Bab 275 Gambar Pria Tampan Keluar dari Kamar Mandi
Wu Yuxuan mengangkat pinggulnya menyambut gempuran Su Nanfeng, suara "ces...ces..." basah bergema memenuhi ruangan.
Su Nanfeng mulai tak kuasa berteriak: "Siluman kecil, kau sungguh luar biasa!"
Su Nanfeng mengamuk bagai binatang buas, merobek-robek tubuh Wu Yuxuan dengan ganas.
Gelombang musim semi yang tak berbatas membentuk simfoni gila.
Tiba-tiba, Wu Yuxuan mengencang, dalam momen indah tak terhingga, kedua insan itu berbaring berpelukan tanpa merasa lelah.
Wu Yuxuan lemas tak berdaya, tergelepar dalam pelukan Su Nanfeng.
Usai pertempuran dahsyat, Wu Yuxuan memulihkan tenaga. Su Nanfeng menggenggam tangannya membawanya ke jalan mobil, sepanjang jalan ia tak bersuara sementara dia tak tahu kemana akan dibawa.
Keluar kota, jalan gunung yang terjal akhirnya berhasil dilalui.
Di tempat terpencil ini, baru saja Wu Yuxuan sampai di pintu rumah petani, terdengar suara tangisan memilukan dari dalam. Ia mendorong pintu dan melihat Zhang Yue terikat di bangku dengan beberapa bodyguard berjaga.
Wu Yuxuan bergegas mendekat dan mencabut kain pengganjal dari mulut Zhang Yue.
Bekas air mata masih basah di pelipis Zhang Yue, tubuhnya penuh luka memar. Melihat Wu Yuxuan, matanya berbinar: "Yu Xuan, cepat selamatkan aku, cepat..."
Tangan Wu Yuxuan segera meraih tali di belakang Zhang Yue. Jarinya baru menyentuh ikatan itu, tiba-tiba ia membeku.
Hubungan lama Wu Yuxuan dan Zhang Yue sebagai teman sekelas dulu telah diketahui oleh Su Nanfeng, namun ia tetap membawa dia untuk menyaksikan adegan terkait Zhang Yue. Tiba-tiba dia teringat kejadian di kompetisi nasional itu. Dia memahami tujuan Su Nanfeng - ia ingin mengetahui dari mulut Zhang Yue di mana letak masalah sebenarnya terkait karya kompetisi yang identik.
Dan ini juga persis yang ingin diketahui Wu Yuxuan dengan segera. Karena itu, dia mengubur niatnya yang semula ingin melepaskan ikatan Zhang Yue.
Zhang Yue memandang Wu Yuxuan dengan terkejut, "Yu Xuan, kau..."
Wu Yuxuan menarik napas dalam-dalam lalu bertanya, "Zhang Yue, kutanyakan padamu, siapa yang memberimu karya untuk kompetisi itu?"
Sebelum kedatangan Wu Yuxuan, Zhang Yue sudah mengerti mengapa dirinya ditangkap dan diawasi di sini. Namun ketika menghadapi pertanyaan teman sekelas lamanya, dia tetap tertegun sesaat. Kemudian dengan hati pedih membalas bertanya, "Yu Xuan, apakah bahkan kau juga mengira aku mencuri karyamu? Tapi kukatakan padamu, aku tidak! Karya yang kukirim ke kompetisi itu buatanku sendiri, mana mungkin jadi milikmu?!"
"Zhang Yue!" Wu Yuxuan menggeram rendah. Tatapannya pada Zhang Yue menjadi dingin. Dia sendiri telah memenangkan piala juara di kompetisi kemarin dan menjadi terkenal. Karya itu sekarang tercatat atas namanya. Sekalipun Wu Yuxuan benar-benar ingin merebut kembali sesuatu, dia kesulitan karena tidak memiliki bukti.
Sebenarnya, Wu Yuxuan juga tidak berniat merebut kembali karya tersebut maupun kehormatan yang dibawanya. Ia hanya ingin keadilan yang semestinya, ingin mengetahui siapa dalang di balik kebocoran karyanya.
Hanya itu saja!
Namun meski Su Nanfeng terus mendesak dan Wu Yuxuan terus menginterogasi, Zhang Yue tetap bersikukuh bahwa karya yang ikut kompetisi itu adalah buatannya sendiri...
Setelah berulang kali ditanya, Wu Yuxuan pun kelelahan mental. Bagi dia, ini bukan lagi sekadar masalah karya yang dicuri, tapi juga pengkhianatan persahabatan... Mengapa dia selalu menyerahkan ketulusannya pada orang lain, tapi tak pernah mendapat balasan? Yang diterimanya hanyalah pengkhianatan.
An Bin begitu, Chen Xue juga begitu, kini bahkan Zhang Yue pun demikian. Wu Yuxuan bertanya-tanya, apakah dunia ini memang sedingin ini?
