Bab 242 Kau Diam..
Wu Yuxuan tampak seperti pencuri ketakutan, gagap: "Ti-tidak ada apa-apa..."
Su Nanfeng langsung menebak isi hatinya: "Apakah kau berharap aku tidak bisa ereksi?"
Tubuh Wu Yuxuan bergetar, ia gagap: "Tidak, tidak, mana mungkin, sungguh tidak..."
"Ya? Yakin tidak?!" Su Nanfeng menyempitkan matanya, sorot gelap berkilat di bola mata yang dalam itu seolah hendak menelannya. Jantungnya berdebar kencang sebelum akhirnya mengaku: "Kalau bukan karena kau sering menyiksaku, mana mungkin aku mengutukmu... tidak bisa 'bangkit'."
"Apa?!" Mata Su Nanfeng menyala-nyala, "Wanita terkutuk, kau benar-benar berani!!"
"Aku tak berani lagi, aah!..." Tubuh Wu Yuxuan terseret kasar ke pangkuan Su Nanfeng. Dengan gerakan mahir, ia membuka paksa kedua kaki wanita itu hingga mengangkang di pangkuannya. Satu tangan mencengkeram dagu Wu Yuxuan yang meronta tak berdaya. "Lepaskan aku!" desisnya panik.
Senyum menggantung di bibir Su Nanfeng, "Kalau sudah tidak bisa 'dipakai', bukankah sayang tidak kucoba sekarang, ya?"
Ucapan "ya?" terakhirnya menggumpalkan udara dengan gelombang perasaan yang pekat. Wu Yuxuan menggigil membayangkan apa yang akan terjadi, "Jangan... hentikan..."
"Jangan apa? Katakan, jangan apa?"
Su Nanfeng menangkupkan wajah Wu Yuxuan dengan kedua telapak tangan, "Jangan kau sentuh seperti ini?"
Wu Yuxuan benar-benar tidak menyangka pria ini begitu menjijikkan, bisa mengungkapkan hal-hal itu dengan begitu vulgar. Wajahnya memerah membara, hingga ke pangkal lehernya. Jari-jemarinya mengepal erat, mendorong dada Su Nanfeng dengan rasa malu dan kesal, "Su Nanfeng, kau benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa kau begitu menjijikkan? Tidak bisakah otakmu memikirkan hal-hal yang sehat? Jangan selalu begitu kotor!"
Sorot mata Su Nanfeng sedikit meredup, "Makan dan nafsu adalah kodrat manusia. Mana ada yang kotor?"
Wu Yuxuan menghela nafas penuh kekesalan. Pria brengsek ini mulai berpura-pura bodoh lagi. Dengan nada dingin dia berkata, "Kalau begitu anggap saja omonganku kosong. Bisa kau lepaskan aku sekarang?"
Su Nanfeng tersenyum tipis, justru mengencangkan pelukannya. Tatapannya jatuh pada bibir merahnya yang menggoda, dorongan untuk memilikinya hampir tak tertahankan. Dengan menahan diri dia berbisik, "Mulut kecilmu sudah terlalu banyak berbohong. Aku tak percaya lagi."
"Lalu apa yang harus kulakukan agar kau percaya?"
Jari Su Nanfeng menyusup di antara kedua pahanya, mencubit dengan sengaja beberapa kali. "Gunakan ini untuk meyakinkanku. Hanya ini yang kupercaya."
"Mmm... Su... Kau..."
Jari-jari Su Nanfeng terus menggesek sumber peach blossom-nya melalui celana, sampai dia bereaksi. Dengan suara menggoda dia berbisik, "Benar-benar basah..."
Wu Yuxuan memejamkan matanya, kepalanya bersandar di lekuk bahu Su Nanfeng. Bibirnya mengerang protes, mendengar kata-kata mesumnya, hatinya serasa ingin mati, "Kau brengsek... kau bukan manusia..."
Jari Su Nanfeng memencet beberapa kali lagi.
"Hei, kau... jangan..."
Su Nanfeng memegang wajah Wu Yuxuan, matanya menyala-nyala menatapnya, "Baik, kau suapi aku, kenyangkan aku."
Ya ampun... Ia mulai memelintir makna perkataannya lagi. Padahal sama sekali bukan itu maksudnya.
Kelancangan Su Nanfeng membuat detak jantung Wu Yuxuan semakin cepat, "Su Nanfeng, bisakah kau berhenti mengucapkan kata-kata mesum itu?"
"Tidak mesum, bagaimana membuatmu nyaman?"
