Bab 207 Sampah!
Tangan besar Su Nanfeng yang sedikit dingin dengan leluasa menyusup ke bawah baju Wu Yuxuan, langsung menempel pada kulit putih salju yang lembut. Tangan itu dengan cepat melepas bra-nya, menggenggam dua gundukan montok, meremas dan mengusapnya dengan kasar.
Tubuh Wu Yuxuan gemetar, alisnya berkerut: "Su Nanfeng, jangan kau..."
Su Nanfeng menggigit bibir Wu Yuxuan untuk membungkam semua penolakannya. Tangannya sudah menyerbu ke lubang intimnya, rasa takut yang tak terkatakan tiba-tiba membanjiri diri wanita itu.
Saat jari Su Nanfeng menyentuh pembalut, tangannya terhenti sejenak tapi segera melanjutkan aksinya. Ciumannya kasar, tanpa ampun menyiksa bibirnya yang tak terpisahkan, menghisap habis manisnya liur bahkan mendorong ujung lidahnya dengan lidah sendiri.
"Jangan... jangan..."
Gerakan Su Nanfeng cepat dan penuh hasrat, telapak tangannya menyusuri pinggang celananya menuju gerbang rahasia, melepaskan celana dalamnya, jari panjangnya menyelusup ke sumber peach blossom, mencubit Mutiara giok-nya yang lembut dan sensitif, terus-menerus menekan, membuatnya menarik napas dalam-dalam, tubuhnya gemetar tak henti karena gerakannya, "Su Nanfeng, jangan terlalu keras..."
Mata Wu Yuxuan yang jernih bagai air musim gugur telah dipenuhi gelora nafsu oleh belaiannya, ia memandang dan langsung terbakar, dengan satu tangan membuka baju perempuan itu, membebaskan payudara montoknya sepenuhnya dari kain, buah merah kecil itu terbuka di hadapan matanya, membuat sorot matanya meredup, segera menunduk dan menyambar buah itu dengan bibir dan lidahnya.
"Su Nanfeng, hentikan! Aku tidak mau..." Wu Yuxuan benar-benar tidak mengerti pria ini, mengapa selalu ingin memaksanya di tempat yang mungkin kedatangan orang kapan saja, padahal baru saja ia bersenda gurau dengan Ma Jiajia, kini berbalik ingin melakukan ini lagi. Setiap kali ia membayangkan mulut yang sama ini mencium perempuan lain, rasa muak langsung menyergap, apalagi perempuan itu adalah Ma Jiajia!
Yang paling mengkhawatirkan, hari ini adalah masa haidnya, apakah ia nekat melanggar lampu merah? Pikiran ini membuat tubuhnya gemetar ketakutan.
"Penipu! Jangan terus menggigitku begitu kencang, hmm?" Su Nanfeng menyeringai jahat, seolah ingin membuktikan ucapannya, dengan sengaja menggerakkan jari panjang yang tertanam di tubuhnya, mengeluarkan madu yang bercampur sedikit warna merah.
Wu Yuxuan menggelengkan kepala tak henti, mati-matian menahan gelombang kenikmatan yang muncul akibat sentuhannya.
Su Nanfeng memegang payudara montok Wu Yuxuan dengan satu tangan, meremasnya hingga mendekat ke mulutnya. Lidahnya berputar-putar di Puncak Merah Muda sampai mengeras, meninggalkan kilau cairan di puting yang kini tegak.
Su Nanfeng menarik tangan Wu Yuxuan ke ikat pinggangnya. "Gadis baik, bantu aku membukanya."
Wu Yuxuan mengepal tangan erat-erat, bersikeras menolak.
Suaranya serak. "Sayang, dengarkan aku. Kalau nurut, aku akan menyayangimu baik-baik."
"Su Nanfeng, pria brengsek tak tahu malu! Lepaskan aku, sungguh ada orang..."
Su Nanfeng kehilangan kesabaran. Tanpa membuka ikat pinggang, Xiao Susu yang sudah mengeras langsung dibebaskan. Satu tangan memegang 'kepala' yang tegak, satunya mencengkeram pinggangnya untuk mencegah gerakan. Dorongan keras!
Tapi bukan menusuk langsung, melainkan menggesek-gesek paha dalamnya.
"Su Nanfeng, gila kau, GILA!!"
"Teruskan makianmu, berani aku langsung merobek keperawananmu!"
Wu Yuxuan tidak melihat candaan di wajahnya. Dia segera menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak berani berbicara lagi.
Sebenarnya, cara penyelesaian seperti ini paling menyiksa Su Nanfeng. Namun karena ketidaknyamanannya, ia terpaksa menahan diri.
