Bab 206... Kau benar-benar menyebalkan, jahat...
Namun yang tak disangka Wu Yuxuan, Su Nanfeng benar-benar menyuapi Ma Jiajia dengan sumpit di satu tangan dan sendok di tangan lainnya.
Senyum sombong di bibir Ma Jiajia tiba-tiba membeku saat mi menyentuh lidahnya. Ekspresi manisnya berubah masam seperti menelan obat pahit.
Wu Yuxuan berkomentar dingin: "Tampaknya Nona Jiajia sangat terharu sampai ekspresinya begitu dramatis, pantaslah Young Master Su yang menyuapi langsung."
Tatapan Su Nanfeng tertuju pada wajah Wu Yuxuan. Meskipun dia berusaha keras menyembunyikan kegembiraan dalam hatinya, hal itu tetap tak luput dari pengamatannya. Hanya dari gerakan kecilnya ini, ia sudah tahu bahwa dia telah melakukan sesuatu pada mi yang dimakan Ma Jiajia.
Seperti yang diduga Su Nanfeng, Wu Yuxuan menaburkan segenggam garam ke dalam mangkuk mi Ma Jiajia. Bukannya sok jago? Bukannya sengaja pamer mesra di hadapannya? Coba lanjutkan lagi...
Ma Jiaja tak tahan lagi dengan rasa asin yang menyengat di mulutnya. Dia buru-buru mengambil tisu dari meja, baru saja ingin memuntahkan mi itu ketika mendengar suara lembut Su Nanfeng: "Jiajia, makanlah lebih banyak. Jika kamu kelaparan, aku akan sedih."
Mendengar perkataan Su Nanfeng ini, mana berani Ma Jiajia memuntahkan mi itu. Dengan gigih dia menelan mi yang asin mematikan itu, lalu suapan kedua, ketiga... sampai satu mangkuk penuh...
Keinginan Ma Jiajia untuk mati sangat jelas terlihat, tapi dibandingkan itu, dia lebih ingin Wu Yuxuan yang mati!!
Wu Yuxuan naik ke lantai atas untuk mengambil tasnya yang akan dibawa bekerja. Masih banyak urusan di perusahaan yang menunggu untuk ditangani, terutama kompetisi pernikahan itu. Ngomong-ngomong, Ma Jiajia adalah pemeran utama wanita dalam karya lombanya.
Memang pepatah "musuh selalu bertemu di jalan sempit" itu ada benarnya.
Wu Yuxuan berjalan menuju halaman, melihat mobil Su Nanfeng terparkir di sana. Pria itu sedang duduk di kursi pengemudi dengan jari telunjuk dan tengah menjepit rokok yang telah terbakar separuh, cahaya merah api yang samar-samar terlihat. Di matanya, ini jelas sedang pamer gaya.
Padahal dia tidak merokok, masih saja berpura-pura. Kalau bukan pamer gaya, lalu apa?
Wu Yuxuan pura-pura tidak melihatnya, terus berjalan sendiri.
"Tunggu!"
Suara dingin Su Nanfeng menghentikan langkahnya. Dia menoleh, "Ada perlu?"
"Tidak ada." Sorot mata tajam Su Nanfeng tertuju pada wajah Wu Yuxuan dengan ekspresi sangat kompleks. Setelah lama terdiam, dia berkata: "Jangan main mata lagi di hadapanku."
Wu Yuxuan tahu Su Nanfeng merujuk pada semangkuk mi asin pagi tadi. Meskipun dia membantu dengan ajaib, kendali penuh situasi tetap di tangannya.
Mata indah Wu Yuxuan berkedip-kedip. Diam seribu bahasa, tak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan Su Nanfeng.
Bunyi sepatu hak tinggi Ma Jiajia kembali bergema. Wu Yuxuan menoleh, melihat Ma Jiajia telah berganti pakaian baru namun tetap memancarkan pesona.
Saat melewati Wu Yuxuan, Ma Jiajia sengaja menabrak bahunya dengan sikap arogan dan pamer, berjalan menggoyang-goyangkan pinggang tiga kali sebelum masuk ke mobil Su Nanfeng.
Wu Yuxuan naik bus umum. Sesampai di perusahaan, tiba-tiba mendapat instruksi untuk menghentikan semua pekerjaan dan fokus mendukung proses pemotretan Ma Jiajia.
Ma Jiajia bukan hanya duta baru yang baru saja ditandatangani oleh MiYan, tetapi juga ditunjuk oleh Su Nanfeng menjadi pemeran utama wanita Wu Yuxuan dalam kompetisi pernikahan nasional.
Wu Yuxuan mencari alamat yang diberikan dan tiba di lokasi syuting studio dalam ruangan. Pemeran utama wanita Ma Jiajia dan pemeran pria bernama David sudah siap di tempat.
