Bab 236 Kau Menantangku?
Tangan kecil Wu Yuxuan mendorongnya, "Bangunlah, kau terlalu berat... Aku sesak nafas..."
Su Nanfeng menarik keras puting merah mudanya, lalu menutupinya dengan telapak tangan sambil meremas. Sensasi halus dan lembut itu membuatnya tak mau melepaskan, "Kau cantik sekali, ingin kuminum lagi."
Wu Yuxuan tersenyum nekat, "Hehe, mau? Kau sanggupkah?"
Meski masih tertanam di tubuhnya, "Benda Besar"-nya sebenarnya sudah sepenuhnya lembek. Mana ada bahaya seperti tadi? Ia tak takut lagi.
Su Nanfeng menyipitkan matanya, "Kau menantangku?!"
"Memang kenapa kalau begitu?"
"Kalau begitu kau yang minta!!" Su Nanfeng menggeram. Dengan cepat ia menarik "tombak perang langit"-nya keluar, lalu menggunakan tangannya sendiri untuk memompa "saudaranya". Tak lama, Xiao Susu yang sudah lemah tadi kembali tegak seperti tombak perang, siap menaklukkannya.
Wu Yuxuan menyaksikan langsung "Benda Besar"-nya membesar dari kecil, membuat seluruh tubuhnya gemetar, "Jangan-jangan jangan... Aahh!!"
Su Nanfeng telah kembali menusukkan "Benda Besar"-nya ke dalam "sumber peach blossom"-nya yang telah basah. Dengan bantuan cairan licin di bagian terdalamnya, ia langsung mencapai dasar hanya dengan sekali dorongan, mengguncangnya hingga wajahnya pucat, bibirnya gemetar berbisik, "Jangan... cepat keluar..."
Apakah pria ini ingin membunuhnya?
Su Nanfeng telah mulai bergerak berirama di dalam tubuhnya, kecepatannya semakin cepat dan semakin dalam, menyentuh bagian paling lembutnya. Di bawah serangannya, gelombang kenikmatan yang dahsyat terus mengalir deras dalam dirinya, tanpa memberi kesempatan untuk bernapas.
Kedua tangan Su Nanfeng mencengkeram pinggulnya, mendorong "saudaranya" lebih dalam dan lebih keras ke dalam tubuhnya hingga merasa liang madu-nya yang lembut membungkus seluruh "saudaranya". Kemudian diikuti dengan guncangan yang ganas.
Otak Wu Yuxuan mendadak blank. Dari bagian terdalamnya menyembur cairan lengket yang membakar. Dia menjerit saat cairan panas itu muncrat deras.
Merasakan kontraksi drastis di dalamnya, Su Nanfeng bergumul mesra, "Sayang, sudah sampai begitu cepat?"
Wu Yuxuan menutup mata malu. Sungguh memalukan! Dia tak berani menatap siapa pun!
Su Nanfeng memeluk erat tubuh Wu Yuxuan, berguling-guling dalam gelombang hasrat. Di bawah hantamannya yang ganas, mereka berkali-kali mencapai puncak ekstasi...
Di kamar tidur vila Su Nanfeng sedang memanas, sementara vila lain bernama "Bulan Terang" justru sepi. Chen Xue menghitung hari, ia sudah tinggal di vila ini selama satu setengah bulan penuh. Selama periode itu, ada pengasuh khusus yang merawat kebutuhan hariannya, ia bebas keluar masuk dan memiliki hak pakai atas segala fasilitas vila, kecuali larangan pulang melebihi jam 8 malam. Selain itu ia diwajibkan mandi bersih dengan wewangian, mengenakan piyama seksi, menampilkan pose paling menggoda, lalu berbaring manis di ranjang menunggu sugar daddy-nya, Tuan Zhong.
Tuan Zhong tak bisa dibilang baik atau jahat pada Chen Xue. Ia hanya tahu hampir semua keinginannya bisa dipenuhi Tuan Zhong, termasuk balas dendam pada Wu Yuxuan. Tapi pria itu kerap menyiksanya di ranjang sampai ia merintih minta ampun, tanpa sedikit pun niat menghentikan permainan.
Saat ini tubuh Chen Xue sudah bersih berendam wewangian. Tubuh telanjangnya meringkuk di balik selimut bulu putih. Matanya menatap jarum jam di meja samping ranjang – Tuan Zhong hampir tiba.
