar penolakannya, ia bertanya: "Terlalu apa? Katakan padaku, terlalu apa?"
Wu Yuxuan menggelengkan kepala, "Terlalu...terlalu HIGg, aku tidak bisa...kumohon cepat ambil itu."
Su Nanfeng sedikit mengangkat pinggangnya, melepas baju atasnya, lalu menyuruhnya bertumpu pada meja kerja dengan kedua tangan. Karena posisi ini, dua buah montoknya tergantung di udara. Andai tidak terbungkus bra, dia benar-benar khawatir montok itu akan jatuh ke lantai.
Tangan Su Nanfeng yang jahat menyelimuti bola salju montoknya, menyiksa mereka dengan berbagai cara. Dia menyaksikan sendiri montoknya berubah bentuk dalam genggaman tangan pria itu, putih salju itu telah dihiasi jejak merah jari-jarinya. Jarinya menekan puncak putih montok itu, menggesek-gesek kain bra di ujungnya. Kenikmatan ini meski tidak sekuat sentuhan langsung jemarinya, tetap memberikan sensasi berbeda.
Akhirnya, jarinya menyusup ke tepi bra, jari telunjuk dan tengah mengambil bagian itu keluar. Jarinya memutar-mutar titik merah itu, rasa gatal seperti gelombang elektromagnetik menyebar dari dua titik yang ditahannya ke seluruh tubuhnya, merambat ke ujung sarafnya, kenikmatan yang terus-menerus menggerogoti kesadarannya.
Dua buah mungilnya berdiri tegak bergoyang lembut. Dia tak bisa melepaskan dua tangan besar yang mampu membakar kulitnya. Telapak tangan yang dominan itu membuat hatinya gelisah, payudara putih yang montok seperti bunga mekar di tengah malam, merekah indah di bawah genggaman tangannya. Tekanan tangannya bertambah, merasakan kerasnya ujung merah muda yang lembut.
Meski tak melihat ekspresinya, hanya mendengar suara lembut yang keluar dari tenggorokannya, api di matanya sudah cukup membakar seluruh dirinya.
Tiba-tiba, Su Nanfeng menyunggingkan senyum jahat, menarik salah satu kakinya ke belakang hingga "sumber peach blossom"-nya terbuka sepenuhnya di hadapan pandangannya. Wu Yuxuan memalingkan wajah merahnya dan terkejut menemukan matanya membelalak seperti harimau yang siap menerkam pemandangan di lembah tubuhnya, rakus seolah ingin langsung melahapnya.
"Sungguh indah." Su Nanfeng menatap celah giok yang mengarah ke surga di antara lekukan paha gadis itu, tangannya tak kuasa menjangkau mutiara giok paling sensitif itu, mulai memijat lembut dengan gerakan lambat.
