Perhitungan Bab 208
Wu Yuxuan bisa merasakan tekanan dalam suara Ma Jiajia, tapi karena yang bersangkutan menyapanya dengan ramah, dia tidak bisa bersikap tidak sopan. Dengan tubuh lelah yang dipaksakan, dia mengangguk: "Kebetulan sekali."
“Wu Yuxuan, makan malam bersama nanti malam, ya?” ucap Ma Jiajia tepat saat Wu Yuxuan hendak melangkah pergi.
“Apa katamu?” Wu Yuxuan menatap Ma Jiajia dengan ekspresi tak percaya, membeku beberapa saat sebelum akhirnya memaksakan senyum tipis. “Kau bilang mau mentraktirku makan?”
Wajah Ma Jiajia menyiratkan kejengkelan: “Ya, mentraktirmu makan. Jangan-jangan kau tidak mau memberi muka padaku?”
Sejujurnya, Wu Yuxuan merasa tidak perlu membalas sikap baiknya. “Berikan aku alasan.”
“Aku baru tahu hari ini bahwa kaulah desainer gaun pengantin itu. Selama ini banyak kesalahpahaman, ingin mengajakmu makan sekaligus meminta maaf.”
“Benarkah?” Wu Yuxuan masih sangsi. “Makan tidak usah, permintaan maaf juga tidak perlu. Asal kau tidak menyusahkanku, aku pun tak akan mencari masalah.”
“Wu Yuxuan, meski kau tidak mau menghormatiku, setidaknya pikirkan kondisi nenekmu! Jika kita berdamai, aku bisa membantumu melobi Young Master Su. Hidup nenekmu akan lebih tenang.”
Nenek adalah titik lemah Wu Yuxuan. Dulu, Su Nanfeng memaksanya melakukan berbagai hal dengan ancaman biaya operasi nenek - bahkan sampai menyuruhnya berlutut di depan Ma Jiajia. Kini ancaman serupa kembali membuatnya tak berdaya.
“Ma Jiajia, aku bisa setuju makan denganmu, dan menerima permintaan maafmu, tapi kalau kau mengingkari janji, aku tidak akan membiarkanmu!”
Wu Yuxuan adalah orang yang lemah lembut, tidak punya kemampuan hebat, tapi jika ada yang berani menyakiti neneknya, dia pasti akan melawan habis-habisan!
Ma Jiajia yang mendapat persetujuan Wu Yuxuan menahan kegembiraannya yang meluap, berkata: “Nanti aku kirimkan alamatnya padamu.”
“Oke!”
Menjelang jam pulang kerja Wu Yuxuan, Ma Jiajia sudah menunggu dengan mobil di pintu keluar studio syuting untuk mencegahnya kabur.
Sebenarnya, dia benar-benar berencana kabur. Sekarang Ma Jiajia datang langsung, dia tidak bisa menghindar, terpaksa naik ke mobil dengan patuh.
Ma Jiajia yang biasa bersikap sombong tiba-tiba merendahkan diri, membuat Wu Yuxuan agak kurang nyaman.
Restoran yang dipesan Ma Jiajia tidak terlalu mewah tapi juga tidak murahan, letaknya dekat studio syuting. Tapi dia memesan ruang privat, mengingat statusnya sebagai figur publik yang ingin menghindari kejaran wartawan. Hal ini bisa dimengerti oleh Wu Yuxuan.
Setelah duduk, entah karena suhu malam musim gugur yang dingin atau pengaruh AC, Wu Yuxuan tiba-tiba merasa kedinginan. Bahunya menggigil tak terkendali, firasat buruk mulai merayap di hatinya.
Ma Jiajia meletakkan menu di samping Wu Yuxuan, “Pesan apa saja yang kau mau.”
“Kebetulan perutku lapar, Wu Yuxuan tentu tidak akan sungkan, tapi hatinya tetap waspada terhadap Ma Jiajia.”
Setelah memesan makanan, Ma Jiajia bilang mau ke toilet, dia mengizinkan.
Tapi Ma Jiajia tidak benar-benar ke toilet. Begitu keluar dari ruang private, dia langsung masuk ke ruang private sebelah yang di dalamnya duduk pria bermuka menjijikkan.
“Pak Li, maaf sudah lama menunggu!”
Pak Li mengamati Ma Jiajia dengan mata licik. Memang model, penampilannya sungguh... Tapi Pak Li segera menyembunyikan niat mesumnya, “Jiajia, katanya hari ini kamu siapkan kejutan untukku?”
