Bab 198 Kau Masih Bisa Bereaksi
Rumput yang runcing menusuk kulitnya yang terbuka, terasa gatal dan sakit. Posisi berdiri pria itu tepat membelakangi lampu jalan. Meski berpakaian rapi setelan jas, wajahnya dingin bagai dewa kematian. Tatapan dinginnya membuatnya sesaat merasa pria itu berniat membuang mayatnya ke sungai.
Su Nanfeng terus menyeringai dingin, sama sekali tak peduli betapa sakitnya rumput menusuknya. Wanita itu terhuyung-huyung berusaha bangun, baru setengah berdiri, tangan pria itu sudah mencengkeram pergelangan kakinya dan menariknya keras-keras. Tubuhnya langsung kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk.
Tubuh tinggi Su Nanfeng menindihnya, menekan seluruh tubuhnya ke rumput, tidak memberinya kesempatan untuk melawan, bahkan ruang untuk bergerak sedikit pun. Dengan suara sobekan, pakaiannya tercabik olehnya.
Dalam hitungan detik itu, ketakutan Wu Yuxuan seperti gelombang pasang yang menyapu dan menenggelamkannya seketika.
Ia berniat mengambilnya di sini!
"Su Nanfeng, hentikan! Jangan jadi gila!"
Di tepi sungai yang hanya dihiasi pasangan-pasangan berjalan berpegangan tangan, bagi dia ini tetap merupakan aib yang tak terucapkan. Bagaimana mungkin ia... bagaimana mungkin...
Su Nanfeng bagai binatang buas yang kehilangan akal, terus-menerus menyobek pakaian Wu Yuxuan. Kepanikan yang menusuk menyelimuti seluruh tubuhnya, tangis tak berdaya memohon: "Su Nanfeng, kumohon jangan begini, jangan di sini, kumohon..."
Kedua tangan Su Nanfeng menindih bahunya, kaki menekan kakinya, bisik dingin di telinganya: "Bukankah kau cinta uang? Bisa dibeli dengan uang? Berapa kau mau? Aku beri! Semua kuberi! Tapi aku harus verifikasi apakah kau benar-benar layak!"
Kekuatan Wu Yuxuan mana sanggup melawan Su Nanfeng. Tak lama seluruh pakaiannya tercabik. Tanpa pelindung, rumput tajam menusuk punggungnya, rasa sakit yang mengiris menerpa.
Su Nanfeng berkata dengan suara dingin: "Wu Yuxuan, kau benar-benar tak punya hati! Apakah aku begitu hina di matamu sampai harus kauhina seperti ini? Itu ayahku, ayahku sendiri! Sebenarnya kau anggap aku sebagai apa?!"
Su Nanfeng membuka kedua kaki Wu Yuxuan sambil menyangga punggungnya dengan satu tangan, menariknya mendekat. "Kalau kau memang perempuan murahan yang selalu mencari sensasi, aku akan penuhi keinginanmu!"
Kedua tangan Wu Yuxuan yang semula menahan dada pria itu kini menekan kuat di dadanya, ribuan jarum halus seolah menusuk jantungnya, sakitnya membuat napasnya tercekat.
Tubuh Su Nanfeng langsung menerobos masuk dengan kekuatan kasar, rasa sakit yang tak tertahankan memaksanya mengeluarkan erangan panjang.
Di tengah hutan sepi ini, Wu Yuxuan menggigit bibirnya hingga hampir berdarah untuk menahan suara, air mata deras mengalir dari sudut matanya.
Su Nanfeng sama sekali tak menunjukkan belas kasihan, setiap dorongan kerasnya seolah ingin merobek tubuhnya. Tawa mengerikannya terus bergema di telinga Wu Yuxuan bagai siksaan tak berkesudahan.
Dengan amarah menyala, Su Nanfeng terus menggerakkan pinggulnya ritmis sambil membenturkan kepala perempuan itu ke tanah. "Wu Yuxuan! Bukannya kau mau sensasi? Cukup belum?! Cukup?! Jawab! Aku suruh kau menjawab!!"
