Bab 215 Bau busuk, cepat mandi!
Wu Yuxuan duduk diam di dalam mobil tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun. Dengan sembunyi-sembunyi ia menggeser pandangan sampingnya ke arah Su Nanfeng yang duduk di sebelahnya, hingga kedua pasang mata itu tak terduga saling bertautan.
Mata hitam Su Nanfeng dalam bagai samudera luas. Hanya dengan sekali tatapan, Wu Yuxuan langsung terjerembab ke dalam pusaran laut yang tak bertepi. Kedalaman matanya selalu membuatnya tak mampu menembus pikiran pria itu.
Su Nanfeng tetap membisu. Wu Yuxuan pun bingung harus berkata apa. Suasana dalam mobil tiba-tiba menjadi senyap, sampai-sampai ia bisa mendengar jelas desahan napasnya. Suasana canggung ini membuatnya tak nyaman. Perlahan ia menggeser pantatnya merapat ke sudut mobil, berusaha menjauh dari radius sang pria.
Tiba-tiba, hawa panas yang lembap menyapu pipi Wu Yuxuan. Kaget, ia menyandarkan kepala ke belakang. Begitu melihat wajah Su Nanfeng yang mendekat, jantungnya berdebar kencang. "Su..."
Sorot mata Su Nanfeng yang tajam bagai belati memancarkan amarah. "Kau ini bodoh? Dipukul orang tak melawan, mana cakarmu?!"
"Kukira... dia adalah wanita-nya Kakak, makanya aku..." Mmm...
Bibir Su Nanfeng tiba-tiba menyumpal mulut mungilnya, menelan semua ucapan yang tak ingin didengarnya. Dengan ganas ia menjelajahi rongga mulutnya, baru melepaskan setelah mendengar napas gadis itu tersengal-sengal. "Tidak. Dari awal sampai akhir, tidak pernah ada!"
"Alur ceritanya benar-benar klise, demi memancing kemarahan Wu Yuxuan dan membuatnya cemburu, ia sengaja mendekati Ma Jiajia. Ia memanfaatkan sifat pencemburu Ma Jiajia untuk menyulitkannya, memaksanya melawan Ma Jiajia demi dirinya, termasuk suara erangan mesra Ma Jiajia yang didengarnya di kamar tamu - semua itu diaturnya dengan mengirim pria lain, ia sendiri tak pernah menyentuh Ma Jiajia."
Su Nanfeng tiba-tiba menyadari dirinya sebagai pria yang kekanak-kanakan. Demi mendapat perhatiannya, ia bahkan menggunakan cara-cara rendahan, namun malah menjerumuskannya dalam bahaya. Jika bukan karena CEO Li yang diatur Ma Jiajia, mungkin ia akan terus menyiksanya seperti ini, hanya untuk membuktikan apakah ada dirinya dalam hatinya.
Su Nanfeng menyentak pergelangan tangan Wu Yuxuan dengan kasar, mengabaikan rasa sakitnya. "Wu Yuxuan, jangan berani-berani meninggalkanku, kudengar?!"
"Aku..." Wu Yuxuan mendengar kata-kata otoriter Su Nanfeng, namun pikirannya kosong melompong. Ia tak tahu bagaimana harus merespons, cinta atau tidak bukanlah hal yang bisa ia putuskan.
Wu Yuxuan mencoba menenangkan diri, lalu berkata: "Su Nanfeng, sebenarnya aku... Mm..."
Su Nanfeng kembali memotong ucapannya. Ia tak ingin mendengar penolakan yang keluar dari bibirnya.
Ciuman Su Nanfeng terasa sangat panjang, begitu lama sampai napasnya habis dirampasnya. Bibirnya memerah merona, lembab berkilau seperti kristal.
Mobil sedan masuk ke halaman vila, Su Nanfeng mendorong pintu mobil dan menarik Wu Yuxuan masuk ke dalam vila, menariknya masuk ke kamar tidur utama. Dia terkejut menemukan semua barang di kamar tidur utama telah diganti dengan dekorasi yang familier baginya.
Su Nanfeng bagaikan raja mutlak di zaman kuno, sementara dia hanyalah salah satu selirnya. Nasib baik dan sialnya sepenuhnya bergantung pada kehendaknya, surga dan neraka hanya terpisah oleh satu pikiran darinya.
Setelah masuk ke kamar tidur utama, Su Nanfeng langsung menuju kamar mandi. Ia merasa ada bau Ma Jiajia di tubuhnya, dan berencana membersihkan aroma mengganggu ini.
