Wanita ke-266 Bisa Datang Kapan Saja
Setelah perut terisi makanan, suasana hati Wu Yuxuan pun membaik. Saat mereka memakan ikan bakar separuh jalan, tiba-tiba terdengar teriakan dari kejauhan, "Di sana, mereka di sana! Cepat, cepat..."
Sial, para tentara bayaran telah menemukan mereka.
Asap dari ikan bakar yang mengepul telah mengungkap jejak mereka. Wu Yuxuan langsung panik mendengar suara perampok. Su Nanfeng segera menyiram api dengan tanah, baru saja menariknya untuk lari ketika para tentara bayoran berteriak, "Berdiri!"
Gerakan mereka langsung terhenti. Wu Yuxuan mengangkat pandangan dan melihat dua pria berlari mendekat dari jarak tidak jauh, masing-masing membawa golok yang berkilat memantulkan cahaya putih. Untungnya mereka tidak membawa senjata api.
Meski begitu, situasi tetap genting. Pertama, lawan mereka adalah dua tentara bayaran terlatih bertubuh besar. Dua pria ini jelas lebih unggul melawan Su Nanfeng yang terluka parah dan Wu Yuxuan. Kedua, para tentara bayaran membawa senjata sementara kondisi Su Nanfeng kritis.
Situasi sangat tidak menguntungkan bagi mereka.
Dua tentara bayaran itu mengawasi mereka dengan mata berapi. Salah satu yang lebih muda berkata, "Sialan! Lari lagi, ayo lari lagi! Bikin gua begadang semalaman. Nanti setelah gua tangkap, nona manis ini akan gua pesta porakan. Lihat betapa mulus kulit dan tubuhnya, pasti enak banget!"
Pandangan Su Nanfeng tiba-tiba menjadi dalam. Ia mengulurkan lengannya melindungi Wu Yuxuan di belakangnya, lalu menoleh ke arahnya sambil berkata, "Jangan takut!"
Suara Su Nanfeng tetap memancarkan kesombongan dan kedinginan hati, namun kali ini Wu Yuxuan merasakan kehangatan berbeda. Setiap kali hatinya terasa menggantung, dia selalu memberikan dua kata: "Jangan takut!" Seolah dia adalah dewa yang akan melindunginya seperti anaknya sendiri, tak membiarkannya terluka sedikit pun.
Tangan Wu Yuxuan memegang lengan Su Nanfeng, mengangguk, "Selama kau di sini, aku tidak takut."
Setelah mendengar itu, Su Nanfeng baru menoleh memandangi dua tentara bayaran di depan.
Sejujurnya, Wu Yuxuan saat ini sangat tegang. Dia khawatir Su Nanfeng tidak bisa menghadapi dua pria itu sendirian.
Wu Yuxuan mengumpulkan keberanian, kedua tangannya melingkari pinggangnya. Berjinjit sedikit, mendekat ke telinganya, berbisik tegas: "Bunuh mereka!!"
Benar, kesadaran yang terbentuk dalam pikiran Wu Yuxuan saat ini adalah: Bunuh mereka!
Wu Yuxuan sangat paham membunuh itu melanggar hukum. Tapi nyawa mereka berdua sedang terancam. Kalaupun sampai mencelakai nyawa orang, paling hanya dianggap pembelaan diri berlebihan.
Wajah Su Nanfeng terbeku sebentar, mungkin tak menyangka dia bisa sekejam ini. Setelah satu detik, dia memberikan senyum pujian, "Aku juga bermaksud begitu!"
Rupanya keinginan "membunuh mereka" bukan hanya dimiliki Wu Yuxuan, Su Nanfeng pun sama.
Wu Yuxuan meluruskan punggungnya, menatap tanpa takut pada dua tentara bayaran bertubuh besar itu. Meski mereka dalam posisi lemah, bukan tidak mungkin untuk membalikkan keadaan.
Mungkin kedua tentara bayaran itu merasakan aura pembunuhan dingin yang terpancar dari Su Nanfeng, tentara bayaran lain yang belum berbicara membuka mulut: "Kami bisa melepaskanmu, tapi gadis ini harus tetap tinggal. Saudara, nasihat kami - jangan lakukan hal bodoh. Wanita bisa dicari kapan saja, tapi nyawa hanya satu."
