Bab 283.. Mati Ya Sudahlah
Kini Wu Yuxuan sudah mengukuhkan posisi di perusahaan lewat dua pesanan bernilai fantastis. Tapi Han Lin masih tetap ngotot nongkrong di perusahaan. Keengganannya meninggalkan MiYan bukan karena peduli pada kepentingan perusahaan, tapi lebih karena tak ingin kehilangan jaringan sumber daya yang dimiliki MiYan.
Han Lin memanfaatkan jaringan perusahaan untuk menukar uang di luar, Su Nanfeng juga bukan pemilik toko bodoh, sehingga terjadi integrasi seperti yang disebutkan dalam email.
Tuan Su turun tangan sendiri membabat habis bawahan, mana mungkin bawahan bisa lolos?!
Api kedua ketua grup baru masih menyambar Han Lin, memeriksa karya desain lamanya... ternyata ditemukan banyak karya jiplakan dari desainer ternama. Di dunia kreatif, cap plagiat adalah aib terbesar yang tak bisa dihapus seumur hidup.
Api ketiga ketua grup baru terus membakar Han Lin, mengungkap hubungan tidak senonohnya dengan beberapa penanggung jawab perusahaan mitra... Masalah "aturan tak tertulis" ini memang sensitif. Semua tahu itu ada, tapi sekali tersentuh, nama buruk akan melekat selamanya!
——Seperti Han Lin.
Dalam sekejap, desas-desus tentang Han Lin membanjiri perusahaan. Lingkaran desain pernikahan yang kecil ini semakin riuh, reputasinya pun perlahan hancur.
Kekerasan desas-desus dan rumor tak tertahankan. Han Lin akhirnya mengajukan surat pengunduran diri.
Rangkaian tindakan Su Nanfeng berhasil memetik hasil. Han Lin hengkang dengan reputasi hancur. Meski memegang jaringan MiYan, tak ada pemilik perusahaan pernikahan yang mau merekrutnya. Sumber daya berharga di tangannya berubah sekadar daftar nama dan deretan angka telepon.
Setelah Han Lin meninggalkan perusahaan, kabar tentangnya yang didengar Wu Yuxuan dari rekan kerja juga terputus-putus. Katanya hidupnya sulit setelah kehilangan pekerjaan bergaji tinggi, tidak tahan tinggal di kota dan kembali ke kampung halaman.
Setelah kepergian Han Lin, posisi "Ketua grup" di perusahaan menjadi kosong. Promosi jabatan kepemimpinan biasanya dilakukan dari internal perusahaan, baik berdasarkan lama bekerja maupun kemampuan kerja yang menonjol.
Tapi setelah serangkaian restrukturisasi oleh Su Nanfeng, karyawan senior yang bekerja lama hampir semua sudah dipromosikan atau dipindahkan. Mana ada lagi karyawan lama? Tinggal wajah-wajah baru... ah... kemampuan Wu Yuxuan justru paling mencolok di antara mereka.
——Dua pesanan bernilai fantastis melekat di badan, siapa yang bisa menyaingi?!
Maka secara alami Wu Yuxuan menjadi "supervisor"!
Saat menerima surat penunjukan, Wu Yuxuan hampir ingin mengumpat. Karena selain promosi menjadi supervisor, Su Nanfeng menambahkan kata "sekaligus" dengan jelas tertulis: Supervisor sekaligus Sekretaris Kantor Direktur Utama.
Bisakah seseorang menjelaskan padanya, apa sebenarnya jabatan ini...
Sebagai supervisor, Su Nanfeng malah memindahkan semua staf berpengalaman. Yang tersisa untuknya hanyalah anak-anak baru. Bagaimana cara membimbing mereka...
Wu Yuxuan sungguh merasa pekerjaan ini tidak bisa dilakukan. Ia tak tahan lagi duduk diam, mengetuk pintu kantor Su Nanfeng. Begitu masuk, yang terlihat adalah wajah pria itu yang sudah menunggu dengan penuh keyakinan.
Ia sudah tahu si Kucing liar-nya pasti tak bisa diam... Ini... Datang sendiri ke pelukan, kalau tidak dimakan, sungguh bukan pria sejati!
