BAB 177 Milikku Semua Milikmu
Direktur Su berkata: "Ada pria sejati di sini, buat apa perlu mentimun?"
Wu Yuxuan tertegun, saat menyadari makna ucapan itu, keringat dinginnya mengalir... Apakah bisa lebih vulgar lagi?
Begitu Direktur Su mulai "mengemudi", dia benar-benar bisa menyebabkan kecelakaan!
Vila ini jarang ditempati Su Nanfeng. Biasanya jika Wu Yuxuan tidak ada, dia pun tidak akan datang. Beberapa makanan di kulkas sudah terlalu lama hingga busuk dan tak layak dimakan. Saat membersihkan makanan yang mulai berbau, setelah selesai hanya tersisa dua buah mentimun...
Su Nanfeng tanpa pikir panjang langsung membuang "saingannya" itu, sambil menarik tangan Wu Yuxuan: "Temani aku belanja ke supermarket."
Bersama Su Nanfeng, semua hal tidak pernah terjadi secara tiba-tiba. Meski sedetik sebelumnya dia di vila, sedetik kemudian sudah menunggu bus.
Tentang cara pergi ke supermarket, Wu Yuxuan dan Su Nanfeng berdiskusi serius. Pilihan utama si pria brengsek tentu mobil pribadi - bukankah ada kendaraan? Perlukah ikut berebut bus dengan orang tak punya mobil? Baginya ini pemborosan sumber daya dan perampasan hak orang lain. Tapi di hati wanita ini, justru ingin merasakan naik bus bersamanya.
Wu Yuxuan merasa naik bus sangat praktis. Dari gerbang area vila naik bus, melewati tiga halte, turun tepat di depan supermarket. Kalau bawa mobil sendiri malah harus cari tempat parkir, lebih merepotkan.
Akhirnya, ia menuruti.
Wu Yuxuan berdiri di peron menunggu bus. Su Nanfeng berdiri di belakangnya, postur tinggi-rendah mereka terlihat serasi. Satu-satunya yang tidak selaras mungkin adalah penampilannya sendiri. Ia mengenakan setelan jas tangan tinggi yang dibuat khusus, sepatu kulit mahal dengan kesan elegan, membuatnya tampak anggun bak giok terpahat.
Setelah menunggu sekitar sepuluh menit di peron, bus tiba. Wu Yuxuan cepat-cepat masuk, Su Nanfeng mengikuti dari belakang.
Wu Yuxuan mengeluarkan kartu dari saku dan menempelkannya di sensor mesin tiket. Su Nanfeng yang berada di belakangnya tidak melakukan apa-apa. Sopir mengerutkan kening dan memanggilnya: "Tuan, Anda belum bayar. Mau pakai kartu atau uang tunai?"
"Apa?!" Su Nanfeng yang biasanya selalu tenang tiba-tiba bingung. Ia menatap sopir dengan pandangan kosong, sama sekali tidak mengerti maksudnya.
Sopir memandanginya seperti melihat alien. Karena tak kunjung ada reaksi, sopir mengetuk kotak uang dengan kesal. Suaranya sedikit meninggi dengan nada sarkastik: "Waduh, pakaiannya mentereng tapi mau kabur tanpa bayar? Cuma dua ribu untuk sekali jalan. Dua ribu bisa beli apa sih?"
Wu Yuxuan melihat situasi tidak baik, berbalik dan menjelaskan pada supir: "Maaf, ini pertama kalinya ia naik, tidak tahu caranya." Setelah berkata, dia tersenyum melihat Su Nanfeng yang tampak bingung - belum pernah melihat CEO Su kesulitan seperti ini, kenapa tiba-tiba terlihat menggemaskan.
Supir yang mendengar penjelasan Wu Yuxuan sedikit melunak, "Pak, mau pakai kartu atau bayar tunai?"
"Pakai kartu." Su Nanfeng mengeluarkan dompet dari sakunya, mengambil sebuah kartu dan menirukan cara Wu Yuxuan meletakkannya di sensor. Tapi setelah lama tak terdengar bunyi 'di', melihat wajah dingin supir, raut mukanya langsung berubah masam.
Supir berkata: "Saldo kartu Anda habis, ganti yang lain."
"..." Wajah Su Nanfeng benar-benar gelap. Bagaimana mungkin kartunya kosong? Ini bukan lelucon! Uang di kartunya cukup untuk membeli seluruh perusahaan transportasi ini.
