BAB 218 KEPUTUSANNYA TAK BISA KUKENDALIKAN
Sorot mata dingin Wu Yuxuan membuat Ma Jiajia mundur selangkah. Bibirnya bergetar, "Kau... kau mau apa?"
"Aku tak mau berbuat apa-apa. Asal kau jangan ganggu aku!"
Krekkk!!
Sebuah mobil berhenti mendadak di jalan. Jendela terbuka, memperlihatkan sosok Su Nanfeng.
Pandangan kedua wanita itu tertuju ke arahnya. Ma Jiajia gemetar hebat saat bertemu tatapan dingin Su Nanfeng. Wu Yuxuan justru heran: Mengapa pria ini selalu muncul tepat waktu? Hampir saja ia curiga ada pelacak atau mata-mata yang dipasangnya...
Namun, dengan kehadiran Su Nanfeng, Wu Yuxuan merasa lebih percaya diri. Dengan kasar ia menabrak Ma Jiajia yang menghalanginya, "Aku akan pulang bersama priaku, kau silakan sendiri."
Wu Yuxuan berjalan menuju mobil Su Nanfeng di bawah tatapan kompleks Ma Jiajia. Ia membuka pintu mobil dan duduk, kendaraan segera melesat pergi meninggalkan Ma Jiaji dalam keadaan tercengang.
Sepanjang perjalanan ke vila, Wu Yuxuan dan Su Nanfeng sama-sama bungkam. Begitu tiba di vila, Wu Yuxuan langsung menuju kamar utama.
Jadwal pemotretan hari ini melebihi kapasitasnya. Dengan tubuh lelah dan keringat akibat rias wajah serta berganti baju berulang kali, ia merasa sangat tidak nyaman.
Ia mengambil baju lalu mandi, sama sekali mengabaikan Su Nanfeng.
Wu Yuxuan bersandar di bak mandi berisi air hangat dengan mata terpejam, merasakan kenyamanan yang tak bertahan lama. Suara langkah Su Nanfeng yang masuk membuatnya bertanya-tanya: "Pintu kamar mandi sudah dikunci, bagaimana caranya ia bisa masuk?"
Begitu melihat bayangan pria itu, tubuhnya langsung mengkerut. Rasa takut itu masih melekat...
Su Nanfeng dengan cepat melepaskan pakaiannya. Ia buru-buru menutup mata, takut matanya bintitan.
Saat pria itu masuk ke bak mandi, air meluap dan permukaannya bergolak, persis seperti hatinya yang tak tenang. Ia berusaha memeluk tubuh sekecil mungkin.
Su Nanfeng memutar paksa tubuhnya dengan satu tangan, "Biar kulihat!"
Sikap tegas dan otoriter Su Nanfeng tidak memberi ruang bagi perlawanan Wu Yuxuan. Saat memeriksa bagian tubuhnya yang terkena luka bakar, sebenarnya tidak ada masalah serius, namun ia tetap bisa merasakan sakit yang dialaminya.
“Sebenarnya aku sudah baik-baik saja, tidak perlu seperti ini. Apalagi terhadap Ma Jiajia...”
Su Nanfeng melepas pegangan pada Wu Yuxuan, menatapnya tajam. “Kau pikir diri ini jelmaan santa?”
“Bukan... Hanya merasa tak perlu memperlakukannya begitu. Bagaimanapun, sulit baginya meraih posisi sekarang...”
Su Nanfeng mencemooh. Kapan kucing liarnya ini bisa bersikap sama padanya...
Mungkin untuk menghindari kecanggungannya, kali ini Su Nanfeng memilih mandi lebih dulu. Ketika Wu Yuxuan keluar dari kamar mandi setelah bersiap lama, ternyata pria itu sudah tertidur pulas di ranjang. Wajahnya yang biasanya keras terlihat lebih lembut saat terlelap.
Wu Yuxuan yang belum makan malam menyantap seadanya di dapur. Setelah merapikan baju ganti, ia bersiap kembali ke Shuiyun Jian. Saat melintasi halaman, sorot siluet mencurigakan di balik pohon membuatnya berteriak: “Siapa kau?!”
Siluet itu langsung kabur, tanda jelas bersalah. Wu Yuxuan berteriak dari belakang: “Berdiri! Aku laporkan polisi kalau tak berhenti!”
