BAB 264 MALU AKAN PERUBAHANNYA
Wu Yuxuan melepaskan gigitannya, menatap Su Nanfeng: "Kau pelan-pelan..."
"Baik, aku akan pelan-pelan..."
Su Nanfeng menenangkan Wu Yuxuan, mulai menarik tubuhnya dengan gerakan lambat. Setiap gesekannya di bagian terdalam yang sensitif wanita itu memicu getaran memabukkan. Cairan panas yang merembes dari dalamnya mulai membangkitkan kehampaan yang mendesak, merindukan tekanan lebih kuat.
Justru di saat ini, kedua tangan Su Nanfeng meremas dan memijat putaran putih elastis di dada Wu Yuxuan. Kulit salju yang mulus berubah kemerahan di bawah jemari lincahnya. Ibu jari dan telunjuknya mencubit kuat dua ujung merah muda di puncak putaran putih itu, memutarnya dalam gerakan melingkar. Ujung merah muda itu membengkak dan mengeras, semakin membangkitkan gelora nafsu dalam dirinya.
Su Nanfeng menyesuaikan posisi berdiri tubuhnya dan memulai serangan ganas, menggigit lembut cuping telinganya sambil berbisik, "Kecil manis, enak bukan?"
Baru saja Wu Yuxuan berharap Su Nanfeng meningkatkan intensitas dorongan keras, tak disangka keinginannya langsung diwujudkan. Perilakunya membuatnya merasa puas, mulut mungilnya rakus mengunyah "sosis", mengeluarkan "air liur" yang mengalir deras.
Kekar Su Nanfeng tertanam dalam bagian terdalam Wu Yuxuan. Ia merasakan kehangatan yang menyelimuti, membuat tubuhnya bergetar tak terkendali. Kekarnya bergerak mantap seperti bor intan menembus relung terdalamnya, setiap sentimeter masuk membuat tubuh gadis itu menggigil.
Wajah Wu Yuxuan memerah melebihi bunga peach musim semi, mata genitnya berkaca-kaca dipenuhi gelombang perasaan membara. Darahnya mendidih bagai terbakar api, tulang punggungnya bergetar oleh rasa geli yang menusuk.
Su Nanfeng terus-menerus menggenjot tubuh Wu Yuxuan. Sepasang "kecil manis"-nya yang terpapar udara membentuk lekuk menggoda, memicu tangannya bergerak spontan meraih dan mempermainkan kedua buah keindahan itu. Sensasi licin dan elastis membuatnya meningkatkan tekanan jari, mendorong kedua belah sisi ke tengah hingga terbentuk "lembah tubuh" yang memikat. Tiba-tiba ia teringat momen ketika "adik kecil Su"-nya terjepit di lembah itu demi menghindari kehamilan - kenangan yang kini terasa bernuansa berbeda.
Su Nanfeng bersyukur, bagaimana mungkin ia menemukan harta karun seperti ini...
Semakin dipikir, Su Nanfeng semakin bersemangat. Ia menunduk menghisap "puncak merah muda" dengan lidah, lalu berusaha memasukkan kedua "kecil manis"-nya ke mulutnya, mulai menghisap dengan penuh hasrat.
Usai rangkaian ciuman, Su Nanfeng melepaskan tatapannya yang tertuju pada bagian tegak tubuhnya. Kilauan putih akibat air liurnya menyilaukan mata. "Kecil manis, tubuhmu benar-benar sensitif!"
"Jangan... jangan lanjutkan!" Wu Yuxuan tersipu mendengar perubahan tubuhnya disebut-sebut.
"Baik, tak akan kusebut. Lihatlah sendiri."
Su Nanfeng menopang bagian belakang kepala Wu Yuxuan dengan satu tangan, membantu mengangkat kepalanya sedikit. Begitu pandangannya jatuh, pipinya yang sudah merah merona langsung membara seperti api. Putaran putih yang masih meneteskan embun di tubuhnya semakin membengkak setelah dibelai mulut pria itu, terutama puncak merah muda di tengahnya yang tegak dan keras menjulang, persis seperti dua buah merah kecil yang menggoda, memanggilnya untuk kembali mencicipi.
Su Nanfeng sesaat menarik diri dari Wu Yuxuan. Kedua tangannya merapatkan lalu mengangkat tinggi-tinggi kedua kaki gadis itu, menyandarkannya di bahunya. Senjata merah membara sekeras batu itu kembali menekan tubuhnya, menusuk dengan kekuatan penuh ke zona terlarangnya!
Mulut bawah Wu Yuxuan seketika menggigit erat miliknya.