Napas berat Su Nanfeng menyapu kulit Wu Yuxuan. Matanya menatap gadis kecil yang duduk mengangkang di pangkuannya dengan wajah memerah, "Salju Berkilau" yang bergerak naik turun akibat kekurangan oksigen. Jarinya mengangkat bajunya, membebaskan "Salju Berkilau" yang tak terbungkus bra. Tangannya menggenggam liang lembut itu dan mulai mengusap pelan, "Selalu tidak memakai bra, kalau bukan untuk sengaja menggoda gou gong1 ku, lalu apa?"
"Mmm... Kau... Diamlah... Jangan lanjutkan..."
Wu Yuxuan tak tahan dengan gerakan tangannya. Tubuhnya sudah sangat sensitif akibat rangsangannya, suaranya gemetar lemah, "Kau... kau tahu aku tidur tanpa bra, masih sengaja berkata begitu, kau benar-benar jahat..."
Su Nanfeng tentu tahu kebiasaan wanita ini. Setiap kali melihat pesona menggoda si wanita kecil, ia tak tahan untuk menggoda. Dengan gerakan kasar, ia menyobek pakaian yang menutupi Salju Berkilau di dadanya. Kepalanya menyelam ke area lembut merah muda itu, lidahnya menjilat lembut sambil meninggalkan air liur berkilau di sekitarnya. Bibir lincahnya kemudian mengulum salah satu Puncak Merah Muda, menggosok dan menggigitnya perlahan seperti bayi yang menyusu.
Wu Yuxuan tak tahan dengan rangsangan ini. Tangannya meremas rambut pria itu sambil mendorong kepalanya. Dari sudut pandangnya, ia bisa melihat puncak merah muda mungilnya yang kini basah dan tegak akibat permainan lidahnya.
Wu Yuxuan menggigit bibir bawahnya, menengadah malu tanpa berani melihat. Meski berusaha menyangkal, tubuh sensitifnya tak bisa berbohong. Badannya sudah bereaksi hebat di bawah sentuhan lidah pria itu.
Tiba-tiba Su Nanfeng menggigit lebih keras Buah Merah Kecil itu dengan gigi, membuatnya menjerit manja, "Kau pelan-pelan..."
Rintihan menggoda Wu Yuxuan bagai obat perangsang bagi Su Nanfeng. Teriakan itu memutus sisa kendalinya. Lidahnya semakin ganas menyiksa Buah Merah Kecil itu.
"Ah... pelan-pelan... sakit..."
Su Nanfeng sedikit mengurangi tekanannya, ujung lidahnya perlahan membelai Puncak Merah Muda miliknya, mengangkat kelopak mata untuk melihat reaksi si wanita kecil. Di balik sorot mata indahnya yang berkilau seperti air, tergambar jelas gelombang perasaan. Wajah polosnya yang semula jernih kini memerah bak mabuk asmara, membuatnya terlihat begitu memikat. Seketika bayangan masa lalu di mana ia menangis merintih di bawah tubuh pria itu muncul dalam benaknya. Membayangkan hal itu, Xiao Susu-nya pun berdiri tegak dengan penuh semangat, menekan wilayah sensitifnya melalui sekat kain.
Tubuh Wu Yuxuan bergetar. Benda berbahaya yang menyangkut di sumber peach blossom-nya terus menggesek bagian rapuhnya. Ujungnya yang panas menekan Mutiara giok di selangkangannya, menggosok-gosok dengan gerakan tak menentu.
"Ya... Jangan main-main lagi..."
Secara refleks Wu Yuxuan mencoba merapatkan pahanya, namun kedua kaki itu telah terkangkang paksa di atas tubuh pria itu. Bagaimanapun ia berusaha merapatkan lutut, tetap saja tak bisa menghalangi gesekan Xiao Susu yang tegak perkasa itu di titik sensitifnya.
"Hentikan, ada orang..."
Saat ini masih pagi hari, dan mereka berada di ruang tamu lantai satu. Para pelayan vila bisa masuk kapan saja untuk membersihkan. Jika sampai ada yang melihatnya dalam keadaan seperti ini... Sungguh memalukan!
Wu Yuxuan menutup matanya, marah dan malu, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Su Nanfeng. Namun gerakan tak tentu arahnya justru memperparah gesekan antara titik sensitifnya dengan "tiang" yang tegak itu. Sumber peach blossom-nya semakin sensitif, daging lembut berlapisnya terus digiling oleh "tiang"nya. Hatinya menolak, tapi tubuhnya tak patuh. Celah itu terus berkontraksi tak terkendali, mengeluarkan cairan bening.