Ekspresi Su Nanfeng itu membuat Wu Yuxuan sangat menghibur. Belum pernah dia melihatnya begitu kikuk. Menahan tawa sekuat tenaga, dia mendekatinya dan mengambil kartu dari tangannya, lalu mendekatkan kartunya sendiri ke sensor sampai terdengar bunyi 'di'.
"Pak, sudah beres, kita jalan." Senyum cerah menghias bibir Wu Yuxuan sambil menarik tangan Su Nanfeng ke bagian belakang bus. Karena penumpang banyak, mereka harus berdiri.
Su Nanfeng merasa malu, berbisik di telinganya: "Kenapa kartuku tidak bisa?"
"Yang dipakai naik bus adalah kartu transportasi umum, bukan kartu bank."
“Tangan Su Nanfeng meraba ke saku belakang celananya, mengeluarkan kartu tipis miliknya. Beda dengan kartu bank biasa, ia memeriksa kartu itu lama-lama sambil berkata, "Pertama kali lihat kartu seperti ini."”
“...”
Wu Yuxuan mengambil kembali kartunya dan menyimpannya, “Tuan Su, ingat ya, Anda berhutang dua yuan padaku. Ini harus dibayar.”
“Nggak punya uang.”
“Kau... jangan bertingkah licik! Dua yuan ini mungkin cuma kertas sampah bagimu, tapi bagi aku ini uang besar.”
“Apa maksudmu?! Uangku juga hasil jerih payah sepeser demi sepeser?!”
Wu Yuxuan terdiam seketika. Jujur saja, selama ini dia selalu menganggap Su Nanfeng sebagai anak orang kaya yang boros. Terlebih sikapnya yang selalu menghamburkan uang tanpa ragu, melempar uang tunai seperti air mengalir tanpa mengernyitkan dahi. Tak disangka pria yang hidup berkecukupan ini bisa mengucapkan kalimat seperti itu.
Pandangan Su Nanfeng tentang uang memang mengejutkannya, tapi kekaguman tak bisa mengisi perut. Wu Yuxuan bersikeras, “Kalau tahu cari uang susah, seharusnya Anda lebih wajib mengembalikan uangku.”
“Masa tahu cari uang susah masih mau kuberikan padamu? Aku ini bodoh?”
“...”
Tiba-tiba Wu Yuxuan merasa ucapan itu masuk akal, sampai tak bisa membantah...
Su Nanfeng kemudian menambahkan, “Uang nggak ada. Tapi ada orang yang bisa kujadikan jaminan. Aku bisa temani makan, minum, dan tidur sebagai gantinya.”
Wu Yuxuan memutar matanya sambil berkata, "Huh~ Huh~ Huh~ Seorang CEO besar seperti Su Nanfeng cuma dihargai dua yuan, benar-benar menggelikan."
"Di hadapanmu tak perlu dua yuan, cukup kau gerakkan jari saja aku langsung datang. Gratis temani makan, minum, dan tidur."
“...”
Percakapan ini benar-benar tidak bisa dilanjutkan!!
Setelah turun tiga halte, mungkin karena hari Sabtu-Minggu, supermarket ramai pengunjung. Su Nanfeng mengambil troli sementara Wu Yuxuan memilih barang di depan. Dia ingin membeli suplemen untuk neneknya, tapi melihat harga-harga yang mahal. Setelah melihat-lihat, dia mengembalikan barang ke rak. "Nanti saja beli setelah gajian."
Baru saja Wu Yuxuan mengembalikan barang, Su Nanfeng langsung mengambilnya dan memasukkannya ke troli. Wu Yuxuan buru-buru mencegah, "Jangan, aku tidak punya cukup uang."
Su Nanfeng melirik tajam, "Kau anggap aku udara?"
"Bukan... Ini untuk nenekku. Aku tidak mau pakai uangmu."
"Aku ini milikmu, uangku juga uangmu."
Sejujurnya, Wu Yuxuan merasa manis di hati. Tapi dia sadar, kelembutan ini bukan untuknya. Dia hanya memanfaatkan kebaikannya dengan tak tahu malu.
Wu Yuxuan mengembalikan barang ke rak, "Sudah, tidak usah beli. Aku tak mau menghabiskan uangmu banyak-banyak."
"Aku cari uang untuk wanita aku belanjakan, sudah kodratnya. Beli!"