Ma Jiajia sangat jijik dengan Pak Li ini. Sebelumnya mau berinteraksi hanya karena dia menguasai banyak sumber daya lokasi pertunjukan, ingin memanfaatkan koneksinya untuk mendapatkan lebih banyak job.
Ma Jiajia tersenyum, “Pak Li, jangan buru-buru. Saya bawakan kecantikan luar biasa untuk Bapak, lihat saja berani main atau tidak.”
“Oh?” Alis Pak Li terangkat tinggi, wajahnya penuh nafsu jahat, “Harus lihat dulu wanita seperti apa.”
Ma Jiajia mengeluarkan ponsel, menunjukkan foto Wu Yuxuan ke Pak Li. Sekilas pandang, matanya langsung terpaku pada kesucian gadis di foto itu. Benar-benar jelita, terutama aura polosnya yang langka.
Melihat reaksi Pak Li, Ma Jiajia sangat puas. Dia mengambil kembali ponselnya, “Ini temanku yang ingin masuk dunia hiburan jadi pemeran utama. Katanya Bapak punya teman sutradara?”
Direktur Li mengerti maksud Ma Jiajia, "Asalkan orang ini bisa melakukannya, aku bukan cuma bisa menjadikannya pemeran utama pertama atau kedua, bahkan membesarkannya menjadi bintang internasional pun bukan masalah."
Dalam hati, Ma Jiaja mengejek. Setelah sekian lama berkecimpung di dunia hiburan, ia sudah bertemu banyak pria. Mana ada yang tidak seperti Direktur Li ini, main tiduri dulu baru pura-pura bego. Dasar kelakuan!!
Tapi, tujuan Ma Jiaja kali ini bukan benar-benar ingin memburu peran utama untuk Wu Yuxuan. Ia tak peduli apakah niat Direktur Li tulus atau tidak. "Aku percaya kredibilitas Direktur Li," katanya, "Tapi temanku ini agak pemalu. Aku khawatir nanti dia menyesal dan malah merugikan Anda. Jadi rencananya aku akan mabukkan dia dulu, lalu..."
Jantung Direktur Li berdebar kencang, "Jangan begitu, kalau sampai dia lapor aku perkosa, aku..."
"Tidak mungkin!" Ma Jiaja membujuk, "Dia kan mabuk. Berbuat hal tidak senonoh saat mabuk itu wajar, bukan?"
Direktur Li masih ragu, tapi bayangan si manis yang polos itu membuat hatinya kembali gatal...
Khawatir Direktur Li mundur, Ma Jiaja mendekatkan telinganya dan berbisik sesuatu. Seketika, pria itu tersenyum dan mengangguk setuju...
Saat Ma Jiaja kembali ke ruang VIP, makanan sudah dihidangkan. Melihat Wu Yuxuan belum menyentuh sumpit, ia berkata, "Kalau lapar makan saja dulu, tak perlu tunggu aku."
Sampai sekarang, Wu Yuxuan belum bisa beradaptasi dengan perubahan sikap Ma Jiaja yang drastis ini.
Ma Jiajia membuka sebotol anggur, mengambil gelas di dekatnya, diam-diam menaburkan bubuk obat yang disembunyikan di kukunya ke gelas saat Wu Yuxuan lengah. Setelah anggur dituang, bubuk itu hilang tanpa jejak...
Ma Jiajia menyodorkan anggur, "Wu Yuxuan, aku minta maaf atas ucapan dan perbuatanku belakangan ini. Kumohon kau tidak menyimpan dendam pada orang kecil sepertiku. Ayo..."
"Aku tidak minum anggur."
Ekspresi Ma Jiajia langsung berubah sendu, "Apa kau masih membenciku?"
Tentu saja!
Wu Yuxuan tidak merasa dirinya suci. Ma Jiajia sudah menindasnya sampai ini, mana mungkin ia bermain sandiwara pemaaf dengan jadi orang baik bodoh.
Melihat Wu Yuxuan enggan menerima gelas, Ma Jiajia berkata, "Apa kau khawatir aku meracuni anggurmu?"
"Bukan tidak mungkin."
Wajah Ma Jiajia berkerut, tapi dipaksanya tersenyum, "Walau aku berniat jahat, mana berani? Ini kan restoran."
Wu Yuxuan ragu sejenak lalu menerima gelas. Begitu diambil, gelas Ma Jiajia langsung menyentuhnya dengan heroik, menghabiskan isi gelasnya lebih dulu. "Minumlah! Habiskan ini lalu kita bersihkan dendam!"
Tak tahan desakan Ma Jiajia, Wu Yuxuan meneguk sedikit.
