Bab 181 Bertemu Mantan Pacar
Su Nanfeng berkata: "Guo Chen berani mengincar sesuatu yang bukan haknya pantas dihukum. Aku sudah berbaik hati tidak langsung menghabisi dia. Kalau berani lagi mengincarmu, pasti kubunuh!"
"Kak! Kau diktator, kau... curang, kau menggangguku..." Bahu kecil Su Nanjing berguncang-guncang. Awalnya hanya menangis pelan, kemudian langsung menangis histeris tanpa peduli penampilan.
Tangisan Su Nanjing meluluhkan hati Su Nanfeng. Dia mengulurkan tangan memeluk bahunya untuk menghibur, "Sudah, hentikan air mata. Kalau terus menangis jadi tidak cantik."
Su Nanjing menangis dan mengeluh: "Meskipun kakak adalah saudaraku, tidak boleh mengintervensi kebebasanku. Aku hanya dekat dengan seorang pria, tidak melakukan apa-apa, mengapa selalu mengawasiku begitu ketat?"
"Guo Chen bukan orang baik, aku..."
"Sudah, sudah!" Su Nanjing memotong keras perkataan Su Nanfeng. Di satu sisi ada kakaknya, di sisi lain ada pria yang membuatnya berdebar-debar, dia tidak ingin mendengar lebih banyak fitnah tentang Guo Chen dari mulut kakaknya.
Su Nanjing menghapus air mata, "Kalau begitu aku pulang, tidak akan mengganggu kalian berdua mesra-mesraan."
Wu Yuxuan yang sedang berbaring tak bersalah tiba-tiba "!!!"
Su Nanfeng menelepon Lao Wang untuk mengantar Su Nanjing pulang.
Lao Wang membuka pintu mobil dan mempersilakan Su Nanjing masuk. Dia berkata: "Paman Wang, ke rumah sakit."
"Nona Kedua, ini tidak baik..."
"Apa yang tidak baik? Ke rumah sakit... Dan mulai sekarang, jangan laporkan urusanku ke kakakku lagi!" Lao Wang akhirnya hanya sopir Keluarga Su, setelah diperingatkan seperti itu, dia tidak berani banyak bicara.
Karena keributan Su Nanjing, suasana hati Su Nanfeng sedikit terganggu. Wu Yuxuan mengambil sumpit bersih untuknya, tapi dia meletakkannya: "Sudah, tidak makan."
Su Nanfeng belum sarapan, makan siang baru setengah jalan sudah diganggu. Wu Yuxuan khawatir dia lapar: "Makan lagi sedikit."
Tangan Su Nanfeng menepuk-nepuk bangku di sebelahnya: "Duduk sini, suapi aku maka aku makan."
Wu Yuxuan mendorongnya, "Kau brengsek! Mau makan atau tidak, lebih baik mati kelaparan, biar tidak merusak anak orang lagi."
Wu Yuxuan tidak memahami urusan Guo Chen, jadi dia tidak berhak berkomentar. Tapi terlepas apakah tujuan Guo Chen mendekati Su Nanjing adalah cinta atau motif lain, tindakan Su Nanfeng memukulinya memang terburu-buru. Banyak hal sebenarnya bisa diselesaikan secara damai, mengapa harus menggunakan kekerasan? Namun cara ini memang sesuai dengan gaya pria brengsek itu - ia selalu kasar dan langsung!
Su Nanfeng mengangkat Wu Yuxuan dan mendudukkannya di meja makan. Ia memeluknya sambil berkata: "Menurut investigasiku, Guo Chen mungkin mengincar harta Nanjing. Aku melakukan ini karena takut adikku terluka."
"Ah! Ini masalah serius, mengapa tidak kau jelaskan pada Nanjing?"
"Lihat saja betapa emosinya tadi. Mungkin menjelaskan sekarang? Sebagai kakak, aku harus mengambil tanggung jawab ini."
"Bagaimana jika Nanjing benar-benar terluka oleh Guo Chen?"
"Tidak mungkin. Jika dia berani bertindak sembarangan, aku akan menghabisi nyawanya seketika."
Mendengar perkataan Su Nanfeng, Wu Yuxuan menarik napas lega, "Semoga Nanjing bisa memahami niatmu."
