Bab 223 Yang Dibutuhkan Adalah Kekalahanmu
Su Nanfeng mengerutkan bibir, matanya berbinar hangat, "Tapi aku masih lapar. Jika tak mau kumakan ini, mau tak mau aku harus memakanmu."
Seketika, Wu Yuxuan melepaskan tangan dan mendorong sisa makanan ke arah Su Nanfeng, "Tuan Su, setiap butir berharga. Jangan disia-siakan, petani susah payah menanamnya."
Su Nanfeng: "..."
Faktanya, Su Nanfeng memang tidak sanggup menghabiskan makanan seperti ini, tapi di depan wanita kecil itu, ia tak boleh kehilangan wibawa. Dengan memaksakan diri, akhirnya ia berhasil melahap sisa makanan tersebut. Setelah merapikan kotak bekal di sampingnya, ia menepuk pangkuannya. "Duduk di sini."
"Tidak mau!"
"Jadi anak baik. Kalau kau membuatku mengejarmu, akhirnya akan berakhir buruk."
Di bawah tatapan garang Su Nanfeng yang seakan ingin melahapnya, Wu Yuxuan terpaksa menuruti. Ia duduk di pangkuan pria itu. Melihat bibir yang hendak menyentuh bibirnya, tangannya refleks menutup mulut sendiri sementara tangan satunya mendorong dada pria itu. "Tuan Su, jangan..."
Tangan besar Su Nanfeng mengunci kedua pergelangan Wu Yuxuan. Tangan satunya merangkul tengkuknya, membuat tubuh mungil wanita itu semakin rapat. Bibir tipisnya yang angkuh menyergap masuk ke dalam mulut mungilnya.
Sensasi aneh seketika menyapu seluruh tubuh Wu Yuxuan. Ia limbung tak tahu harus berbuat apa, sementara ciuman garang pria itu semakin membara, dipenuhi nafsu posesif yang membahayakan.
Lidah Su Nanfeng menggulung-gulung dalam rongga mulutnya lama sekali, menghisap lidah mungilnya hingga mati rasa. Baru kemudian bibir tipisnya melepaskan bibir wanita itu dengan enggan.
Wu Yuxuan tersipu malu, tinju kecilnya menghantam dada Su Nanfeng. "Kau benar-benar brengsek!"
Su Nanfeng berkata dengan suara berat: "Aku ingin melakukan hal yang lebih brengsek padamu."
Wu Yuxuan menahan tangan nakalnya, "Jangan, aku masih belum selesai haid..."
"Apa?!" Minat Su Nanfeng langsung memudar separuh, "Sudah berapa hari, kok masih ada?"
Wu Yuxuan khawatir kebohongannya terbongkar, dia memaksakan senyum kering untuk menutupi kegelisahan, "Aku memang khusus, butuh waktu hampir dua minggu."
Su Nanfeng sehebat apapun tak mungkin tahu rahasia perempuan, terpaksa mempercayai sambil mengancam: "Wu Yuxuan, jika ketahuan kau bohong, aku akan membuatmu tak bisa turun ranjang selama dua minggu!!"
Ya ampun...
Pria ini benar-benar terlalu berbahaya, pikirannya penuh urusan mesum. Wu Yuxuan gelisah menggeser tubuhnya ingin melepaskan diri, tapi Su Nanfeng mengencangkan pelukannya. Dengan senyum getir dia berkata: "Tuan Su... sekarang jam kerja, ini kantor Anda. Jika ada yang melihat kita berdua, bisa merusak reputasi Anda. Mereka akan bilang aku menggoda gou gong 1 Anda."
"Bukannya kau sudah sering menggoda aku?"
Mata bening Wu Yuxuan memancarkan kecemasan halus. Sebagai karyawati, fitnah adalah makanan sehari-harinya. Dia hanya ingin bekerja dengan tenang, tak ingin cari masalah.
Su Nanfeng memicingkan matanya, menatap leher Wu Yuxuan yang putih seperti giok, menyadari bahwa kulit wanita kecil ini benar-benar sempurna. Terutama saat ini, dia mengenakan setelan jas profesional dengan kemeja putih di dalam, pinggang ramping yang nyaris bisa digenggamnya. Meski bertubuh langsing, bagian-bagian yang seharusnya berlekuk justru sangat menonjol. Wanita seperti ini bagaikan siluman yang membuat pria tak bisa menahan diri.
