Bab 255 Aku Akan Datang Lagi
Su Nanjing terbujuk oleh Guo Chen untuk membuka kaki panjangnya selebar mungkin. Memanfaatkan kesempatan ini, pria itu menerobos masuk setengah inci lagi, kepenuhan yang menggemparkan mengisi tubuhnya. Gadis itu mendongak sambil menjerit: "Terlalu besar..."
Guo Chen menikmati ekspresi kesakitan itu dengan puas. Dia benar-benar ingin merekam momen ini, memperlihatkan pada semua orang bagaimana putri bangsawan yang dimanjakan seperti bulan purnama ini dihancurkan olehnya.
Namun akhirnya Guo Chen mengurungkan niat itu. Tugasnya adalah menyelesaikan gadis ini, untuk hal lain dia tidak berani.
Jari-jari Guo Chen memainkan Salju Berkilau di tubuh Su Nanjing yang sudah penuh bekas cengkramannya. Senyum jahat mengembang, "Aku akan datang lagi."
Hati Su Nanjing sebenarnya panik dan takut, tapi dia sangat mencintai pria di hadapannya, ingin menghabiskan malam indah bersamanya. Dia mengerahkan keberanian, menggigit gigi: "Baik."
Tubuh Guo Chen rebah di atas Su Nanjing, bibirnya mencium telinganya, berbisik pelan di kupingnya: "Rupanya Nanjing kecilku adalah gadis nakal."
Mendengar kata-kata mesum Guo Chen, wajah Su Nanjing memerah membara. Tangannya merangkul lehernya erat-erat, menyembunyikan wajah mungilnya, suara teredam: "Guo Chen, jangan bicara begitu, aku akan marah..."
Guo Chen tentu bisa menangkap emosi dalam perkataan Su Nanjing. Dia tidak benar-benar marah, hanya malu-malu. Dalam hatinya dia sangat paham, meski tubuhnya belum sepenuhnya siap menerimanya, tapi hatinya sudah seutuhnya diserahkan padanya.
Sambil berpikir demikian, tanpa sadar dia menggerakkan pinggangnya, menyelipkan diri beberapa inci ke dalamnya.
Alis Su Nanjing berkerut, "Jangan, jangan, jangan..."
Guo Chen mengabaikan penolakan bertubi-tubi Su Nanjing. Tusukan kerasnya membuat 'kepala pasukannya' menembus liang madu. Perawan muda mana sanggup menahan serangan ganas ini. Dia menjerit: "Ah, Guo Chen!"
Guo Chen tersenyum puas, "Nanjing jangan buru-buru, masih ada yang lebih baik."
"Ucap Guo Chen sambil sedikit menarik pinggangnya ke belakang. Saat ia menarik diri, benda panjangnya menggesek tubuhnya, sensasi geli segera menyergap otaknya. Tanpa sadar dia menjerit.
Guo Chen tahu Su Nanjing mulai menikmati ini. Dengan gerakan tiba-tiba ia menusuk dalam, menembus rintangan ketat di bagian terdalamnya, masuk sampai ke lubuk terdalam. Mengikuti gerakannya, gadis itu mengangkat pinggulnya, merasakan kepenuhan di area yang belum pernah tersentuh.
Rasa sakit dan tegang akibat penetrasi paksa itu bercampur dengan kenikmatan asing yang tak terbendung.
Guo Chen tersenyum tipis, melihat ekspresi kesakitan bercampur nikmat di wajah Su Nanjing. "Suka?" tanyanya.
"Suka..." jawab Su Nanjing jujur.
Mendengar jawaban polos itu, Guo Chen mengulangi gerakan tadi beberapa kali. Gadis itu langsung terengah, gelombang kenikmatan yang mulai familier menerpa. Bokongnya bergoyang mengikuti irama gerakan pria itu yang semakin kasar.
Senyum Guo Chen mengembang. Saat pinggangnya menekan, ia jelas merasakan penghalang itu - bukti keperawanannya. Jantungnya berdebar kencang. Ia menarik pinggangnya sepenuhnya lalu menyusupkan lagi, menembus sampai dasar!
"Aah!" Su Nanjing mengerutkan dahi, "Sakit..."
Guo Chen gemetar. Ia baru saja mereguk madu perawan itu!
Ia tak tahan lagi, mengabaikan erangan lemahnya, terus-menerus menyerbu di antara paha gadis itu.
Kenikmatan menutupi rasa sakit ringan, tusukan Guo Chen membuat Su Nanjing mengeluarkan erotanan bahagia, sensasi kepenuhan di bagian terdalamnya membangkitkan gelora tak terbendung.
