BAB 170 Kau Harus Mendisiplinkan dengan Baik
Setelah melepaskan pelukan, Wu Yuxuan merapikan meja kerja yang berantakan lalu menyemprotkan pengharum ruang ke seluruh kantor. Tindakannya membuat Su Nanfeng tersenyum kagum, "Sayangku yang baik, menghilangkan jejak sampai bau pun tak luput."
Wu Yuxuan melotot, "Kau masih berani bicara, masih berani?!"
Su Nanfeng mengangkat tangan menyerah, "Tak akan lagi... Ayo makan, aku lapar."
“Tidak mau pergi!” Sebenarnya perut Wu Yuxuan juga sudah sangat lapar, tapi bagaimana mungkin dia pergi sekarang? Dia tidak memakai celana dalam... Dia menyadari betul tidak boleh tinggal berdua saja dengan Su Nanfeng, pria brengsek ini. Pasti selalu ada masalah.
Wu Yuxuan selalu mengejek Su Nanfeng berwajah tebal. Kali ini pria itu benar-benar mempersiapkan wajah temboknya untuk berteriak lagi, "Pokoknya aku lapar. Kau temani aku makan, atau aku makan kau. Pilih sendiri!"
“！！！”
Demi menghindari "dimakan" lagi oleh Su Nanfeng, Wu Yuxuan terpaksa mengikuti dia dengan patuh untuk pergi makan.
Malam kota yang turun dipenuhi aura romantis nan memikat. Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah restoran Barat mewah.
Su Nanfeng membuka pintu belakang, satu tangan menahan atap mobil sementara tangan lainnya meraih Wu Yuxuan. Dengan lihai, ia menyelipkan tangan perempuan itu di lengannya.
Meski tidak mengenakan gaun mewah, pasangan ini terlihat sangat serasi.
"Selamat malam, Tuan Su." Pelayan restoran menyambut kedatangan Su Nanfeng dengan sigap, mengambil kunci mobilnya, lalu memandu mereka masuk dengan elegan.
Lampu kristal di langit-langit restoran berkilauan seperti bintang di malam hari, menghiasi seluruh ruangan dengan nuansa khusus. Tidak ada tamu lain di restoran itu, hanya alunan musik yang mendayu-dayu.
“Manajer restoran sudah menunggu lama, begitu melihat sosok Su Nanfeng langsung menyambut dengan antusias: \"Tuan Su, Nyonya Su, silakan ikuti saya.\"”
“Bukan, aku bukan Nyonya Su...” Wu Yuxuan ingin menjelaskan pada manajer restoran, tapi begitu merasakan pandangan dingin bagai es dari Su Nanfeng, ia segera menelan semua kata-kata yang tersisa.
Di bawah bimbingan manajer, Wu Yuxuan menggandeng Su Nanfeng menuju restoran udara di lantai dua. Setelah duduk, pria itu berkata: \"Bisa disajikan.\"”
Sepasang mata indah Wu Yuxuan yang bak giok mengamati sekeliling, \"Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya? Aku bisa ganti baju.\"”
“Di mataku, kau cantik dalam segala hal.”
Wu Yuxuan mendengus tak percaya, \"Pria mulut manis! Aku tak percaya omong kosongmu!\"”
Namun sejak masuk restoran hingga kini, Wu Yuxuan tak melihat satu pun tamu lain. Sepertinya ia membooking seluruh restoran.
Ah, anak orang kaya, benar-benar semaunya!
Tapi ketika menyadari restoran malam ini adalah dunia berdua khusus mereka, rasa manis kembali menggelora di hati Wu Yuxuan. Ini kencan khusus mereka, atmosfer romantis yang membuatnya mabuk kepayang dalam sorot mata lembut nan dalamnya.
Ternyata Wu Yuxuan benar-benar kelaparan. Hidangan pembuka hampir habis dilahapnya, matanya masih menatap lahap ke piring.
“Kau lapar sekali?”
“Masa tidak? Aku sudah lapar sebelum pulang kerja.”
“Salahku, seharusnya tidak memintamu lembur.”
“Ah? Tidak lembur...” Wu Yuxuan mengangkat kelopak matanya dengan bingung memandang Su Nanfeng, tiba-tiba wajahnya memerah membara, “Su Nanfeng, bisakah kau berhenti mengungkit-ungkit hal itu!”
