Bab 184 Wanita Mabuk
Zhang Yue yang mendengar suara itu mengangkat kepala, wajahnya langsung berseri seperti melihat penyelamat. "Aduh, akhirnya kamu datang! Aku serahkan Yu Xuan padamu. Rawat dia baik-baik. Masih ada teman sekelas lain yang mabuk di ruang VIP, aku harus urus mereka dulu."
An Bin mengernyit bingung, "Hah?" Ekspresinya langsung membuat Zhang Yue tak sabar. "Hah apaan? Istrimu mabuk segini, sebagai suami wajar dong merawatnya! Cepetan bawa dia pulang! Udara malam dingin, nanti sakit siapa yang peduli!"
Tanpa banyak bicara, Zhang Yue menyerahkan Wu Yuxuan ke pelukan An Bin sebelum berbalik dan berlari kembali ke dalam bar.
An Bin memeluk erat tubuh Wu Yuxuan yang limbung, menepuk-nepuk pipinya lembut. "Yu Xuan, sadar dong. Kamu tinggal di mana? Aku antar pulang."
"Pertanyaan ini terlontar, An Bin tiba-tiba merasakan kedinginan di hatinya. Ia ternyata tidak tahu di mana dia tinggal. Tidak hanya tempat tinggalnya, sepertinya banyak hal tentang dirinya yang tidak ia ketahui. Sudah lama bersama, tapi tak pernah merayakan ulang tahun atau hari raya bersamanya, tak pernah menonton bioskop, tak pernah memberi setangkai mawar. Malah dirinya yang terus menikmati perhatian dan kasih sayang tanpa batas darinya. Namun akhirnya, ia justru melakukan perbuatan konyol yang menyakiti hatinya."
Wu Yuxuan yang masih linglung melihat wajah An Bin. Tubuhnya gemetar, kedua tangan mendorong bahunya. "An Bin, lepaskan aku! Jangan sentuh aku!"
"Yu Xuan, jangan takut. Aku takkan menyakitimu." Matanya yang perih memancarkan rasa sayang. Selama ini, di matanya dia selalu gadis biasa yang sederhana. Tapi ia tak tahu menghargai hingga kehilangan. Kini hanya ingin membalas budi, berharap dia bisa merasakan ketulusannya dan kembali ke pelukannya.
An Bin masih termenung saat tiba-tiba beban dan kehangatan di pelukannya menghilang. Ia melihat Wu Yuxuan sudah berpindah ke pelukan orang lain.
Su Nanfeng menarik Wu Yuxuan yang mabuk dengan kasar, memaksanya masuk ke pelukannya. Sorot matanya dingin menusuk An Bin: "Wanitaku akan kuantar sendiri. Tak perlu Tuan An repot-repot."
Hampir seketika tubuh Wu Yuxuan lepas dari pelukan An Bin, ia meraih lengan wanita itu tanpa ragu. Genggaman besar itu mencengkeram erat tak mau melepaskan, seolah jika hari ini dilepaskan maka selamanya tak akan bisa menangkapnya kembali...
Sorot dingin Su Nanfeng yang menyerupai malaikat maut tiba-tiba muncul, tertuju pada tangan besar An Bin yang masih menggenggam.
An Bin tak mau melepaskan, Su Nanfeng pun bersikeras tak mau melepas. Kedua pria itu saling menariknya dari kiri dan kanan, menciptakan suasana perebutan yang sengit.
"Lepaskan!" Suara Su Nanfeng tiba-tiba membeku.
An Bin tetap tak mau mengalah, berkata: "Yang harus melepaskan adalah kau! Dia pacarku."
Wajah Su Nanfeng berubah mengerikan, kilatan niat membunuh muncul di matanya. "Tubuhnya, hatinya, segalanya milikku Su Nanfeng! Kau ini siapa?!"
"Aku mantan kekasih pertamanya."
Su Nanfeng mencemooh: "Aku pria pertama yang mereguk keperawanannya."
Beberapa kata sederhana itu menusuk hati An Bin. Sebenarnya Wu Yuxuan adalah gadis tradisional. Dulu saat masih bersama, dia selalu menolak berhubungan lebih intim karena ingin menyimpan momen indah untuk malam pengantin. Dialah yang tak tahan kesepian lalu mencari Chen Xue...
Tapi gadis yang dulu menjaga kesuciannya untuknya, kini bersukaria di hadapan pria lain. Bagaimana mungkin ia masih memiliki keberatan untuk merebut kembali dari pria yang telah merenggut kemurniannya itu?
Memanfaatkan kebekuan An Bin, Su Nanfeng memutar tubuh Wu Yuxuan dengan sigap hingga memastikan An Bin tak lagi bisa menyentuhnya. Dengan tatapan garang ia berkata: "Hanya aku yang boleh menyentuh tubuhnya!"