“Wu Yuxuan memang terlahir dengan jiwa pemberontak, terutama ketika melihat Su Nanfeng yang kehilangan kendali seperti ini. Dia menahan malu sekuat tenaga, berusaha tampak acuh tak acuh sambil tersenyum sangat cerah, "Seru, mana mungkin tidak seru? Lanjutkan, teruskan!"
“Wanita tak berhati! Kau wanita tak berhati!!” Tubuh Su Nanfeng terus bergoyang tanpa henti. Semalam, dia menyerahkan hatinya sendiri di hadapannya, hanya berharap mendapat kelembutan darinya.
Adegan penuh kehangatan itu masih jelas terbayang, tapi dia justru menghancurkan hatinya dengan kejam. Kebahagiaan yang dikira bisa diraih dengan mudah ternyata hanya lelucon, dia bahkan sampai berseteru dengan ayahnya demi ilusi ini.
Su Nanfeng berkata: “Wu Yuxuan, haruskah kau mati! Kau memang pantas mati!”
Tubuh Wu Yuxuan gemetar, “Su Nanfeng, kau benar-benar bajingan! Aku tak akan mencintaimu, sampai mati pun tak akan!”
Su Nanfeng tertawa dingin, “Kau terlalu menganggap diri penting. Aku bisa menempatkanmu seperti harta karun dalam hatiku, juga bisa membuangmu seperti sampah!”
Benarkah? Bagus!
Wu Yuxuan kembali mengecam diri sendiri. Mengapa dia tidak bisa sesantai Su Nanfeng? Dulu dia sudah berusaha sangat keras, tetap saja gagal mencabutnya dari relung hatinya.
Wu Yuxuan menatapnya, air mata yang deras terus mengalir. Meski hatinya penuh kesedihan, wajahnya berpura-pura tenang dengan senyuman yang menyilaukan, menyamai sinar bulan di langit malam ini.
Tapi semakin dia tersenyum, semakin memicu kemarahan Su Nanfeng. Imbalannya adalah hukuman yang lebih keras. Gerakannya terlalu kasar, dia terombang-ambing dalam kepuasan yang menyakitkan, pingsan lalu dibangunkan lagi, terus-menerus menerima semburannya.
Sampai akhirnya, Wu Yuxuan tidak pernah sekalipun memohon padanya.
Setelah selesai, Su Nanfeng benar-benar membuangnya seperti sampah sesuai ucapannya. Wajah tampannya dingin membeku. Bibirnya mendekati telinganya, mengejek: "Benar-benar hina! Aku memperlakukanmu seperti ini kau masih bereaksi!!"
Ini mungkin bisa disebut sebagai momen terburuk Wu Yuxuan dalam hubungan intim dengannya. Bukan hanya penyiksaan fisik, tapi juga cemoohan batin, bahkan penghinaan hingga ke jiwa. Tubuh, hati, dan jiwanya sama sekali tak punya martabat di hadapannya.
Setelah selesai, Su Nanfeng tidak membersihkan bekas-bekasnya seperti biasanya. Dia hanya memakai baju, merapikan penampilannya, dan langsung kembali menjadi pria berpenampilan sempurna. Siapa sangka bisa melihat sisi kejamnya yang tak berperasaan.
Sepatu kulit Su Nanfeng mengait baju atasnya yang sudah compang-camping, menutupi tubuhnya. Tangannya meraba tali celana, memandanginya dengan sikap pengamat: "Kenapa? Enggan pergi, ingin mengulang kenangan?"
Tubuh Wu Yuxuan sangat kelelahan. Terutama di punggungnya yang sudah dipenuhi luka-luka kecil, rasa sakit di pangkal paha mengoyak-ngoyak tubuhnya yang gemetar. Dengan menahan sakit yang datang bergelombang, ia perlahan mengenakan pakaian robeknya, seolah memungut sisa-sisa harga diri yang sudah diinjak-injaknya.
Wu Yuxuan perlahan bangkit, melangkah satu demi satu menuju mobil, lalu duduk.
Su Nanfeng juga kembali ke mobil.
Dalam sorot lampu mobil, wajah pucatnya membuat Su Nanfeng cepat-cepat memalingkan muka. Seolah satu detik lagi, pertahanan dinginnya akan runtuh oleh rasa iba.
Tubuh Wu Yuxuan terus menggigil, "Su Nanfeng, cukup? Bisa kita pulang?!"
