Bab 173 Hancurkan Dia!
Su Nanjing duduk di samping Wu Yuxuan, menyikutnya dengan siku sambil bertanya penasaran: "Hei, calon kakak iparku, sudah berapa lama kau bersama kakakku? Berapa kali kalian berguling di sprei? Berapa lama setiap kali? Apa dia sangar?"
Syu!
Pertanyaan Su Nanjing belum dijawab Wu Yuxuan ketika sebuah bantal sofa sudah melayang ke arahnya, tepat menghantam kepalanya. Bantal itu jatuh di dekat kakinya. Dengan geram, ia menendangnya kembali ke kakaknya, tapi ditangkap. Dengan cemberut manja ia protes, "Kakak, kamu curang!"
Su Nanfeng meletakkan bantal dengan rapi, matanya melotot ke adiknya. "Cepat pergi kuliah!"
"Hari ini Sabtu, Sabtu, Sabtu!" Su Nanjing menjerit kesal. "Mana ada kuliah di hari Sabtu? Aku mau tetap bersama calon kakak iparku!"
Su Nanjing dengan nakal menggenggam lengan Wu Yuxuan, membuat Wu Yuxuan terkejut. Kapan dia menjadi istri Su Nanfeng? Panggilan "kakak ipar" ini... jujur saja, membuat hatinya bergetar...
Wu Yuxuan dengan canggung sedikit menjauh dari Su Nanjing, memaksakan diri menjelaskan: "Nona Su Kedua, aku bukan kakak iparmu."
"Apa?" Pandangan dunia Su Nanjing hancur berantakan, "Kamu sudah tidur bersama kakakku tapi masih tidak mau dianggap sebagai kakak iparku?"
“...”
Wajah mungil Wu Yuxuan memerah tak karuan. Bukankah Nona Kedua Keluarga Su, Su Nanjing, dikenal sebagai gadis bangsawan terdidik? Mengapa bicaranya begitu vulgar? Kevulgaran yang membuatnya tak berkutik. Dalam hati ia bergumam, memang semua anggota Keluarga Su aneh-aneh...
Namun Su Nanjing yang sejak kecil dimanjakan seperti putri, tak memahami arti kelicikan dunia. Cara berpikirnya polos tanpa belitan, sehingga langsung memanggil Wu Yuxuan sebagai kakak ipar. Utamanya karena kurang pengalaman sehingga pola pikirnya masih naif.
Andaikan Su Nanjing memiliki pengalaman hidup sebanyak Wu Yuxuan, mungkin takkan begitu mudahnya memanggil "kakak ipar".
Wu Yuxuan memandang Su Nanjing dengan iri membuncah. Kenaifan dan ketulusan adalah harta berharga. Meski dunia penuh luka, ia tetap berharap Su Nanjing bisa mempertahankan sifat kekanakannya ini, terus melihat dunia sebagai dongeng sempurna.
“Hei, kakak ipar, ceritakan dong bagaimana kakak dan kakak laki-lakiku pertama kali bertemu. Tahukah kakak? Sebelumnya aku selalu mengira kakakku itu... eh, ternyata dia memang suka wanita.” Mata jernih Su Nanjing berkelip-kelip bagai bintang, memancarkan aura elegan yang tak tertandingi gadis biasa.
Wu Yuxuan langsung pusing tujuh keliling. Bagaimana cara menjawab pertanyaan ini, apalagi Su Nanfeng sedang duduk di sebelah... Dia melirik pria brengsek itu dengan tatapan minta tolong, berbicara dalam bahasa bibir tanpa suara: "Tolong aku."
Sorot mata Su Nanfeng yang dalam tiba-tiba menampakkan kelakar. Tak disangka si gadis baik ini akhirnya memohon padanya. Hatinya berbunga-bunga, tapi tak kuasa untuk tidak menggoda. Dengan gerakan bibir ia membalas: "Mohon padaku."
"..." Setelah wajahnya dipenuhi garis hitam, Wu Yuxuan terpaksa menunduk mengirim sinyal "Aku mohon" ke arah Su Nanfeng.
Tapi pria itu malah semakin menjadi, diam-diam berkata: "Tujuh kali."
Ya ampun!! Wu Yuxuan benar-benar... Dihadang pertanyaan Su Nanjing yang tak henti-henti, ditekan tuntutan Su Nanfeng yang tak berujung. Dia merasa akan benar-benar dikalahkan oleh keluarga Su. Dengan menahan diri, dia menerima syarat pemerasan itu.
Tujuh kali ya tujuh kali!