Sebagai desainer gaun pengantin, Wu Yuxuan harus hadir secara langsung. Namun rekaman kontes ini awalnya tidak dijadwalkan syuting hari ini. Setelah bertanya, baru diketahui bahwa karena Ma Jiajia menerima jadwal pertunjukan baru, Su Nanfeng sengaja menjadwalkan ulang syuting lebih awal agar tidak bentrok jadwal dengan Ma Jiajia.
Wu Yuxuan mendengarkan saja, tak ingin memikirkannya lebih jauh.
Desain gaun pengantin untuk babak final yang dibuat Wu Yuxuan masih berupa prototipe sketsa. Produk jadi membutuhkan waktu sekitar seminggu untuk diselesaikan, jadi syuting hari ini hanya pemanasan awal sebagai persiapan.
Wu Yuxuan memasuki studio syuting. Su Nanfeng duduk di depan peralatan syuting dengan setelan jas buatan tangan yang sempurna membungkus tubuh tegapnya, memancarkan aura dingin. Ma Jiajia dan David berada di area syuting, tangan kecil David erat merangkul pinggang Ma Jiajia yang tersenyum bahagia.
Pasangan muda itu berpelukan dengan manis.
Ma Jiajia yang sedang berpose memotret melirik sosok Wu Yuxuan, senyum di wajahnya tiba-tadi membeku sebentar, tapi segera kembali tersenyum lebar seolah kejadian tadi tak pernah terjadi.
Setelah beberapa lama memotret, Ma Jiaja mulai mengeluh lelah. Sutradara yang bertanggung jawab atas pemotretan ini wajahnya sangat masam, mungkin tidak puas dengan sikapnya yang sok diva. Sutradara itu secara refleks menoleh ke Su Nanfeng yang duduk di samping, "Tuan Su, ini..."
Ekspresi Su Nanfeng tetap datar, "Istirahat dulu."
Begitu Su Nanfeng bicara, sutradara tentu tidak berani protes lagi. Ia langsung mengumumkan waktu istirahat.
Ma Jiaja segera merapat ke sisi Su Nanfeng, tangannya menyengkelit lengan pria itu. Saat melewati Wu Yuxuan, dia sengaja berkata dengan manja, "Young Master Su, pinggangku benar-benar mau patah nih. Salah kamu saja, terlalu kasar kemarin."
Pandangan Su Nanfeng sama sekali tidak bergeser. "Oh ya? Kalau begitu aku akan mengobatimu."
"Young Master Su bisa mengobati juga?" Mata Ma Jiaja berbinar penuh kekaguman.
"Racun dilawan racun. Dijamin sembuh."
"Aduh, Young Master Su, kamu jahat sekali..."
Wu Yuxuan berusaha tampak tenang meski hatinya seperti diterjang tsunami. Ia menyaksikan bayangan dua sosok yang mesra itu menjauh. Senyum getir mengembang di bibirnya, tapi segera ia usir perasaan buruk itu. Yang penting sekarang menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Selagi sibuk, tak akan ada waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak perlu.
Wu Yuxuan pertama-tama mengecek progres penyelesaian gaun pengantin kontes, lalu berdiskusi dengan sutradara tentang detail pengambilan gambar. Karena sesi ini hanya pemanasan awal, bahkan sebagai desainer pun tugasnya tidak terlalu berat. Ia duduk santai di ruang istirahat sementara yang didirikan kru syuting, merenungkan ekspresi mata dan gerakan apa yang harus ditampilkan pemeran utama pria-wanita agar bisa menggambarkan kerinduan akan pernikahan dan kebahagiaan secara maksimal.
Setelah duduk terlalu lama, Wu Yuxuan sedikit bergerak dan menyadari lehernya kaku. Setiap gerakan kecil mengeluarkan suara "krek-krek". Saat sedang memijat lehernya sendiri, tiba-tiba kekuatan besar dari belakang memeluk seluruh tubuhnya, lidah basah yang menjijikkan menggigit jari-jarinya.
Wu Yuxuan kaget. Begitu membuka mulut dan belum sempat berteriak, bibirnya sudah ditutupi tangan seseorang. "Jangan, ini aku..."
Suara familiar Su Nanfeng membuatnya segera lega. Ia mengira di siang bolong akan terjadi sesuatu yang aneh di tempat ini.
Baru saja menarik napas lega, telapak tangan Su Nanfeng bergerak memutar tubuhnya. Bibir tipisnya segera menyumpal mulut Wu Yuxuan.
“Mmm...” Wu Yuxuan membelalakkan matanya menatapnya, kedua tangan terus mendorong tubuhnya yang semakin mendekat. Tapi pria itu justru menyapu-sapu mulut mungilnya, melancarkan serangan beragam pada lidah mungilnya - menghisap, menarik, bahkan menggigit, memaksanya mengeluarkan desahan menggoda yang mengacaukan pikiran.