Justru Wu Yuxuan, ketika melihatnya akan mandi, jantungnya berdebar kencang. Kegelisahannya kebetulan terlihat oleh Su Nanfeng yang berbalik di pintu kamar mandi. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum samar bernuasa ejekan: "Mandi bersama!"
Wajah kecil Wu Yuxuan memerah, menggeleng seperti gendang: "Jangan! Aku... masih belum berhenti..."
Dia terlalu sering tertipu, tidak akan lagi bertindak bodoh dengan naif. Jika mengikuti Su Nanfeng ke kamar mandi, konsekuensinya bisa dibayangkan.
Su Nanfeng hanya menatap dalam-dalam ke arah Wu Yuxuan, tidak melanjutkan percakapan sebelum berbalik masuk ke kamar mandi. Tak lama kemudian, suara gemericik air mulai terdengar dari kamar mandi.
Wu Yuxuan berdiri, duduk, lalu berdiri lagi, sangat bosan dan bingung. Ketika suara air di kamar mandi tiba-tiba berhenti, wajahnya tegang menatap pintu kamar mandi. Di bawah pandangan gugupnya, Su Nanfeng yang hanya mengenakan handuk di pinggang muncul dengan torso telanjang dari kamar mandi. Otot dada kokohnya memancarkan pesonanya, tetesan air dari rambut hitamnya mengalir turun di sepanjang tubuhnya......
Wu Yuxuan terpana, kemudian buru-buru memalingkan pandangan setelah tersadar. Ia tak berani lagi melihat tubuh Su Nanfeng. Pria itu di pintu kamar mandi menangkap seluruh reaksi wanita kecil itu, "Ke sini!"
Meski kata-kata Su Nanfeng terdengar tenang, nadanya mengandung perintah yang tak memberi ruang untuk penolakan.
Wu Yuxuan menggigit bibirnya, melangkah kecil mendekat dan berhenti dalam jarak setengah langkah. Sepanjang proses itu kepalanya tertunduk, tak berani sekalipun menatap matanya.
"Mendekat lagi!"
Su Nanfeng kesal dengan sikapnya ini. Apa dia menganggapnya sebagai binatang buas? Sungguh ingin ia mencekik wanita ini!
Wu Yuxuan pura-pura melangkah kecil sekali lagi lalu diam. Saat ini ia benar-benar takut pada pria ini, khawatir ia akan......
Namun, ketakutan Wu Yuxuan bukan tanpa alasan. Di detik berikutnya, pergelangan tangannya sudah ditarik paksa oleh Su Nanfeng. Tubuhnya terhempas ke pelukan pria itu. Satu tangan mengencangkan cengkeraman, tangan lain merangkul pinggangnya. Ia terus mendesak maju, memaksanya mundur bertumpu di tepi ranjang hingga lekuk lutut belakangnya menabrak tepi tempat tidur yang keras. Tubuhnya terpelanting di atas kasur sebelum sosok gagap Su Nanfeng menindihnya, mengurungnya seperti sangkar besi.
Wu Yuxuan menengadah, pandangannya bertaut dengan sorot mata hitam Su Nanfeng yang dalam. Saat ia merunduk, bibirnya disentuh dingin yang tiba-tiba berubah jadi kobaran api.
Mata jernih Yu Xuan membelalak. Dalam pantulan pupilnya terlihat wajah Su Nanfeng yang sedang asyik menciumnya dengan mata terpejam... Ciuman itu seperti biasa, dari perlahan menjadi dalam lalu melekat tak terpisah, merampas napasnya...
Lidah perkasa Su Nanfeng menarik-narik lidah mungilnya. Rasa geli itu merambat, membuatnya tak kuasa menyerah. Perlahan ia menutup kelopak mata dan mulai membalas...
Gairah Su Nanfeng meluap. Xiao Susu mulai gelisah, tapi ia ingat perkataan wanita tadi - haidnya belum berhenti.
Sial!!
Dengan paksa ia menarik kembali nafsunya, bangkit dari tubuh wanita itu lalu mendorongnya. "Bau amis! Cepat mandi!"
Aromanya terlalu manis, kehadirannya selalu membuatnya kehilangan kendali. Cara terbaik adalah menyuruhnya mandi. Selama tak melihatnya, ia bisa berusaha menenangkan "Xiao Susu" dan dirinya sendiri.
