Bab 203 - Memakan air liur siapa harus patuh pada orang itu
Sumpit Su Nanfeng bergerak di atas ikan segar, memilih daging tanpa duri untuk Ma Jiajia. Dengan suara lembut dia mengingatkan: "Hati-hati durinya."
Ma Jiaja tertawa manis, wajah mungilnya yang bermakeup rapi dipenuhi kebahagiaan.
Wu Yuxuan mengabaikan kemesraan mereka. Mengambil piring dan sumpit dari dapur, mengambil nasi sebanyak-banyaknya, lalu duduk sendiri seolah dua orang itu tak ada.
Melihat sikap Wu Yuxuan, mata Ma Jiaja nyaris menyemburkan api. "Wu Yuxuan, kau benar-benar tidak tahu malu! Aku dan Young Master Su sedang makan, untuk apa kau ikut-ikutan?"
"Makan tidak berbicara, tidur tidak bersuara." Wu Yuxuan mengingatkan dengan datar, sudut matanya mencuri pandang ke arah Su Nanfeng. Entah khayalannya atau bukan, ia merasa dalam sekilas pandang itu, pria tersebut cepat-cepat mengalihkan tatapannya yang semula tertuju padanya.
Ma Jiajia marah: "Kamu begini, bagaimana aku mau makan!"
"Kalau begitu jangan makan!" Aura Wu Yuxuan tak kalah kuat dari Ma Jiajia. Tangannya meraih piring ikan utuh yang terletak di samping tangan Ma Jiajia, lalu "ptui-ptui-ptui" meludahi piring itu, menyatakan klaimnya atas ikan tersebut.
"Wu Yuxuan, apa maksudmu?! Dengan begini bagaimana aku mau makan?! Kamu sengaja!"
"Sengaja？Tak terima? Gigit aku kalau berani..."
Wajah Ma Jiajia pucat membara, sorot matanya memancarkan hawa pembunuhan. "Young Master Su sudah muak padamu. Jangan kira kamu nyonya rumah di sini."
Wu Yuxuan mentertawakan ulah kekanak-kanakan Ma Jiajia. Tatapan dinginnya menyapu, "Young Master Su saja belum bicara, apa hakmu berteriak di sini?"
Mata Ma Jiajia menyala-nyala, "Wu Yuxuan! Kamu...!!"
Prak!
Su Nanfeng yang selama ini diam meletakkan sumpit. "Bisakah aku makan dengan tenang?"
Tanpa menunjuk siapa yang harus diam.
Ma Jiajia berdiri, melirik dingin ke arah Wu Yuxuan lalu pergi. Tatapan terakhirnya sebelum pergi membuat Wu Yuxuan merinding.
Kepergian Ma Jiajia membuat Wu Yuxuan bertanya-tanya: Bukankah Su Nanfeng sangat menyayanginya? Mengapa justru dia yang harus pergi... Namun Wu Yuxuan segera menepis keraguan ini. Bagaimanapun, dia memiliki modal untuk membuat pria kasihan - betapa penurutnya...
Dengan kepergian Ma Jiajia, ruang makan kembali tenang. Wu Yuxuan bisa makan dengan tenang.
Wu Yuxuan yang sudah sangat lapar, mengingat ikan itu sudah diludahinya, langsung mengambil piring ikan dan meletakkannya di dekatnya.
Namun tiba-tiba, sumpit Su Nanfeng menyambar ikan itu dan mengambil potongan besar. Ia hanya bisa mematung melihat pria itu menyantapnya. Dengan nada datar: "Memang Young Master Su, seleranya luar biasa. Suka makan ludah orang. Tapi tak pernah dengar? Makan ludah siapa harus nurut perkataan siapa."
Su Nanfeng mengangkat alis, menatap tajam: "Kau juga sering makan ludahku, tak kulihat kau nurut perkataanku."
“！！！”
Wu Yuxuan merasa seperti mengangkat batu dan menginjakkannya sendiri. Ia memilih diam, tak ingin salah bicara.
Setelah perut kenyang, hati Wu Yuxuan sedikit lebih tenang. Ia merapikan meja makan dan mencuci piring, sementara Su Nanfeng duduk di sofa ruang tamu menonton TV. Cahaya layar televisi yang berkedip-kedip memantul di wajahnya, tetap menyembunyikan ekspresi yang tak bisa ia baca.