Su Nanfeng berpura-pura tak mengerti, “Aku mengungkit apa? Coba katakan padaku, apa yang kau maksud?”
Pria brengsek!!
Setelah mengutuk dalam hati, Wu Yuxuan melanjutkan makannya tanpa memandangnya. Melihat gadis baik itu kelaparan, ia terus mengisi mangkuknya dengan makanan, tak tega melanjutkan gurauan.
Saat makan malam Su Nanfeng menghabiskan setengah gelas anggur. Khawatir pria itu mabuk, Wu Yuxuan menggantikannya menyetir. Sebenarnya setengah gelas anggur tidak berpengaruh baginya, namun ia menerima dengan senang perhatian wanita itu.
Untuk pertama kalinya Su Nanfeng merasakan kehangatan diperhatikan, membuatnya semakin tak ingin berpisah.
Setelah mengantar Su Nanfeng ke vila, Wu Yuxuan bertanya, “Bolehkah aku bawa mobilmu pulang? Sulit cari taksi malam ini.”
Su Nanfeng langsung menarik Wu Yuxuan dan menciumnya penuh hasrat bak mencari penawar racun. Ia menggigit bibir merah muda itu sementara tangannya meremas payudaranya yang montok, “Sayang, tinggallah bersamaku malam ini, ya?”
“Wu Yuxuan sudah terbuai dalam ciuman ganasnya, wajah kecilnya memerah karena kekurangan oksigen. Tapi dia tak pernah lupa nenek yang sendirian di rumah, "Tidak bisa, aku harus pulang, masih ada Nenek."”
Ciuman sederhana tadi tak mungkin memuaskannya. Ia hanya ingin tetap bersamanya dan memuaskan nafsunya. Rasa kecanduannya pada tubuh gadis ini semakin menjadi, terutama saat melihat pipi merahnya yang menggoda, detak jantungnya semakin kencang, "Telepon nenekmu, bilang kau lembur semalam suntuk."
Menatap sorot mata Su Nanfeng yang tak berkedip, tubuhnya menegang gugup, "Tidak, aku tak bisa berbohong pada Nenek."
"Ini bukan bohong, benar-benar lembur semalaman."
Wu Yuxuan terkejut, tidak mungkin kan? Dia berencana... Ya Tuhan!! Apakah pria ini masih manusia normal? Keinginannya yang besar di ranjang saja sudah keterlaluan, stamina-nya juga luar biasa. Baru 3-4 jam lalu dia sudah 'mengambilnya' dua kali, sekarang mau lagi, bahkan sampai subuh?!
Di balik ketakutan akan stamina ajaibnya, ada sedikit antisipasi dalam hati Wu Yuxuan. Seandainya dia benar-benar memaksanya sampai pagi, hatinya mungkin akan...
Cih cih cih!! Wu Yuxuan, apa yang kau pikirkan? Kau sudah hancur, benar-benar hancur...
Bibir Su Nanfeng menelusuri leher putih Wu Yuxuan, meninggalkan jejak basah yang hangat. Tangannya menarik tangan kecil wanita itu ke bagian tubuhnya yang paling membara, yang sudah mengeras seperti baja.
“Su Nanfeng, bisakah kau lebih tegas?!”
“Di hadapanmu, aku benar-benar tidak bisa mengendalikan diri. Kau tidak tahu betapa memikatnya dirimu, selalu ingin melahapmu.” Suara Su Nanfeng serak, langsung terasa betapa sulitnya ia menahan diri. Dengungan itu membuat hatinya berdebar kencang, getaran kecil harapan tersembunyi di dasar hati kembali terpicu olehnya.
“Su Nanfeng, jangan seperti ini, sungguh.”
Su Nanfeng tak peduli, menggenggam tangan kecilnya untuk menarik resleting celana pendek. Xiao Susu yang tegang dikeluarkan dari celana, memaksa tangan mungilnya memegang 'si tak berguna' itu. Saat menyentuh suhu membara tersebut, rasanya jantungnya meleleh. Ingin menarik tangan tapi diremas erat, ia bergumam tak jelas: “Sayang, dia selalu bandel dan tak berguna, kau bisa didik dia baik-baik, ya?”
“Jangan...”
Wu Yuxuan merasa seluruh tubuhnya tidak karuan dipandangi tatapan membara Su Nanfeng. Desahan nafasnya, suaranya, ditambah sensasi suhu dan ukuran Xiao Susu yang semakin membesar.