Kawasan vila tempat tinggal Su Nanfeng mustahil dimasuki pencuri. Jika pun terjadi, mustahil pelakunya bisa lolos.
“Pencuri” itu langsung berhenti bergerak setelah mendengar suara Wu Yuxuan. Dengan hati-hati ia mendekat, melihat sekilas sosok itu yang terasa familiar. Dengan nada ragu, ia memanggil: “Ma Jiajia?”
Sosok itu berbalik. Ketika Wu Yuxuan melihat jelas wajah Ma Jiajia, tanpa terkejut ia berkata: “Ma Jiajia, kapan kau akan berhenti mengganggu?”
Belum lagi beberapa hari sebelumnya, dua hari terakhir ini Wu Yuxuan bertemu Ma Jiajia lebih sering daripada bertemu neneknya sendiri. Seolah-olah Ma Jiajia terus mengintai di sekitarnya.
Tiba-tiba Ma Jiajia berlari menghampiri, kedua tangannya mencengkeram ujung baju Wu Yuxuan. “Yu Xuan, kumohon... Mohon bicarakan dengan Young Master Su. Lepaskan keluarga kami! Aku rela bersujud—asalkan kau mau membujuk Tuan Muda Su, aku akan jadi pelayanmu seumur hidup!”
Tingkah laku mendadak Ma Jiajia ini membuat Wu Yuxuan terperangah.
Ma Jiajia terus meratap sambil bersujud di kaki Wu Yuxuan, membenturkan keningnya ke lantai berkali-kali. Sikapnya yang sangat hina ini sangat kontras dengan sifatnya dulu yang angkuh seperti putri bangsawan. Perubahan drastis ini hanya terjadi dalam satu dua hari.
“Bagaimana mungkin Ma Jiajia yang berwatak sombong dan angkuh seperti itu bisa bersujud kepada Wu Yuxuan? Namun saat ini, Keluarga Ma di bawah tekanan Su Nanfeng hampir runtuh. Jika tidak mengambil langkah penyelamatan, mereka mungkin akan punah selamanya. Meski enggan bersujud dan memohon ampun, realitas memaksanya menelan gigi dan darah - meski tak tertahankan, harus ditanggung!”
Wu Yuxuan telah pulih dari keterkejutannya melihat Ma Jiajia bersujud. Sorot dingin matanya tertuju pada orang yang berlutut di lantai. Awalnya ia berniat membujuk Su Nanfeng untuk mengampuni Ma Jiajia, namun entah mengapa, ketika Ma Jiajia bersujud di kakinya memohon, niat itu seketika lenyap. Ia sangat membenci orang yang mudah bersujud memohon ampun. Tindakan Ma Jiajia ini jelas-jelas pemaksaan moral terhadapnya, sebuah bentuk tekanan terselubung.
Wu Yuxuan melepaskan genggaman Ma Jiajia dan mundur beberapa langkah, “Ma Jiajia, berdiri kau!”
Ma Jiajia menangis tersedu-sedu dengan air mata dan ingus mengalir, “Wu Yuxuan, aku benar-benar tidak punya cara lain, terpaksa memohon padamu. Tolong bicaralah dengan Young Master Su.”
Wu Yuxuan mengernyit kesal, “Aku tidak bisa mempengaruhi keputusannya. Tidak bisa membantumu.”
“Bagaimana mungkin? Young Master Su sangat mencintaimu, pasti akan mendengarkanmu. Asal kau bicara padanya, pasti setuju.”
Wu Yuxuan merasa ucapan Ma Jiajia menggelikan, akhirnya tidak bertele-tele lagi dan berbicara langsung: "Ma Jiajia, aku bukan Dewi Guanyin, apa alasan aku harus membantumu?"
Ma Jiajia tertegun, memandangi Wu Yuxuan dengan tak percaya, "Aku tahu dulu sering menyakitimu, tapi aku sudah minta maaf dan bahkan bersujud, kenapa kau masih tak mau menolong?"
"Lucu sekali, kau pikir dengan merengek-rengek semua luka yang kau berikan akan hilang? Kenapa aku harus membantumu? Kau siapa bagiku?!"
"Wu Yuxuan, jangan keterlaluan!" Ma Jiajia bangkit dengan geram, menuding marah ke arahnya, "Kau cuma selir Young Master Su! Pikir diri hebat?!"
Begitu ucapannya selesai, Wu Yuxuan langsung mengayunkan tamparan keras ke pipi Ma Jiajia.