Su Nanfeng terus melesat ke depan, erangan kemanjaan akhirnya keluar dari Wu Yuxuan. Jiwa raganya mulai perlahan larut dalam hubungan intim ini, melepaskan perlawanan terhadapnya. Tanpa sadar mulai menyelaraskan gerakan tubuhnya, terus mencari jalan menuju puncak kenikmatan.
Ya, dia menginginkannya, panik menginginkan... Harapan untuk bisa histeris bersam Su Nanfeng...
Serangan menusuk yang ganas dari Su Nanfeng membuat tubuh Wu Yuxuan seolah dialiri listrik, menerjang otaknya. Perempuan itu mengeluarkan tangisan merdu bak nyanyian,"Ah..."
Tekanan kuat Su Nanfeng kembali membuat bagian terdalam Wu Yuxuan menghasilkan sensasi geli. Rasa kesemutan ini terus menyebar ke setiap sel tubuhnya di bawah gerakannya, kenikmatan merengkuh seluruh tubuhnya.
Wu Yuxuan bisa merasakan benda tegak Su Nanfeng telah mencapai kedalaman terdalamnya. Dorongan dalamnya yang menggelitik membuat napasnya membara berapi-api.
Su Nanfeng melihat Wu Yuxuan yang nyaman dengan mata indahnya setengah terbuka, wajah mungil polosnya masih memerah delima, mata menggoda bak benang sutra menusuk-nusuk hatinya. Kenikmatan ini membuat emosinya semakin membara. Seperti kuda liar, benda keras batu tegaknya menggesek-gesek tempat suci misteriusnya dengan taruhan nyawa.
Di ulu hati Wu Yuxuan, kenikmatan yang tak terucapkan meluas ke seluruh tubuh. Kilat seolah meledak di depan matanya. Dia sudah tidak bisa membedakan di mana dirinya berada. Erotanan keras membahana keluar dari mulutnya.
Terutama ketika Su Nanfeng memperkuat ritme yang membakar kesenangan di tubuhnya, tubuhnya semakin ingin mengejar rangsangan kuat. Dia mulai menjadi serakah, menggunakan kekuatan pinggangnya untuk mengangkat tubuhnya, menyodorkan bibir mungilnya padanya.
Menyambut keindahan yang datang sendiri, Su Nanfeng dengan riang menerima. Lidah panjangnya yang kuat menembus mulut mawar miliknya.
Wu Yuxuan memiliki kedua "mulut" sepenuhnya dalam kendali Su Nanfeng. Selain mengeluarkan suara "ya-ya", dia tak bisa memberi reaksi lain. Gelombang kenikmatan yang kuat terus menerjangnya, tangannya mencengkeram erat bahu lelaki itu.
Ujung alis Wu Yuxuan telah memerah oleh hasrat. Su Nanfeng mendorong dengan kuat ke bagian terdalamnya, kedua tangan meremas "putaran putih" miliknya, membuat wanita itu terus membelit "pantat kokoh"nya. Keketatan tubuhnya membungkus bagian maskulin itu.
Saat itu juga, pikiran Wu Yuxuan menjadi kosong. Dia baru saja mencapai klimaks pertama. Kontraksi ototnya seperti memutar-mutar alat vital Su Nanfeng, yang mulai merasakan tanda-tanda puncak.
Su Nanfeng mengeraskan tekad. Jarang melihat si kecil manisnya begitu menggoda, dia tak ingin cepat mengakhiri pertempuran ini. Dengan sigap menghentikan "kuda perang" yang hendak menyerbu, namun bokong si wanita di puncak kenikmatan tiba-tiba bergetar seperti motor bertenaga, mengangkat pinggulnya untuk menyerbu dan menggesek batang yang tegak itu.
Su Nanfeng sedikit terkejut. Di wajah wanita kecil itu terpancar kepuasan yang tak terbendung, semakin membuatnya enggan bergerak. Semakin dia seperti ini, semakin lelaki itu berdiam.
Dalam situasi ini, Wu Yuxuan merangkul leher Su Nanfeng. Kaki panjangnya bergetar, menggerakkan bokongnya dengan penuh tenaga maju-mundur, menelan dan mengeluarkan kembali batang yang tegak itu.
Bagaimana mungkin Su Nanfeng bisa menahan wanita kecil yang aktif memohon kasih ini? Telapak tangan besarnya meninggalkan stigma demi stigma yang hanya menjadi miliknya di tubuh wanita itu.
Wu Yuxuan melolong tanpa kendali, menyambut baik setiap geliat tubuhnya. Dia benar-benar menyerah pada nafsu, memilih tanpa ragu untuk menyatu dengan Su Nanfeng, semakin tenggelam dalam gelombang kenikmatan yang tak tertahankan.