An Bin berbalik badan, memandang Su Nanfeng yang benar-benar naga dan phoenix di antara manusia. Tapi ia juga mengenal pria ini, mengenal pertunangan yang pernah dimiliki pria ini. "Su Nanfeng," ancamnya dengan suara datar, "aku mau bersaing secara adil denganmu."
"Berdasarkan apa?" Seberkas sinis mengapung di sudut bibir Su Nanfeng. "Dengan apa kau mau bersaing adil denganku? Dengan kemampuanmu? Latar belakang keluargamu? Kekayaanmu atau karakter muliamu? Kalau begitu terpaksa kuberi tahukan padamu - dalam semua aspek itu, kau tak ada yang bisa menyaingiku. Kalau keahlianmu tak sehebat orang lain, ngapain bicara soal keadilan denganku!"
Tiba-tiba, An Bin terpaku oleh kata-kata Su Nanfeng yang tinggi hati itu. Meski ucapan itu menyakitkan telinga, namun itulah kenyataan. Ia tak memiliki latar belakang keluarga dan dana seperti Su Nanfeng, apalagi kemampuan mengurus seluruh bisnis keluarga. Yang dimilikinya hanyalah dua kamar dan ruang tamu sempit, serta orang tua yang tak begitu puas padanya... Jangankan bersaing secara adil, bahkan syarat untuk dibandingkan dengan Su Nanfeng pun tak ia miliki.
Su Nanfeng menahan tubuh Wu Yuxuan dengan satu tangan, sementara jarinya yang lain menuding An Bin. Dengan suara dingin ia berkata: "Kalau kau sudah memenuhi syarat, baru kita bicara tentang keadilan! Sekarang, aku mau membawa wanita-ku pulang. Kalau kau bijak, menghilanglah dari sini."
An Bin hanya bisa pasrah melihat Su Nanfeng membawa pergi Wu Yuxuan, ia tak bisa mengejar karena yang bisa diberikan pria itu padanya jauh melebihi apapun yang pernah ia beri...
Ini mungkin pertama kalinya Su Nanfeng mengalami situasi seperti ini, seorang wanita mabuk yang berjalan sempoyongan di jalanan dan tidak membiarkannya menyentuh. Jika sebelumnya, dia pasti sudah membuang orang itu ke pinggir jalan. Tapi melihat Wu Yuxuan yang wajahnya memerah dan kesadarannya tidak jelas dengan kemanjaan yang menggairahkan, dia tidak tega meninggalkannya sendirian di jalanan untuk diambil pria lain.
Su Nanfeng menarik napas dalam beberapa kali, akhirnya pasrah mengikuti di belakangnya dengan hati-hati.
Angin malam yang mulai dingin menerpa tubuh Wu Yuxuan, menyusup dari kerah bajunya membuatnya menggigil. Langkahnya goyah di atas aspal, bayangannya memanjang di bawah lampu neon. Suara sepatu hak tingginya berdentang-dentang di jalanan, semakin menegaskan kesepian dalam hatinya.
Aroma alkohol naik ke kerongkongan. Wu Yuxuan memegang batang pohon besar sambil memuntahkan banyak minuman. Melihat ini, Su Nanfeng segera mendekat, satu tangan menahan tubuhnya sambil mengusap lembut punggungnya. Bau alkohol yang menyengat memenuhi hidungnya, alisnya berkerut. Amarah yang ditahan hampir meledak, tapi tiba-tiba melihat kelembapan halus di bulu matanya.
Dia pernah menangis.
Dalam hati Su Nanfeng, Wu Yuxuan selalu dikenal sebagai sosok yang keras kepala. Saking keras kepalanya, semua perasaan baik maupun buruk akan dikubur dalam-dalam lalu dipikul sendiri dalam kesepian, membuatnya terasa begitu dekat namun tak terjangkau. Seberapapun ia berusaha, tetap saja tak bisa menggenggam tangan wanita itu.
"Brengsek... cuma bisa menggangguku... kalian semua menggangguku... minggir semua!" Wu Yuxuan mengibaskan tangan sambil berusaha melepaskan genggaman Su Nanfeng. Tenaganya luar biasa besar, hampir membuat pria itu terjatuh.
Su Nanfeng mengernyit. Si kecil manis ini memang seperti buah kesemek lunak yang lembut di permukaan, tapi sejatinya ada kucing liar dalam dirinya yang sesekali mencakar lalu bersembunyi seperti burung unta. Setelah minum alkohol, kekuatannya langsung berubah jadi raksasa yang bisa menjatuhkannya.