Wu Yuxuan keluar dari rumah pertanian dengan langkah terhuyung-huyung. Andai bukan karena Su Nanfeng yang segera menyangga tubuhnya, mungkin dia sudah terjatuh. Pria itu mengangkatnya ke kursi penumpang, sementara wanita itu berkata datar tanpa ekspresi: "Lepaskan dia."
Su Nanfeng tertegun sejenak, lalu mengangguk patuh.
Saat mobil kembali ke kota sudah hampir jam sepuluh malam. Perut Wu Yuxuan keroncongan. Dengan mood yang buruk, dia menarik Su Nanfeng untuk makan hotpot bersama.
Sebenarnya Wu Yuxuan tahu Su Nanfeng tidak suka makanan seperti ini. Tapi hari ini hatinya sedang gundah, dia butuh sesuatu yang kuat untuk menyentak kesadarannya.
Su Nanfeng mengemudikan mobil berputar-putar akhirnya menemukan restoran hotpot, tempat ini secara keseluruhan masih terbilang bersih. Sepanjang makan hampir semuanya Wu Yuxuan yang menyantap, dia hanya menonton.
Di bawah cahaya terang, kabut asap hotpot mengaburkan pandangan. Melalui kepulan asap putih, Wu Yuxuan melihat wajah Su Nanfeng dalam kabut uap tampak seperti ketampanan semu yang tak nyata. Wajahnya yang setara dengan patung klasik itu, dari sudut manapun dan kapanpun, benar-benar mahakarya sempurna yang membuat hatinya berdebar kencang, kegalauan dalam hatinya perlahan menghilang.
Memang sulit menerka pikiran wanita. Suasana hati Wu Yuxuan yang awalnya buruk ingin makan, kini setelah membaik malah semakin lahap. Dia sendiri menghabiskan satu piring daging sapi lalu menambah lagi satu piring.
Terus makan...
Su Nanfeng melihatnya menuang seluruh sisa daging sapi ke dalam panci rebusan lalu menyendoknya untuk dimakan, membuatnya tersentak menarik nafas. Alisnya berkerut: "Kecil manis, berhenti makan! Kau sudah terlalu banyak, bisa sakit perut!"
Wu Yuxuan terus saja makan. Su Nanfeng mengira dia masih terpuruk dalam kesedihan karya yang dicuri. Wajahnya berubah muram, menggenggam pergelangan tangannya langsung menariknya pergi: "Pulang!"
"Aku masih mau makan!"
Su Nanfeng melototi dia, berseru: "Kalau tidak mau besok tidak bisa bangun dari ranjang, lebih baik kau manis-manis."
Ancaman Su Nanfeng ini terlalu menakutkan bagi Wu Yuxuan. Pinggang kecilnya masih sakit sampai sekarang, tak ingin kembali di...
Kembali ke hotel sudah hampir tengah malam. Menurut jadwal, besok harus kembali ke perusahaan untuk mulai bekerja resmi. Perjalanan ke Beijing kali ini memberikan perasaan yang sangat tidak nyaman bagi Wu Yuxuan, seolah semuanya berjalan tidak lancar.
Awalnya Wu Yuxuan ingin kembali ke kamarnya sendiri, tapi akhirnya diseret Su Nanfeng ke kamarnya. Ia melemparkannya ke atas ranjang besar. Yuxuan mengira pria brengsek itu mulai bernafsu lagi, jantungnya berdebar-debar. Namun akhirnya Su Nanfeng hanya mengambil jubah mandi dan pergi mandi.
Kaca kamar mandi hotel berbahan buram. Dalam kabut samar-samar, siluet manusia bisa terlihat. Wu Yuxuan mendengar suara gemericik air dari kamar mandi, tanpa sadar tatapannya tertuju pada pintu kaca.
Siluet tinggi tegap Su Nanfeng terpantul di pintu kaca. Dari bayangan itu terlihat ia sedang keramas. Semakin lama Yuxuan menatap, semakin jelas imajinasinya membayangkan pemandangan yang membuat hidungnya hampir mimisan.
Wu Yuxuan menelan ludah, tak berani melihat lagi. Tatapannya belum sempat berpaling ketika pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka. Rambutnya yang basah kuyup belum dikeringkan, tetesan air jatuh di dadanya. Butiran air itu mengalir melalui alur otot perut bagian bawahnya yang berlekuk, perlahan menghilang di balik handuk mandi.
Benar-benar pemandangan pria tampan baru keluar mandi yang memesona!
Wajah Wu Yuxuan memerah karena malu, kepalanya menoleh gugup menghindar. Namun gerakannya tak luput dari pengamatannya. Sudut bibirnya melengkung, melirik sekilas sambil mengeringkan rambut dengan handuk.
