BAB 232 TIDAK MAMPU MEMILIKINYA
Kata-kata selanjutnya kembali tersekat di kerongkongan Wu Yuxuan.
Su Nanfeng tak berniat melepaskannya, "Kau apa? Sudah sangat puas?"
Ya Tuhan, Wu Yuxuan menggerutu dalam hati, pria tak tahu malu macam apa yang dia temui ini? Mengapa tadi dirinya harus membicarakan topik ini dengannya? Sungguh mencari masalah... Tapi keadaan sudah begini, dia menggigit gigi dan berkata: "Aku selalu puas, sungguh..."
Nadanya lemah, sama sekali tidak berwibawa.
"Kau puas, tapi bagaimana denganku? Aku sudah melayanimu dengan susah payah, bukankah seharusnya kau memberi hadiah padaku?"
Wu Yuxuan: "..."
Wu Yuxuan terus terdesak, kalah telak, "Su Nanfeng!! Bisakah kau tidak begitu tak tahu malu? Aku sedang membicarakan hal serius!"
"Aku sangat serius." Su Nanfeng menyipitkan mata hitamnya, menatap wanita kecil yang hampir meledak ini. Dia tidak ingin membuang waktu terus berdebat, lebih suka langsung bertindak. Lagipula, 'saudaranya' sudah tidak tahan lagi...
Bibir tipis Su Nanfeng menyentuh bibir mungil Wu Yuxuan, lidah yang berapi-api dengan teliti melukis garis bibirnya yang indah.
"Mmm…=…"
Wu Yuxuan tenggelam dalam ciuman panas Su Nanfeng, dibuat pusing tujuh keliling, sulit bernapas, benar-benar kekurangan oksigen. Mana mungkin dia sanggup menghadapi serangan ganasnya.
Wu Yuxuan bisa merasakan jelas tangan besar Su Nanfeng yang menjelajahi pinggangnya, merayap menuju sumber peach blossom. Cepat-cepat dia menahan tangan nakalnya dengan tangan mungil, "Tuan Su, jangan macam-macam..."
Su Nanfeng menggigit biji telinganya, "Aku tidak main-main, tujuanku sangat jelas..."
Wu Yuxuan hendak membantah lagi, tapi tubuhnya terlalu lelah, benar-benar tak sanggup lagi. Ia merengek: "Su Nanfeng... Lelah sekali, bisakah... Berhenti..."
"Sudah kubilang, penolakan perempuan justru artinya mau, kau masih saja berbohong. Kenapa masih tak jujur?"
Wu Yuxuan merasakan tubuhnya mencapai batas maksimal, benar-benar tak sanggup menahan lebih lama. Ia bernegosiasi: "Tuan Su, kumohon lepaskan aku kali ini. Asalkan kau melepaskanku, apa pun akan kulakukan! Sungguh, aku bersumpah!!"
Mendengar sumpah wanita kecil itu, Su Nanfeng memicingkan mata. "Aku bisa melakukan apa saja yang kumau, kau yakin?"
"Aku yakin, tapi jangan keterlaluan."
Su Nanfeng tersenyum, "Kau anggap aku seperti apa! Bisa kulepaskan kau sekali ini, tapi lain kali, kau harus yang di atas."
“...”
Ini jelas perjanjian tidak adil, eksploitasi!!!
Wu Yuxuan benar-benar tak mau melanjutkan. Bagaimanapun kejam syaratnya, untuk sementara disetujui dulu. Kabur sekali hitung sekali.
Su Nanfeng menarik tangan kecilnya ke arah "saudara"nya yang tegang. Tangannya langsung menarik kembali, "Tuan Su, katanya mau melepaskan aku!"
"Takkan ingkar janji, tapi harus ambil bunga dulu dong!" Su Nanfeng tersenyum jahat, "Gunakan tanganmu untuk menyelesaikannya, Sayang..."
"Aku tak mau..."
"Sayang, lihat kondisinya sekarang. Jika tidak kau urus akan bahaya. Kalau sampai celaka, bagaimana bisa memuaskanmu nanti."
“...”
Su Nanfeng yang sudah siap siaga tak mungkin melepaskannya begitu saja. Di bawah bujuk rayunya yang halus, dia menggunakan tangan mungilnya untuk menenangkan Xiao Susu yang gelisah, hingga akhirnya membuat Xiao Susu memancarkan cairan putih membara.
Setelah sarapan, Wu Yuxuan berganti pakaian kerja dan pergi ke perusahaan.