Tangan Su Nanfeng mendarat di pipi Wu Yuxuan, menyusuri kulitnya yang halus seperti sutera dan berhenti di tulang selangkanya. Sensasi sentuhan kulit ini tidak hanya terlihat indah, tapi juga terasa licin tak terlukiskan.
Nafas pria itu menyembur ke wajah Wu Yuxuan, membuat seluruh tubuhnya terasa panas membara. Saat kebingungannya memuncak, teleponnya tiba-tiba berdering. Memanfaatkan kesempatan saat ia pergi mengangkat telepon, nyaris saja dia kabur dari kantornya.
Menjelang pukul empat sore, ponsel Wu Yuxuan menerima SMS dari Su Nanfeng dengan konten sangat singkat: "Turun!"
Turun ke mana?
Sebelum Wu Yuxuan memahami maksud SMS tersebut, pesan lain datang: "Di bawah kantor."
Mau menyuruhnya ke bawah kantor?
Yang benar saja, dia masih harus bekerja. Mana bisa dibandingkan dengan Tuan Su yang bisa bertindak sesuka hati.
Wu Yuxuan sebagai karyawan baru yang berhasil memperoleh kualifikasi kompetisi dan memenangkan pesanan bernilai fantastis dari Grup IVB telah menjadi sorotan. Saat ini dia seperti berjalan di atas es tipis, tidak berani bertindak mencolok. Ingin bersikap rendah hati, tapi Su Nanfeng sengaja melawannya dengan mengirim SMS: "Turun sendiri, jangan sampai aku naik untuk menyeretmu!"
Hu hu hu...
Wu Yuxuan terpaksa memberi tahu departemen SDM dengan alasan rapat bisnis. Setelah berbohong, dia merapikan tas tangan dan turun dari gedung kantor. Mobil Su Nanfeng sudah parkir di seberang.
Begitu Wu Yuxuan masuk ke mobil, Su Nanfeng langsung menariknya mendekat. Dengan gemetar dia berkata, "Tuan Su, Anda..."
Telapak tangan Su Nanfeng menempel di pipinya, ekspresinya tak terbaca. "Jangan terulang. Jika terlambat satu detik, tambah satu kali."
Wu Yuxuan bingung, balik bertanya, "Tambah satu kali apa?"
Su Nanfeng menunjukkan ekspresi ambigu, tatapan panasnya menyapu dadanya. Alisnya terangkat, "Menurutmu tambah satu kali apa?"
Wu Yuxuan langsung mengerti. Tangannya menepis telapak tangan pria itu dengan geram, "Bajingan!"
"Bukannya kau suka kalau aku jadi bajingan untukmu?"
Seolah rahasianya terbongkar, wajah Wu Yuxuan memerah. Bergumam pelan, "Kau ngomong apa sih..."
"Ngaco atau tidak, aku yang paling tahu!"
"Wu Yuxuan menutupi wajahnya yang memerah sambil memalingkan pandangan, tidak berani melanjutkan percakapan dengan Su Nanfeng. Dia takut jika terus berbicara, akan semakin terseret oleh pria brengsek itu."
Su Nanfeng mengubah sikap tidak seriusnya, berkata dengan sungguh: "Sore ini aku ada janji main kartu dengan Qian Hao, kebetulan aku butuh bantuan."
"Tapi aku tidak bisa main, pasti kalah."
"Justru karena tidak bisa main. Aku memang ingin kau kalah."
"Ha?" Wu Yuxuan dipenuhi tanda tanya di kepalanya.
Su Nanfeng mengerutkan alis melihat ekspresi bingung si wanita kecil itu, "Bukankah seharusnya yang kau perhatikan adalah Qian Hao?"
Mendengar ini, Wu Yuxuan teringat bahwa sebelumnya dia memang menyebutkan nama Qian Hao. Mengingat pengalaman buruknya dengan pria itu malam itu, perutnya langsung mual. Dengan suara memohon dia berkata: "Tuan Su, bisakah aku tidak ikut?"
"Tidak boleh!"
Wu Yuxuan tidak mengerti maksud Su Nanfeng. Sebagai orang sekaliber dia, seharusnya tahu bahwa pesanan mahal dari grup IVB itu diraihnya dengan trik licik. Meski mungkin ingin menggunakan kemampuannya untuk mengusir Han Lin, tapi detail bagaimana dia bisa mendapatkan tanda tangan Qian Hao pasti sudah diketahui Su Nanfeng. Dia jelas tahu apa yang terjadi antara dirinya dan Qian Hao, tapi tetap memaksanya...
