Bab 205 Takut Mengotori Mulut Emasmu dan Young Master Su
Su Nanfeng merasakan reaksinya, terus menghisap dan merangsang, jari yang terkubur di sumber peach blossom-nya mulai bergerak perlahan, aliran listrik kuat menyebar dari perut bagian bawahnya ke seluruh tubuh.
"Sudah semalaman, bagaimana kau masih belum puas..." Wu Yuxuan menggigit bibir bawah, menahan desahan menggoda yang hampir keluar.
"Siapa sebenarnya yang belum puas?" Su Nanfeng bersuara serak, ciuman bergairahnya berpindah dari dada Wu Yuxuan ke bibir mungilnya, satu tangan meremas Lengkungan Salju sementara tangan lain terus menusuk perlahan di dalam tubuhnya, berusaha membangkitkan hasratnya hingga menyerah kalah lagi.
"Jangan, hentikan..." Wu Yuxuan mengerutkan alis, gelisah menggeliat sambil mencoba menarik pergelangan tangannya untuk menghentikan gerakannya.
Su Nanfeng menarik keluar jarinya, namun menggunakan benda panas yang lebih teguh menekan sumber peach blossom-nya, menggosok dengan lembut, sambil tersenyum jahat.
"Ah!" Wu Yuxuan mendongakkan wajah, mengerang pelan, arus listrik kuat bergelombang membanjiri tubuhnya. Matanya berkaca-kaca, mulai mabuk.
"Katakan kau ini siluman!" Su Nanfeng tak tahan lagi, tiba-tiba menubruk masuk, menghempas dengan liar dalam suaranya, sekali lagi dan lagi, merampas dengan semena-mena...
Setelah mencicipi rasanya, barulah Su Nanfeng melepaskannya.
Saat bangun tidur, kaki Wu Yuxuan gemetar dan lemas. Untung Su Nanfeng segera menyangga tubuhnya yang hampir terjatuh. Ia mengejek dengan senyum jahat, "Dengan aku yang mengenyangkanmu, buat apa kau cari pria lain!"
Wu Yuxuan bisa merasakan kemarahan dalam ucapannya. Rupanya janjinya pada Su Ming benar-benar melukainya dalam-dalam. Tapi... apakah dia punya pilihan?
Wu Yuxuran pura-pura dingin mendorong Su Nanfeng, cepat-cepat mengenakan baju dan meninggalkan kamar utama. Lebih baik ia mengungsi ke kamar tamu, daripada pria ini tiba-tiba berpihak pada Ma Jiajia. Ia tak ingin lagi menerima tatapan dingin Ma Jiajia.
Menjelang siang, Wu Yuxuan mendengar suara Ma Jiajia kembali ke vila. Keduanya dengan Su Nanfeng kembali bersenandung di kamar utama sebelah. Di kamar tamu sebelah, ia sudah tak tahan mendengarnya. Ia mengenakan baju dan memutuskan jalan-jalan keluar.
Saat di toilet, Wu Yuxuan tiba-tiba merasakan aliran aneh yang deras dari bawah. Dia melirik dan ternyata...
Haid Wu Yuxuan selalu teratur, hari ini seharusnya bukan waktunya. Tak disangka datang lebih awal tanpa persiapan pembalut.
Wu Yuxuan menggigit bibir lalu menelepon Su Nanfeng. Sambungan terlalu cepat, hampir membuatnya sangka pria itu sengaja menunggu teleponnya.
Tapi itu pasti khayalannya saja. Mana mungkin Su Nanfeng menunggu teleponnya...
Wu Yuxuan berkata: "Young Master Su, tidak mengganggu waktu Anda dengan Ma Jiajia kan?"
Suara dingin terdengar dari seberang: "Tahu mengganggu masih nelepon? Cepat bilang, aku sibuk!"
"Bisa bantu belikan sesuatu? Aku tidak bisa keluar."
"Katakan!"
Pipi Wu Yuxuan memerah meski hanya bertelepon: "Aku... datang bulan."
"Apa?"
"Itu loh... yang biasa dialami perempuan."
Su Nanfeng terdengar kecewa: "Sudah datang?"
"Jangan banyak tanya! Mau beliin atau tidak?"
"Bikin ilfil! Tunggu di situ!"