“Semoga saja.” Suara Su Nanfeng terdengar muram. Sebagai putra sulung Keluarga Su dan calon penerus, tanggungan yang harus dipikulnya sungguh terlalu berat. Terkadang saat beban di pundaknya menghimpit, ia berharap ada tempat untuk menenangkan kegelisahan hatinya, bahkan ingin melepaskan diri dari semua tanggung jawab. Namun setiap kali muncul keinginan itu, ia menyadari bahwa takdirnya telah ditetapkan sejak lahir - mustahil untuk lari.
Harapan Su Ming terhadap Su Nanfeng sangat tinggi, seluruh masa depan Keluarga Su ditumpukan padanya. Tak ada kehangatan hubungan ayah-anak di antara mereka. Beruntung ia masih memiliki adik-adik, dan kini ada Wu Yuxuan. Setiap detik bersamanya selalu terasa ringan dan menyenangkan, terus memicu keinginannya untuk membangun rumah tangga.
Sayangnya gadis di depannya selalu tampak dibebani pikiran, tak bisa melepaskan beban hati untuk menerima cintanya. Meski mulutnya keras menolak mengakui perasaan, bisa bersama dia sudah merupakan anugerah terbesar baginya.
Su Nanfeng senang melihatnya tersenyum, melihatnya tersipu malu, menyaksikan kemanjaan dan kecanggungannya saat bercinta. Lebih dari itu, ia ingin merasakan suka-dukanya, berbagi kebahagiaan dan kesedihan bersamanya.
**
Zhang Yue yang temperamental sudah mulai menelepon tanpa henti pukul enam sore, khawatir Wu Yuxuan tidak menghadiri reuni malam ini.
Wu Yuxuan akhirnya tidak tahan dengan bujukan halus Zhang Yue. Setelah menenangkan Su Nanfeng, dia pergi mengikuti alamat di kertas tersebut.
Tempat pesta adalah bar kelas menengah, tidak seramai klub malam tapi tetap meriah. Saat Wu Yuxuan tiba, banyak teman lama SMP yang sudah berubah drastis karena waktu yang terpaut terlalu lama. Jika bukan karena perkenalan Zhang Yue, dia benar-benar akan lupa nama-nama teman lama ini.
Reuni teman lama biasanya hanya berisi berbual, minum-minum, tidak ada yang spesial. Awalnya Wu Yuxuan masih mengobrol dengan mereka, tapi di paruh akhir acara masing-masing sudah asyik sendiri. Dia merasa pesta seperti ini tidak menyenangkan, tapi tidak enak pergi di tengah jalan. Akhirnya dia keluar dari ruang VIP untuk mencari udara segar.
Di koridor luar ruang VIP banyak pria mabuk. Mencium bau alkohol yang tidak sedap, Wu Yuxuan mengerutkan kening. Setelah bertanya pada pelayan, dia menuju ke arah toilet.
Toilet pria dan wanita di ruang VIP berdekatan. Saat Wu Yuxuan hendak masuk, An Bin yang keluar dari toilet pria langsung menarik lengannya, "Yu Xuan!"
Wu Yuxuan sama sekali tidak menyangka akan bertemu An Bin di bar ini.
Wu Yuxuan menarik lengannya dari genggaman An Bin, dengan ekspresi datar berkata, "Hai, lama tidak berjumpa."
Tiba-tiba, kilatan kesakitan muncul di mata An Bin. Dulu saat bersama Wu Yuxuan, diam-diam ia masih menjalin hubungan dengan Chen Xue. Ia mengira Chen Xue akan menjadi kebahagiaan seumur hidupnya. Kini, sebagai hukuman atas ketidaksetiaannya, ia mengalami kekecewaan bahkan kegagalan dalam pernikahan. Sejak bercerai dengan Chen Xue, yang justru sering ia ingat adalah wanita yang dikiranya tidak dicintainya ini - mengenang senyumnya, suaranya, segala hal tentangnya...
"Yu Xuan, kau baik-baik saja?"
"Aku? Baik-baik saja."
An Bin tidak melihat sedikitpun kesedihan di wajah Wu Yuxuan. Mungkin bagi wanita ini, melepaskan dirinya dan hubungan mereka adalah suatu pembebasan.
"Begitu?" Suara An Bin penuh kepedihan. "Asal kau baik-baik saja."
Wu Yuxuan memandang An Bin di hadapannya. Sebelum bertemu Su Nanfeng, An Bin selalu menjadi pria tercantik di hatinya. Dalam bayangan keluarga impiannya dulu, pria inilah yang akan menjadi suaminya.