Chen Xue tak memahami latar belakang Tuan Zhong. Semua kemewahan yang diberikan pria itu tujuannya sederhana: membantu balas dendam pada Wu Yuxuan. Namun apakah ada motif terselubung di balik bantuan ini? Ia tak ingin menyelidiki. Asal dendamnya terlampiaskan, itu sudah cukup...
Klak!
Pintu kamar tidur terbuka, sosak Bos Zhong muncul di ambang pintu. Tangannya membawa tas belanja, setiap hari ia pulang selalu membawa berbagai baju dan tas bermerek untuk Chen Xue, sepenuhnya memperlakukannya seperti burung kenari dalam sangkar emas.
Saat melangkah masuk, Bos Zhong langsung melihat Chen Xue. Ia tak bisa menahan decak kagum bahwa wanita ini memang benda indah, setiap malam bisa menggoda nafsunya sampai ia tak kuasa menahan diri untuk menyiksanya dengan segala cara.
Bos Zhong mengeluarkan setelan baju dari tas belanja dan melemparkannya ke tubuh Chen Xue, berkata dengan nada main-main: "Pakailah ini untukku."
Chen Xue melihat sekilas - ternyata itu seragam pembantu.
Postur Chen Xue tinggi semampai dengan lekuk tubuh yang memikat, sepasang kaki panjangnya yang ramping dan putih bersih saja sudah cukup untuknya bermain-main selama bertahun-tahun.
"Pak... Pak Zhong." Chen Xue gagap. Meski selama lebih dari sebulan mereka telah melakukan hal-hal paling intim dan gila di dunia, hingga kini setiap kali melihat pria di depannya, rasa panik langsung menyergap hingga seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali. Keinginan untuk mundur muncul, tapi tak ada jalan untuk melarikan diri.
Bos Zhong mendekati ranjang, tangan mengelus wajah pucat dan halus Chen Xue. "Kau takut padaku? Aku bukan pembunuh berantai, tak perlu takut."
Sejujurnya, Chen Xue benar-benar takut. Bukan takut dibunuh, tapi takut suatu hari nanti akan tewas karena siksaan pria ini, mati di ranjangnya.
Ia dalam hal itu selalu punya berbagai trik stimulasi, saat gilanya bisa terus-menerus tiga hari tiga malam tanpa henti, tubuhnya benar-benar tidak tahan, dan dia sangat kasar tanpa sedikitpun rasa kasihan padanya.
Chen Xue benar-benar tidak mengerti, usia Pak Zhong sudah kepala empat mendekati lima puluh tahun, bagaimana kebutuhan seksualnya masih begitu kuat. Yang paling penting, stamina-nya begitu baik, setiap kali tidak akan berhenti sebelum membuatnya pingsan.
Bibir Chen Xue gemetar, "A-aku tidak takut padamu." Matanya menatap Pak Zhong dengan panik tapi tegas: "Pak Zhong, aku lebih takut kemiskinan."
Chen Xue paling takut miskin!
Keluarga Chen Xue bukan keluarga kaya raya. Sejak kecil ia bosan melihat orangtuanya bertengkar karena uang. Hari-hari tanpa uang baginya adalah mimpi buruk, kegelapan.
Pak Zhong sangat puas dengan reaksi Chen Xue. Tangan yang mengelus pipi Chen Xue meluncur ke tulang selangkanya, lembah tubuhnya, pusarnya, akhirnya berhenti di daerah kemaluannya. Dengan keintiman maksimal, ia membungkuk dan mencium bibirnya dengan kasar.
Sentuhan Pak Zhong membuat tubuh Chen Xue bergetar.
Pak Zhong adalah veteran dalam hal ini. Secara alami ia memahami psikologis Chen Xue. Ia pemburu, sementara wanita di hadapannya adalah mangsa. Ia ingin mangsanya terjepit tanpa jalan keluar, ingin memaksa mangsanya melawan.
Tentu saja, sasaran perlawanan itu bukan dirinya.
Bos Zhong menggigit bibir Chen Xue dengan keras, dia menjerit kesakitan.
Rasa darah menyebar di lidah Bos Zhong.
Bos Zhong tersenyum sadis, jempolnya mengusap bibirnya dengan tekanan yang disengaja: "Chen Xue, ingat baik-baik! Selama kau patuh padaku, apa pun yang kau inginkan akan kuberikan. Siapa pun yang kau benci akan kubunuh untukmu!"
Bos Zhong membaca nafsu dalam mata Chen Xue.