Desahan menggoda Su Nanjing memicu amarah birahi Guo Chen, sorot mata pria itu memancarkan nafsu menguasai, pinggulnya bergerak ritmis menerobos segala pertahanan dan rasa malu gadis itu, terus mencari titik rangsangan untuk membangkitkan gairah tersembunyi.
Guo Chen memuji: "Nanjing, kau begitu mempesona, sungguh sempurna! Aku menginginkanmu!"
Dengan penuh kepasrahan, Su Nanjing menyambut setiap gerakan Guo Chen, menganggap pria ini sebagai pendamping hidupnya, menyerap kebahagiaan yang diberikannya sambil menggoyangkan pantat mungilnya mengikuti irama tusukan.
Senyum menggoda mengembang di bibir Guo Chen, "Kecil manisku, kau begitu penurut, begitu liar! Begitu basah!"
Guo Chen tak bisa menahan diri lagi, mengerahkan tenaga dari pinggang untuk terus menerjang ke bagian terdalam dirinya.
Pada puncak gelora cinta, Su Nanjing hanya ingin memberikan kebahagiaan pada sang kekasih sekaligus mendapatkannya kembali, sehingga kata-kata mesum pria itu berubah menjadi afrodisiak yang mempercepat peleburan dua insan.
Su Nanjing sepenuhnya tenggelam dalam serbuan Guo Chen, membiarkannya mengayunkan diri di dalam tubuhnya sesuka hati. Tak lama kemudian, dia tiba-tiba merasa bagian terdalamnya seperti terbakar, menjerit dalam kebingungan dengan perasaan sangat tersiksa yang tak bisa dijelaskannya.
Su Nanjing menjerit, pandangannya berkunang-kunang putih. Pinggulnya melengkung tinggi ke atas, punggungnya menegang kaku, terjatuh dalam kejang liar yang tak tertahankan.
Guo Chen merasakan gigitan dari bagian terdalamnya, menyunggingkan senyum angkuh, "Nanjing-ku, kau sampai!"
Baru pada detik ini Su Nanjing memahami bahwa inilah puncak kenikmatan yang sesungguhnya, ternyata begitu nyaman hingga membuatnya puas sampai ke tulang sumsum. Dia sangat mencintai sensasi ini.
Saat Su Nanjing masih bertahan di puncak, Guo Chen menggenggam pinggangnya dan mulai menggerakkan tubuhnya dengan liar. Beberapa tusukan berikutnya kembali membawanya ke surga, kebahagiaan yang tak tertahankan.
Guo Chen terengah-engah, jemarinya memutar-mutar dua mutiara di Salju Berkilau-nya, "Nanjing, aku berikan padamu, semuanya untukmu. Jerit lebih keras, lebih keras lagi..."
Suara Su Nanjing yang lembut dan manja di tengah gelombang perasaan memberikan stimulasi ekstra bagi Guo Chen. Semakin bersemangat, dia ingin merobek-robik topeng kesopanan sang putri dalam setiap jeritannya, mengekspos seluruh sifat aslinya, mengubahnya menjadi permata yang bisa dimainkannya.
Su Nanjing menjerit manja, digoyang-goyang Guo Chen hingga tubuhnya lemas tak berdaya, kebahagiaan yang tak pernah ada habisnya.
Guo Chen menyerbu dengan biadab ke dalam tubuh Su Nanjing, pinggulnya mengayun cepat dalam serangan beruntun, di detik terakhir mengerahkan seluruh tenaga untuk menghujam ke dalam lubuk terdalamnya. Punggungnya tiba-tiba melengkung, ia mengaum dan mencurahkan semua hasratnya di bawah kontraksi menyempit yang membuatnya sesak napas.
Su Nanjing terstimulasi oleh aliran panas yang mengguyur itu hingga menjerit-jerit, pinggang rampingnya tegang kaku lama sekali sebelum akhirnya lunglai, terisak-isak sambil megap-megap. Ia tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri, seluruh badan kesemutan sampai tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Lama kemudian, Su Nanjing baru sadar dari gelombang kenikmatan itu. Ia membuka mata basah yang masih berkabut warna gelora perasaan, melihat Guo Chen berbaring di sampingnya. Tiba-tiba ia merasa sangat puas, memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangan, berkata: "Guo Chen, sekarang aku sudah menjadi wanitamu."
Pria ini benar-benar hebat, membuatnya begitu bahagia. Rupanya gelora dahsyat antara pria dan wanita bisa seganas ini.
Guo Chen mencium kening Su Nanjing, berkata: "Aku akan menggotongmu untuk mandi."
Su Nanjing mengeluarkan "ya" lembut. Guo Chen bangun dari ranjang dan menggendongnya ke kamar mandi, menutup pintu. Ia berjalan ke tepi ranjang dan melihat noda merah menyala di sprei. Ia mengambil ponsel dan memotretnya.
