BAB 259 Tuan Su yang Penuh Wuli
Tatapan Su Nanfeng semakin lembut, wajah tidurnya ini telah ia lihat ribuan kali, keindahan yang membuatnya ingin mengabadikan momen ini selamanya.
Ia berbisik pelan: "Gadis baik, apa yang harus kulakukan agar kau mau meninggalkan seluruh dunia dan menerimaku sepenuh hati?"
Hingga kini Su Nanfeng belum memahami isi hati Wu Yuxuan, namun bagaimana pun, meski ia tak bersedia, tetap takkan melepaskannya...
Pagi berikutnya, Wu Yuxuan membuka mata dengan bingung. Ruangan yang familiar. Ia berguling hendak melanjutkan tidur, tiba-tiba terduduk tegak di ranjang. Rasa kantuknya lenyap, kilasan berbagai adegan bermunculan di benaknya.
Ia ingat Su Nanfeng mabuk. Dengan bingung ia melompat turun dan berlari ke ruang tamu. Tak ada siapa-siapa, tapi udara masih menyisakan aroma alkohol samar.
Hari-hari berlalu begitu saja, tibalah waktunya berangkat ke Beijing. Wu Yuxuan mempersiapkan koper-kopernya. Awalnya ia ingin naik kelas ekonomi bersama rekan kerja lainnya, tapi Su Nanfeng bersikeras menyuruhnya naik kelas bisnis.
Sejujurnya, Wu Yuxuan tidak ingin mendapat perlakuan khusus. Apalagi perlakuan istimewa ini bisa membuat rekan kerja curiga dengan hubungan ambigu antara dirinya dan Su Nanfeng.
Tapi Su Nanfeng tidak mau mengalah.
Berbagai bujukan Wu Yuxuan tak mampu mengubah keputusan Su Nanfeng untuk menyuruhnya naik kelas bisnis bersama. Akhirnya, dengan "cara berkuda"-lah ia berhasil menjinakkan pria itu.
Yang parah... sampai "naik kuda" dua kali...
Setiba di hotel, setiap karyawan menerima kartu kamar masing-masing. Dari obrolan dengan rekan kerja, Wu Yuxuan tahu kebiasaan tahun sebelumnya: manajer dapat kamar single sementara staf biasa berdua. Tapi tahun ini semua karyawan dapat kamar sendiri.
Menanggapi hal ini, Wu Yuxuan tersenyum: "Mungkin kinerja perusahaan membaik, jadi benefit karyawan juga ikutan naik."
Sebenarnya Wu Yuxuan paham betul. Ini semua keputusan Su Nanfeng semata. Terutama kamarnya yang sengaja ditempatkan bersebelahan dengan Tuan Su. Hanya pria brengsek itu yang bisa merancang skema licik seperti ini.
Tentu saja Su Nanfeng sengaja mengatur demikian agar bisa lebih leluasa bermanja-manja dengannya.
Saat ini, Su Nanfeng bertindak layaknya "pria terhormat", malah melompat dari balkon kamarnya ke balkonnya. Begitu masuk melalui pintu kaca, langsung menyeretnya ke ranjang, menindih erat. Tak peduli apa pun yang dia katakan atau upaya menolaknya, akhirnya... memenuhinya sepenuhnya.
Wu Yuxuan mengepal tangan, memukul dada pria itu berulang kali sambil memaki: "Brengsek!" Ia malah tak tahu malu berkata: "Sayang, aku tahu kau suka kelakuanku ini. Kalau aku tak begini, mana mungkin kau merasakan kenikmatan, ya?"
Disusul badai gairah yang melemparkannya dari surga ke neraka, lalu mengangkatnya kembali ke puncak surga. Usai kepuasan itu, ia merangkul tubuhnya erat-erat, berbisik lembut di telinganya: "Sayang, tadi kau luar biasa."
Wuuu... wajah Wu Yuxuan memerah seluruhnya...
Su Nanfeng yang malam sebelumnya garang bagai binatang buas di ranjang Wu Yuxuan, keesokan harinya kembali menjadi pria dingin nan angkuh. Ia acuh tak acuh pada percakapan karyawan wanita lain, raut wajahnya jelas berkata: "Bukan Wu Yuxuan? Jangan mendekat!"
Jarang-jarang ke Beijing, tentu harus naik Tembok Besar. Sebelum berangkat, Wu Yuxuan tak melihat bayangan Su Nanfeng di rombongan. Dengan dalih ke toilet, dia menelepon pria brengsek itu: "Kau ikut atau tidak?"