Telepon diputus kasar. Wu Yuxuan mendengar bunyi 'dududu' sambil merasakan dingin menyelimuti tubuhnya. Andai bisa dipeluknya...
Setelah hampir setengah jam, bayangan Su Nanfeng muncul di toilet dengan tas besar berisi pembalut. Wu Yuxuan terkejut: "Su Nanfeng! Kenapa masuk?! Keluar!"
“Kalau tidak masuk, bagaimana bisa memberikan yang kau butuhkan.” Wajah Su Nanfeng masam.
;“Aku jelas-jalem mengunci pintu, bagaimana kau bisa masuk?!”
“Rumahku, aku bebas keluar masuk!” Su Nanfeng menggapai pembalut wanita dan menyerahkannya, lalu bertanya: “Kenapa masih datang?”
Wu Yuxuan tidak paham maksud tersiratnya, “Semua perempuan pasti datang bulan, sebulan sekali. Kau bukan perempuan mana mungkin mengerti!”
“Ya, cuma kau yang bisa!”
Wu Yuxuan memeriksa tas dengan cemas, ternyata merek dan jumlah pembalut siang-malam sesuai kebiasaannya. Persis takaran yang dibutuhkan.
Sesaat ia hampir menyangka Su Nanfeng memperhatikannya detail-detail. Tapi dipikirkannya lagi mustahil. Lelaki mana sudi mempelajari urusan privasi perempuan? Apalagi dari sikap dinginnya...
Dirinya yang overthinking!
Wu Yuxuan menghela nafas, “Tak perlu merepotkan CEO Su. Lebih baik temani selirmu, dia sudah marah.”
Saat Su Nanfeng keluar tadi, dentingan barang pecah dari kamar utama terdengar. Pasti Ma Jiajia kembali membencinya.
“Banyak tingkah!” Su Nanfeng membanting pintu hingga berdentum, mencerminkan amarahnya.
Wu Yuxuan merapikan diri dan turun ke lantai bawah. Sofa yang awalnya hanya ditempati Su Nanfeng sendiri, kini ditemani oleh Ma Jiajia.
Hampir seluruh tubuh Ma Jiajia menyandar pada Su Nanfeng. Dengan penuh perhatian, ia menyuapkan irisan jeruk yang sudah dikupas ke mulut pria itu, dan Su Nanfeng pun tidak menolaknya.
Wu Yuxuan tak tahan menyaksikan pemandangan itu. Ia berbalik menuju dapur. Di luar dugaan, ada sarapan yang disiapkan khusus untuknya. Tentunya itu sisa makanan mereka. Dengan geram, ia menuang susu hangat, membuang roti ke tempat sampah, lalu mengambil mi dari lemari es untuk dimasak.
Air rebusan Wu Yuxuan belum mendidih ketika suara sepatu hak Ma Jiaja berderak di ambang pintu dapur. "Wu Yuxuan, sekalian masakkan semangkuk untukku dan Young Master Su ya," ujarnya dengan nada manja yang khas.
Tanpa menoleh, Wu Yuxuan menjawab, "Masakanku kasar. Tak pantas untuk mulut emasmu dan Young Master Su."
Ma Jiaja mencemooh, "Memang begitu. Tapi tolonglah, setelah selesai antarkan ke ruang tamu. Ini permintaan Young Master Su." Ia segera meninggalkan dapur, lebih memilih menemani Su Nanfeng.
Wu Yuxuan membalas datar, "Mengerti."
Wu Yuxuan memasak mi dengan porsi ekstra untuk dua orang. Dalam sepuluh menit, tiga mangkuk mi siap disajikan. Dia membawa nampan ke meja kopi dan mulai menyantap miliknya.
Ma Jiajia sengaja ingin mengganggu Wu Yuxuan. Dengan suara manja, dia merayu, "Young Master Su, Jiajia ingin disuapi olehmu."
Kebetulan Wu Yuxuan sedang menyumpalkan sejumput mi ke mulutnya. Mendengar perkataan Ma Jiajia, lidahnya tersengat mi panas. Dia cepat-cepat memuntahkan mi yang masih mengepul itu kembali ke mangkuk. Gerakannya memancing cibiran rendah dari Ma Jiajia: "Kasar!"
Wu Yuxuan tak merasa ada yang kasar dari tindakannya. Dia memilih mengabaikan.