Harus diakui, perampok ini cukup bijaksana. Ucapannya berusaha memecah persekutuan antara Wu Yuxuan dan Su Nanfeng. Begitu ada perpecahan internal, kedua tentara bayaran bisa memanfaatkan celah.
Wu Yuxuan tidak tahu apa yang dipikirkan Su Nanfeng. Jika benar ia mendorongnya keluar untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, dia tidak akan menyalahkannya. Dia hanya akan membenci dirinya sendiri yang buta, sampai jatuh cinta pada pria seperti ini.
Su Nanfeng menoleh, tatapannya bertemu dengan tatapan Wu Yuxuan. Matanya memancarkan dingin yang ekstrem, seolah ingin membekukan segala sesuatu di sekitarnya, membuatnya tak bisa menahan diri menggigil.
Hati Wu Yuxuan langsung panik, tangannya tanpa sadar mencengkeram erat. Hatinya berdebar-debar, apakah Su Nanfeng benar-benar akan menyerahkannya?
Sejujurnya, Wu Yuxuan sendiri tidak yakin.
“Bagi Su Nanfeng, Wu Yuxuan hanyalah wanita yang pernah dia beli dengan uang untuk dimainkan. Dia hanya mainan di samping bantalnya. Dengan kekayaannya, wanita seperti dia bisa didapatkan sebanyak yang dia mau. Tidak ada yang istimewa darinya.”
“Wu Yuxuan mengakui, dirinya tidak begitu penting bagi Su Nanfeng.”
“Tatapan Su Nanfeng mengunci erat dirinya, namun pertanyaannya ditujukan ke tentara bayaran: 'Kalian hanya menginginkan dia?'”
“Tentara bayaran menjawab: 'Tentu!'”
“Su Nanfeng menyeringai dingin, 'Yakin?'”
“'Gua selalu menepati janji!'”
“Su Nanfeng melirik ke Wu Yuxuan. Sebelum sempat memahami maksud tatapannya, ia sudah melesat seperti macan tutul. Satu tangan mencengkeram kerah tentara bayaran, tangan lain merampas golok. Dentang metal! Golok itu sudah menancap di tubuh orang itu secepat kilat.”
“Wu Yuxuan dan tentara bayaran lainnya membeku. Serangan mematikan Su Nanfeng datang senyap dan cepat, tanpa memberi waktu bereaksi.”
“Su Nanfeng menarik kembali goloknya. Darah tentara bayaran menyembur ke wajah Wu Yuxuan. Terdengar jeritan 'Aaaa!' saat tubuhnya terjatuh di atas batu keras.”
Pada saat itu, Su Nanfeng membalikkan badan dan mencekik sisa satu tentara bayaran, melakukan bantingan bahu yang sangat indah, melemparkan tentara bayaran itu ke tanah. Tangannya mengunci lengan tentara bayaran itu, bertanya: "Katakan, di mana ada kapal yang bisa digunakan untuk melarikan diri!"
Setelah satu jurus mematikan, Su Nanfeng langsung melanjutkan dengan gerakan cepat tanpa ampun. Wajahnya dingin, berniat menghabisi semua yang berani melawannya.
Tentara bayaran itu berteriak "Aaaa... Aku, aku, aku tidak tahu..."
"Tidak tahu?!" Su Nanfeng menambah tekanan, tulang lengan tentara bayaran itu retak berderak, membuatnya menjerit kesakitan.
"Aku bicara, aku bicara, di... di..."
Braak——
Kata-kata tentara bayaran itu belum sempat keluar, suara tembakan sudah menggema. Dentuman mendadak ini kembali membuat Wu Yuxuan menjerit ketakutan. Dalam kebingungannya, ia melihat tubuh Su Nanfeng terjatuh ke samping, darah mengalir deras dari dadanya.
Su Nanfeng tertembak!
Wu Yuxuan mengabaikan rasa sakit di lututnya, merangkak secepat mungkin mendekati Su Nanfeng. Ia menyangga kepala pria itu di pangkuannya, bertanya: "Su Nanfeng, bagaimana kondisimu? Luka di mana, luka di mana?!"
Air mata Wu Yuxuan membanjir deras.
Bibir pucat Su Nanfeng bergerak lemah, suara redupnya sampai di telinga Wu Yuxuan: "Tidak apa-apa, jangan khawatir."
"Tangan Su Nanfeng mendorong tubuhnya, 'Cepat pergi, cepat pergi!'"