Wah, ternyata dia bilang, semalam dieksploitasi Wu Yuxuan secara berlebihan, dia perlu istirahat yang cukup, jadi tidak ikut.
Wu Yuxuan langsung!!! Siapa sebenarnya yang mengeksploitasi siapa?! Mau mengadu ke mana dia.
Wu Yuxuan pergi ke Tembok Besar bersama rekan kerja lain, naik turun bukit, meski suhu dingin sekalipun badannya tetap basah kuyup, kulit terasa lengket dan tidak nyaman. Saat kembali ke kamar hotel hendak mandi, ternyata Su Nanfeng sedang menggunakan kamar mandinya.
Su Nanfeng membuka pintu kamar mandi, melihat tumpukan baju kering dalam pelukan Wu Yuxuan. Seketika mengerti maksudnya, lengan panjangnya meraih tubuh wanita itu masuk. Air hangat dari shower membasahi seluruh tubuhnya, mengukir lekuk tubuh sempurna yang membuat pandangan pria itu membara.
Pria itu menindih si wanita penggoda ke dinding kamar mandi, mengangkat salah satu pahanya, tubuhnya maju mengisi kekosongan. Wanita itu tak kuasa menahan, melolongkan desahan puas dari bibirnya.
Kedua tangan Su Nanfeng terus membakar tubuhnya, bisik manja di telinganya, "Cepat, perdengarkan suaramu. Akan kusayangi kau baik-baik."
Wu Yuxuan tak mampu menahan kebiasaan buruknya, suaranya semakin keras hingga sepenuhnya menenggelamkan gemericik air. Dia merasa benar-benar gila, terutama selama beberapa kali ini. Setiap kali menyatu dengannya, dia tak bisa membohongi diri sendiri. Dulu hanya tubuhnya yang tak bisa dikendalikan, kini bahkan hatinya pun lepas kendali.
Dia merasa dirinya benar-benar jahat, pikirannya hanya dipenuhi urusan memalukan bersamanya. Ingin ia terus-menerus menyiksanya dengan kejam seperti ini...
Seluruh punggung Wu Yuxuan menempel di dinding kamar mandi. Bokongnya ditopang kedua tangan Su Nanfeng, sementara kedua kaki panjangnya melayang mengait tubuhnya. Dengan posisi seperti ini, dia menerima kasih sayang yang dalam darinya, suara yang keluar dari mulutnya menghipnotis jiwanya, memandu setiap tusukan dalam yang semakin kuat hingga menyentuh relung jiwanya.
Kembali terjadi pertemuan yang sangat intens hingga hampir mati.
Setelah berakhir, tubuh dan pikiran Wu Yuxuan terasa nyaman, tapi kakinya benar-benar tak bertenaga. Dia lemah di lantai kamar mandi hingga akhirnya dibopong Su Nanfeng yang masih bugar ke ranjang.
Malam harinya, atas undangan Su Nanfeng, seluruh karyawan diajak makan di hotel mewah. Tentu saja, ia juga hadir.
Ini pertama kalinya Su Nanfeng muncul di hadapan karyawan sejak datang ke Beijing, ekspresinya masih dingin dan serius. Karyawan wanita biasa hanya bisa mengaguminya diam-diam, tak ada yang berani berbicara. Hanya orang seperti Han Lin dan Ketua Grup Kang yang sesekali bisa berbicara dengannya.
Mungkin karena Han Lin pernah menjebakku di depan Su Nanfeng, malam ini saat dia ada di sini, Han Lin berusaha keras menunjukkan performa terbaik. Dia terus-menerus menyuapi mangkuk Wu Yuxuan sambil berkata harus banyak makan.
Wu Yuxuan menerimanya dengan sopan. Tiba-tiba Su Nanfeng mengucapkan kalimat tak terduga, "Bukankah aku ingat dia suka sosis?"
Seketika ruang private itu hening membeku.
Wu Yuxuan yang memahami gaya bicara Su Nanfeng langsung paham makna tersembunyi kata "sosis" itu. Dengan wajah memerah dia membetulkan, "Tuan Su, Anda salah ingat. Yang suka sosis itu Ketua Grup Kang, bukan saya."
Fakta bahwa Ketua Grup Kang menyukai sosis sudah menjadi rahasia umum di perusahaan.
Su Nanfeng menatapku dalam-dalam sesaat, lalu cepat memalingkan muka. Dengan nada datar dia berkata, "Oh ternyata Ketua Grup Kang. Aku salah ingat. Eh... kau namanya siapa ya?"