Gerakan gesekan Su Nanfeng di antara kedua paha perempuan itu semakin cepat dan keras. Adegan mesra nan indah ini benar-benar tertangkap mata Ma Jiajia.
Awalnya Ma Jiaja sedang merias wajah di ruang rias. Ketika menoleh dan tak melihat bayangan Su Nanfeng, hatinya langsung diselimuti kekecewaan. Ingat bahwa Wu Yuxuan juga ada di studio, kekhawatirannya bahwa Su Nanfeng mungkin bertemu wanita hina itu membuatnya buru-buru mencari. Dari keterangan staf, dia mengetahui lokasi Wu Yuxuan dan memutuskan memastikan sendiri. Asal Su Nanfeng tidak ada di sana, hatinya akan tenang.
Namun tak disangka, baru sampai di ruang istirahat Ma Jiajia sudah mendengar suara yang memerahkan wajah dan mengguncang detak jantung. Dia mengenali suara Su Nanfeng dan Wu Yuxuan. Tangannya terkepal gemetar saat menyaksikan Wu Yuxuan merekah bak bunga terindah di hadapan Su Nanfeng. Kecemburuan menyelimuti seluruh rongga dadanya!
Tak bisa diterima! Sungguh tak bisa diterima! Pria sempurna ini seharusnya hanya miliknya, Ma Jiajia! Seharusnya kekuatan dan keahliannya digunakan untuk mencintai dirinya! Tapi kini pria ini justru bersama wanita lain yang dibencinya...
Tidak! TIDAK!!
Ma Jiajia bermata merah, semua ini seharusnya miliknya, miliknya, semuanya miliknya!
Wu Yuxuan hanyalah seorang perempuan jalang.
Ma Jiajia menahan amarah di dadanya, dia harus membuat Wu Yuxuan tahu apa konsekuensinya. Bukankah dia menggoda pria dengan tubuhnya yang molek?
Baik, akan kuabulkan keinginanmu!
Ma Jiagi pergi seolah tak pernah datang, tentu tak menarik perhatian Su Nanfeng. Seluruh perhatiannya tertuju pada wanita dalam pelukannya, tak menyadari adegan antara dirinya dengan gadis baik itu telah terlihat orang lain.
Su Nanfeng membuka lebar kedua kaki Wu Yuxuan, memanjakan dia dalam-dalam berulang kali hingga wanita itu lunglai seperti lumpur di pelukannya. Rasa si kecil manis ini bagai candu, sekali mencoba tak bisa lepas.
Tiba-tiba kulit kepala Su Nanfeng menggeliat, cairan panas menyembur ke bagian dalam paha Wu Yuxuan, membuat jantungnya berdebar kencang.
Tubuh Wu Yuxuan lunglai di meja, rambut acak-acakan. Bibir merahnya yang habis dicium membengkak, seluruh tubuhnya memancarkan daya tarik sensual. Terutama areola merah yang tersisa di pipinya, menjadi bukti nyata bagaimana ia dimanja dengan kasar.
Sepanjang proses, satu-satunya bagian yang terbuka pada Su Nanfeng hanyalah resleting celananya. Begitu resleting ditutup, penampilannya langsung rapi kembali, menyisakan hanya dia yang compang-camping.
Su Nanfeng mengambil tisu dari meja untuk membersihkan Wu Yuxuan, namun tangannya ditepis oleh wanita itu. Ia menatap wanita kejam dihadapannya, lalu melemparkan tisu ke wajahnya sambil berkata dingin: "Sampah!"
Ha ha!!
Wu Yuxuan tidak merasakan apa-apa lagi, kecuali dua kali tawa sinis itu.
Di ruang istirahat terdapat toilet. Dia memungut baju yang dibuang Su Nanfeng di lantai, masuk ke toilet dan merapikan kekacauannya di depan cermin. Baru saja keluar dari ruang istirahat, lengan Ma Jiajia sudah menghalangi jalannya.
Ma Jiajia lagi...
Wu Yuxuan merasa beberapa hari terakhir sangat sial, semua yang muncul di depannya adalah orang-orang yang tidak ingin dilihatnya!
Wu Yuxuan tidak punya mood untuk meladeni Ma Jiajia, hampir ingin berbalik pergi. Dia sangat jengkel dengan wanita ini. Bukannya mengaku punya pesona? Kenapa tidak ikat saja Su Nanfeng di sisinya... Jangan biarkan pria brengsek itu terus menyiksanya lagi, dia benar-benar lelah...
Tapi kali ini Ma Jiajia tidak bersikap konfrontatif seperti sebelumnya, malah menyapa dengan suara lembut: "Wu Yuxuan..."
