Bab 240 Tidak Berusaha Sedikitpun Sia-Sia Sebagai Pria
Tangan Bos Zhong menarik Chen Xue dari ranjang, satu tangan menekan tengkuknya agar tak bisa melawan, satu tangan mencengkeram rambutnya, ia gila-gilaan mengguncangkan kepala Chen Xue ke tembok.
Bos Zhong menghina keras: "Chen Xue, kau pikir setelah melayaniku kau bisa memanfaatkan pengaruhku untuk sukses? Aku beri tahu, jangan bermimpi, kau cuma ayam kampung! Kalau bukan karena belaskasihanku, kau masih akan hidup di bawah lelaki-lelaki! Tidak, sekarang pun kau masih hidup di bawah lelaki!"
Kepala Chen Xue pusing akibat benturan, tapi hinaan Bos Zhong tertancap jelas di hatinya, tubuhnya gemetar, hati dipenuhi kemarahan dan ketakutan, tak bisa melawan siksaan pria itu, mulutnya memohon: "Bos Zhong, aku salah, aku salah, takkan berani lagi."
Bos Zhong akhirnya melemparkan Chen Xue.
Chen Xue terengah-engah dengan nafas yang berat, penampilannya yang compang-camping tidak mendapat belas kasihan dari Pemilik Toko Zhong, malah memicu nafsu perampas sang pemburu dalam dirinya. Melihat pria itu yang bagaikan iblis, hati tiba-tiba dipenuhi keinginan kuat.
Dia harus pergi!
Dia harus menjauh dari pria berbahaya yang mood-nya tak bisa ditebak ini.
Chen Xue merasa ngeri dengan pikiran mendadak ini. Bayangkan, dia hanya orang tak berdaya sedangkan Pemilik Toko Zhong adalah orang kaya berkuasa. Mungkinkah lolos dari cengkeramannya?
Chen Xue tidak berani membayangkan.
Chen Xue menarik nafas panjang, berusaha tenang, "Pemilik Toko Zhong, kumohon bebaskan aku. Aku tak ingin mati, sungguh tak ingin mati."
Tangan Pemilik Toko Zhong mencengkeram pergelangan kaki Chen Xue dan menariknya ke depan. Suaranya dingin: "Hanya orang yang punya nilai pantas hidup di dunia ini, paham?"
Sorot mata Pemilik Toko Zhong bagaikan pisau es, menyayat kulit Chen Xue helai demi helai. Dia gemetar, suaranya bergetar: "Pemilik Toko Zhong, apa yang kau mau aku lakukan? Asal kau bilang, pasti kulakukan..."
Mata Pemilik Toko Zhong memancarkan kebencian pekat: "Kau, bawa Wu Yuxuan ke sini untukku!"
Chen Xue bingung mendengar perkataan ini. Ada permusuhan apa antara dia dengan Wu Yuxuan? Tapi Chen Xue tak berani bertanya. Dia takut dibunuh!
"Chen Xue, bukankah kau ingin menjadi sukses dan hidup mewah seperti orang atas? Asalkan kau berhasil membawa Wu Yuxuan kepadaku, tak hanya akan kubebaskanmu tapi juga memberimu uang banyak."
Chen Xue membelalakkan matanya memandang Pemilik Toko Zhong. Ia tak memahami latar belakang pria ini, apalagi alasan kebencian begitu besar terhadap Wu Yuxuan.
Tapi——
"Pemilik Zhong... Aku tidak berani, sungguh tidak berani..." Di lubuk hati Chen Xue memang ada kebencian pada Wu Yuxuan, namun di belakangnya ada Su Nanfeng, putra tertua Keluarga Su, pria yang bagai dewa...
"Pemilik Zhong, Su Nanfeng menjaga Wu Yuxuan bagai nyawanya sendiri. Aku... aku sama sekali tidak punya celah untuk bertindak."
Tangan Pemilik Toko Zhong kembali mencekik leher Chen Xue. "Urusan kecil begini saja tak bisa kau selesaikan, lebih baik kau mati saja!" Jarinya semakin mengerat, mencekik dengan dahsyat... "Chen Xue, bukankah kau paling muak dengan sikap Wu Yuxuan? Bukankah kau iri padanya? Sekarang kuberi kesempatan untuk menghancurkannya, menginjak-injaknya menjadi lumpur. Dengan kecerdasanmu, pasti bisa menemukan cara, bukan? Pasti bisa."