Wu Yuxuan berdiri di belakangnya, mengumpulkan keberanian lalu mencolek bahunya. Pria itu menoleh dan menatapnya.
Dia berkata: "Bolehkah aku kembali menjenguk nenekku? Aku khawatir."
Sorot mata Su Nanfeng tiba-tiba dingin. Apakah di dunia ini hanya neneknya saja yang bisa mengusik pikirannya?
Setelah berpikir, ia sadar sedang mencari masalah.
"Dia tidak akan mati!"
"Aku hanya ingin memastikan keamanannya."
Su Nanfeng melemparkan remote control padanya. "Tekan 3."
Wu Yuxuan menekan tombol 3 sesuai perintah. Sosok nenek langsung muncul di layar televisi.
TV ruang tamu terhubung dengan apartemen Wu Yuxuan di Shuiyun Jian. Terlihat jelas neneknya sedang memasak di dapur dengan wajah tenang, tak ada gangguan sama sekali.
Melihat nenek selamat, Wu Yuxuan lega. Tapi tiba-tiba ia tersadar: "Sejak kapan kau memasang kamera pengawas di apartemenku?!"
Su Nanfeng memandangnya seperti melihat orang bodoh. Perempuan itu baru mengerti: "Dari awal sudah kau pasang?"
“Tidak terlalu bodoh juga!”
Sejak dia dan nenek pindah ke Apartemen, setiap gerak-geriknya sepenuhnya dalam pengawasan pria brengsek itu. Pasti adegan dia berbaring di sofa menonton TV dengan piyama tipis seperti sutra tanpa sadar juga dilihatnya. Semakin dipikir semakin marah, dia membentak: "Kau tak tahu malu!!!"
Su Nanfeng berdiri dan berjalan mengitari dia, mengangkat tubuhnya dengan satu gerakan melintang. Dia bergulat di pelukannya, "Su Nanfeng, lepaskan aku!"
Lengan Su Nanfeng yang memeluknya sedikit mengendur. Takut terjatuh, kedua tangannya mencengkeram erat baju pria itu. Ia berkata: "Kalau tidak mau jatuh, diamlah dengan patuh!"
Peringatan Su Nanfeng sangat efektif. Hanya setelah melemparkan tubuhnya ke atas ranjang besar, barulah dia mulai meronta.
Tapi tubuh pria itu sudah menindihnya, mengurungnya di tempat tidur. Kedua tangannya mengepal menahan dada pria itu agar tidak mendekat lebih jauh, "Su Nanfeng, apa lagi yang kau inginkan?"
Lagipula, Su Nanfeng malah membawanya ke kamar utama. Bukankah kamar ini sudah lama menjadi milik Ma Jiajia?
Sudut bibir Su Nanfeng melengkung dalam senyuman dingin yang jahat, "Kau sudah membuat Ma Jiajia pergi, malam ini aku kehilangan mainan. Tentu saja harus menggantinya denganmu!"
Su Nanfeng menyelipkan kedua kaki Wu Yuxuan di pinggangnya, merangkul pantatnya sambil menahan tangan kecil yang terus meronta.
“Brengsek mesum, lepaskan aku!!!” Wu Yuxuan panik luar biasa, dia benar-benar bisa merasakan Benda Besar gagah miliknya menempel di pintu masuknya. Jantungnya berdebar kencang seolah mau keluar dari dada, ketakutan tak karuan, “Lepaskan aku, lepaskan...”
Su Nanfeng menyipitkan matanya dengan tatapan berbahaya, lengan kokohnya menahan di kedua sisi kepala wanita itu. Napasnya agak berat, berkata, "Jangan pura-pura. Segala cara kau lakukan untuk mengusir Ma Jiajia, bukankah ini caramu agar aku memanjakanmu? Aku sedang mengabulkan keinginanmu, jangan tidak tahu terima kasih!"
Usai bicara, tubuh Su Nanfeng mendorong sepenuhnya. Benda Besar panasnya semakin mendekat. Andai saja pakaian mereka tidak masih menempel di badan, mungkin dorongannya tadi sudah sepenuhnya menembus...
Wu Yuxuan gemetar ketakutan, menggelengkan kepala keras-keras: "Tidak, jangan, jangan..."
Ciuman Su Nanfeng menghujam, langsung menyumbat teriakannya.