Su Nanfeng yang sudah mendapat keuntungan tiba-tiba bersuara dingin: "Su Nanjing! Sudah cukup mainmu?! Kalau sudah, segera pulang ke rumah atau kampus. Jika tidak, aku bekukan uang makan dan jajanmu selama setengah tahun!"
“A?! Kak, kamu kejam sekali. Aku kan adik kandungmu, bukan anak pungut atau adopsi. Kok bisa kamu memperlakukanku seperti ini.”
Su Nanfeng mengangkat sudut matanya, melihat ekspresi kesal Su Nanjing. Hatinya meleleh, adik perempuannya ini... Tapi demi membantu gadis baiknya keluar dari kesulitan, dia harus mengesampingkan adiknya dulu. Suara nya mengeras: "Aku dengar dari Ayah, kamu ini waktu itu dia lewat tempat sampah..."
"Baiklah, baiklah... Aku pergi, aku pergi saja, ya?" Su Nanjing terlalu paham karakter kakaknya. Biasanya sangat baik padanya sampai mau mengambilkan bulan di langit, tapi sekali dia tidak senang, pasti akan mengeluarkan kata-kata menyakitkan. Yang paling kejam adalah mengatakannya sebagai anak pungut dari tempat sampah.
"Nanjing, aku suruh Lao Wang mengantarmu kembali ke kampus."
"Hmph! Aku benci kamu! Nggak mau main lagi sama kamu, nggak mau manggil kakak lagi!"
"Bagus, aku juga nggak mau punya adik hasil pungut dari tempat sampah."
Su Nanjing langsung menyerah, suaranya melunak: "Kak, aku salah. Aku salah, ya? Aku langsung pergi, nggak ganggu kamu dan kakak ipar tujuh kali."
Braak! Wu Yuxuan merasa dunianya runtuh. Matanya menatap Su Nanfeng dengan tatapan memelas, jelas bertanya: "Dia tahu dari mana?"
Su Nanfeng berkasa-kuku: "Dia bisa baca bibir."
"..." Ya Tuhan...
Su Nanfeng menyuruh Lao Wang mengantarkan Su Nanjing kembali ke sekolah dengan mobil. Vila yang luas itu kembali hanya menyisakan dia dan Wu Yuxuan. Ia duduk bersila sambil membaca koran, sedangkan sang gadis hanya duduk diam.
Keduanya tak saling berbicara. Keheningan langka ini justru menumbuhkan rasa manis yang menggelitik di hati sang gadis.
Setelah waktu yang sangat lama, Lao Wang yang mengantar Su Nanjing kembali masuk melapor: "Kakakku, aku melihat lagi pemuda itu. Apa perlu...?"
Su Nanfeng melipat korannya rapi di meja kopi, berkata santai: "Suruh beberapa orang untuk memberi peringatan. Kalau masih bandel, babat habis!"
Kata-kata itu membuat Wu Yuxuan merinding. Apa... apa Su Nanfeng ini anggota geng kriminal?
Lao Wang segera mundur setelah mendapat perintah. Su Nanfeng melambaikan jarinya ke arah Wu Yuxuan yang termenung. Dengan patuh gadis itu duduk di pangkuannya, lalu bertanya: "Pemuda yang disebut Lao Wang tadi..."
Wajah Su Nanfeng langsung muram: "Seonggok sampah masyarakat, tak ada gunanya dibiarkan hidup."
Barulah Wu Yuxuan mengerti. Rupanya ada pemuda yang ingin mendekati Su Nanjing. Tapi sang kakak yang overprotektif ini tak mengizinkan siapapun mendekati adik perempuannya. Ia menghela nafas kasihan pada pemuda itu - dengan temperamen Su Nanfeng yang ganas, bisa-bisa nyawa malang itu melayang!
Bukankah bos geng kriminal biasanya suka membunuh orang?
“Su Nanfeng melihat Wu Yuxuan agak teralihkan, mengangkat tangan mencengkeram dagunya, "Selain aku, jangan pikirkan pria lain."”
“Aku tidak memikirkan pria lain... Lagi pula, bagaimana kau bisa seotoriter ini.””
“Aku memang otoriter!” Su Nanfeng mengatakannya sambil kedua tangannya yang kuat mengunci pinggangnya, memeluknya seolah khawatir mainan kesayangannya direbut orang, “Sayang, ingat, kau hanya milikku sendiri. Jangan pikirkan pria lain, jangan tersenyum ke pria lain. Di tempat yang ada aku, jadikan aku matahari yang kaulingkari. Di tempat tanpa aku, hanya boleh memikirkan aku. Dengar?””