Chen Xue kesulitan bernapas, berbicara tersengal-sengal, "Aku bisa... Aku pasti bisa..."
“Pak Zhong melepaskannya, menepuk pipinya sambil tersenyum puas, “Aku memang tidak salah menilai, kau benar-benar gadis yang tahu situasi. Tidak sia-sia aku menyayangimu. Jadi tetaplah setia di sampingku, manfaatkan tubuhmu selagi aku masih tergila-gila. Jangan sampai menyesal ketika aku sudah muak, nanti sudah terlambat.”
Pak Zhong menarik Chen Xue hendak melakukan hubungan intim, namun dering telepon yang terus-menerus mengganggu kesempatannya. Dengan kesal ia mengambil ponsel, nomor yang menelepon tidak tersimpan tapi ia ingat nomor telepon itu.
Pak Zhong mendorong Chen Xue lalu mengangkat telepon.
Suara bagaikan iblis itu mengalun ke telinga Pak Zhong, “Bagaimana progres urusannya?”
Pak Zhong membungkuk-bungkuk hormat: “Master Liu tenang saja, pasti memuaskan.”
Master Liu berucap dengan tegas, “Aku hanya ingin melihat hasil.”
Pak Zhong manggut-manggut paham, “Iya iya, Master Liu, perintah Master pasti segera kukerjakan. Percayalah, pasti tidak akan mengecewakan!”
“Bagus.” Suara Master Liu sangat dingin, seperti dewa pencabut nyawa dari neraka, “Bulan depan MiYan akan mengadakan acara hiburan outdoor. Ini kesempatanmu, selesaikan dengan rapi.”
Master Liu telah mematikan telepon.
Wu Yuxuan merasakan kesejukan yang nyaman di tubuhnya. Dia membuka mata dan melihat kedua kakinya terangkat membentuk huruf M. Dengan kaget dia langsung duduk, melihat Su Nanfeng sedang mengoleskan sesuatu di wilayahnya. "Kau ini ngapain lagi?!"
"Ngobatin."
"Aku nggak mau!" Wu Yuxuan menepis tangan pria itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya berusaha menutupi area memalukannya. Bagaimana mungkin dia bisa begitu tak tahu malu sampai berani memandangi bagian itu terang-terangan, apalagi... menggunakan jarinya untuk mengoleskan obat!
Su Nanfeng dengan tenang menyingkirkan tangan Wu Yuxuan yang menghalangi. "Bengkak segini parah kalau nggak diobati susah sembuhnya."
Melihat ekspresi tenangnya, Wu Yuxuan hampir meledak. "Kontrol diri dikit! Aku sama sekali nggak butuh diobati!!"
Su Nanfeng tersenyum licik sambil pura-pura polos. "Yang mulai kan kamu sendiri, kok malah nyalahin aku nggak kontrol diri?"
Wu Yuxuan menggeretakkan gigi. Belum pernah dia melihat pria se-tak tahu malu ini! "Kau memang yang paling brengsek!"
"Aku nggak pernah janji mau ngobrol, yang kulakukan hanya bertindak!" Su Nanfeng mengangkat muka menatapnya, tiba-tiba jahil memasukkan jarinya ke dalam. Jari itu membangkitkan gairah di gioknya hingga erotanan keluar dari mulutnya. Puas melihat reaksi sensual itu, dia bergumam, "Lihat dirimu, selalu saja serakah. Sebagai pria, kalau nggak giat melayani, memang nggak pantas disebut lelaki."
“...”
Su Nanfeng menarik jarinya keluar, menutup kotak obat, dan berkata: "Kalau lelah, tidurlah lagi, hari ini aku mengizinkanmu cuti."
Wu Yuxuan tak sengaja terkesima, tiba-tiba memahami mengapa begitu banyak wanita tergila-gila pada pria ini. Aura, suara, dan perhatiannya - pria luar biasa ini ibarat bencana bagi wanita, racun mematikan baginya. Sekali kecanduan, tak ada penawarnya.
Dia menggelengkan kepala, menyadarkan pikirannya yang melayang. Dengan susah payah menekan gejolak dalam hatinya, berulang kali mengingatkan diri: Kendalikan diri... Jangan tenggelam dalam kelembutan pria ini.
Dengan izin cuti langsung dari Su Nanfeng, Wu Yuxuan tentu memilih tidur nyenyak di rumah. Tanpa beban kerja maupun kehadiran "serigala lapar" di sekitarnya, tidurnya sangat nyenyak.