Perubahan personalia yang terjadi di ruang rapat kemarin sudah dikeluarkan dokumen resmi hari ini. Han Lin diturunkan jabatan dari Ketua grup Tim 2 menjadi supervisor karena taruhan kecil dengan Wu Yuxuan. Diskusi karyawan lain tentang hal ini begitu panas, namun arah pembicaraan semua mengarah ke Wu Yuxuan.
Karyawan perusahaan sepakat bahwa Wu Yuxuan adalah kuda hitam, sedangkan Han Lin mendapat akibat perbuatannya sendiri.
Mendengar topik diskusi rekan kerja, Wu Yuxuan menyadari ini pasti ulah Su Nanfeng di belakang layar, mengingat seluruh peristiwa ini pada dasarnya dikendalikan oleh Su Nanfeng.
Han Lin masih mengira Su Nanfeng berada di pihaknya, sayangnya...dia justru dikalahkan oleh skenario Su Nanfeng...
Sore hari, video karya kompetisi yang direkam langsung oleh Wu Yuxuan sudah tiba. Su Nanfeng menemani menontonnya di ruang audio visual. Video berdurasi sekitar setengah jam ini memerlukan revisi dari desainer gaun pengantin. Setiap saran revisi yang diajukan langsung direvisi oleh tim perencana sampai memuaskan.
Sepanjang siang, Wu Yuxuan hampir sepenuhnya berada di ruang audio-visual. Karena terlalu lama menahan kantuk, akhirnya ia tertidur. Saat terbangun, ia menemukan setelan jas Su Nanfeng menutupi tubuhnya, dengan aroma maskulin khas sang pemilik masih melekat.
"Sudah bangun?" Suara rendah Su Nanfeng menggema di telinga Wu Yuxuan. Ia menoleh dan melihat pria berbaju putih itu duduk di sampingnya, sedang serius berdiskusi dengan tim kreatif sambil memberikan masukan revisi.
Wu Yuxuan melipat rapi setelan jas itu di atas kursi, lalu merentangkan badan. "Jam berapa sekarang?"
Su Nanfeng melirik jam di pergelangan tangannya. "Sudah lewat pukul tujuh malam. Lapar? Aku temani makan jika kau mau."
Sambil berkata demikian, ia sudah mengangkat setelan jas dan tas tangan miliknya.
"Jangan! Mereka masih sibuk bekerja. Bukankah tidak sopan jika kita pergi begitu saja?"
Su Nanfeng menjawab tegas, "Aku sudah membayar gaji mereka."
Makna tersirat dari ucapannya sangat jelas.
Faktanya, gaya kerja Su Nanfeng selalu cepat, tepat, dan tanpa kompromi. Meski sangat teliti dan mengejar kesempurnaan dalam setiap detail, di sisi lain ia juga memberikan upah tertinggi kepada karyawannya. Bagi mereka yang menerima gaji besar, sudah seharusnya memberikan kinerja terbaik.
Memahami karakter Su Nanfeng, Wu Yuxuan tak lagi membantah. Perutnya memang sudah keroncongan. Merapikan helai rambut yang agak berantakan, ia pun mengikuti sang bos meninggalkan kantor, meninggalkan tim kreatif yang masih sibuk bekerja.
Su Nanfeng memilih restoran Barat kelas atas yang sangat mewah dengan tingkat kerajaan, hanya orang kaya atau terpandang yang bisa makan di sini.
Restoran ini bergaya dekorasi Eropa, setiap sudutnya memancarkan aura klasik dan romantis, terasa sangat hangat.
Karena termasuk tempat konsumsi super mewah, tidak banyak pengunjung di sini. Begitu Wu Yuxuan masuk, lingkungan yang elegan dan tenang langsung menarik perhatiannya. Setelah duduk, dia memesan beberapa hidangan favorit.
Su Nanfeng memanggil pelayan dan memesan sebuah lagu. Segala sesuatu di sini terlihat anggun dan alami, mencerminkan kesan bangsawan seperti dirinya.
Tapi semakin ia tampak bangsawan dan elegan, semakin Wu Yuxuan merasa tidak layak untuknya.
Bagi Wu Yuxuan, segala sesuatu tentang Su Nanfeng bagai pusaran air. Begitu terhisap, mustahil untuk melepaskan diri. Dengan pikiran ini, senyuman dipaksakan mengembang di bibirnya.
Saat makan hampir selesai, Wu Yuxuan berdiri berkata: "Aku ke toilet dulu."
Setelah mendapat anggukan Su Nanfeng, Wu Yuxuan berjalan menuju toilet. Di luar pandangannya, dia belok menuju kasir. Wu Yuxuan minta tagihan makan mereka ke resepsionis. Matanya meneliti setiap item - tiap hidangan berharga selangit, benar-benar di luar jangkauan kelas pendapatannya saat ini.