Wu Yuxuan tak menyadari bahaya yang mengintai, dia berjalan mendekat dan berdiri di depan meja kerja, bertanya: "Tuan Su..."
Pertanyaannya belum selesai, Su Nanfeng sudah melengkungkan jari-jarinya memanggil. Dia tahu ini godaannya lagi, harus bertahan dari pesona pria itu, jangan sampai terjerat lagi.
Dia datang untuk urusan penting!!!
Wu Yuxuan mencubit telapak tangannya sendiri untuk menyadarkan diri: "Tuan Su, aku ada urusan denganmu."
Sorot mata Su Nanfeng berkedip licik seperti rubah, "Kebetulan, aku juga ada urusan denganmu."
Sudut bibir Su Nanfeng melengkung samar, tubuh tinggi menjulangnya bersandar di kursi, tangan menyilang di dada, matanya menatap tajam ke arah Wu Yuxuan.
Bak serigala mengintai mangsa.
Hati Wu Yuxuan berdebar-debar, ingin segera keluar dari kantor. Tapi saat bertemu senyuman dalam pria itu, kakinya seperti tertanam di lantai.
Aura intimidatifnya selalu bisa membekukan darah, tekanan yang membuat sesak napas. Tanpa perlu berbuat apa-apa, cukup tatapan matanya yang menusuk, kaki wanita itu seolah terpaku tak bisa bergerak.
Wu Yuxuan merasa tidak nyaman, keringat dingin di punggungnya terus muncul. Ketenangan palsu di wajahnya mulai runtuh. Aroma "bahaya" yang semakin kuat menjeratnya dari segala arah seperti jaring.
Jantung Wu Yuxuan berdebar kencang ketika Su Nanfeng kembali bersabda: "Ke sini!"
Suara otoriter itu tak memberi ruang untuk penolakan. Ia menggigit gigi... Mati pun jadi!!
Su Nanfeng memandang wanita kecil yang ketakutan di hadapannya. Tangannya mencengkeram lengan wanita itu, menariknya hingga terjatuh ke pangkuannya.
Sejarah selalu berulang. Ia teringat berapa kali dirinya terseret pusaran nafsu pria ini. Kilasan memori seperti film bisu tua bermain di kepalanya - terutama saat ia mendorongnya ke meja kerja sambil mengucapkan kata-kata mesum, melakukan hal mesum dengan kasar... Tubuhnya gemetar. Rasa takut merayap dari ujung hati. Ia protes: "Tuan Su, jangan... Sekarang jam kerja..."
Sepertinya percuma. Bukankah sebelumnya juga selalu terjadi di jam kerja?
Wu Yuxuan merasa pekerjaannya menyedihkan. Karyawan lain hanya perlu menyelesaikan tugas, tapi ia harus melayani bos di luar pekerjaan.
...Masalahnya, bos ini serigala yang tak pernah kenyang...
“Tuan Su, jangan...” Wu Yuxuan pucat ketakutan, pandangannya yang panik melirik ke pintu - pintu kantor masih terbuka lebar.
Tapi Wu Yuxuan lupa, Su Nanfeng bisa mengontrol pintu kantor. Ia segera menangkap kepanikannya, mengambil remot dan mengunci pintu kantor.
Wu Yuxuan....
Wu Yuxuan semakin panik, kedua tangannya terus mendorong Su Nanfeng, “Sungguh jangan, aku takut dilihat orang...”
Lidah panjang nan panas Su Nanfeng menjilati lehernya, menebarkan sihir nafsu di tubuhnya, menyeretnya masuk dalam kegelapan kenikmatan. Setiap bagian yang diciumnya merinding, tubuhnya gemetar ringan, “Jangan di kantor, ya...”
Terlalu sering Wu Yuxuan menanggapi "kunjungan" Su Nanfeng di kantor ini. Kini setiap melihat sofa, kantor, ranjang, atau mobil, kakinya langsung gemetar.
Su Nanfeng terus saja mencium Gadis baik-nya, pura-pura tak dengar penolakannya. Ia tahu persis, sekeras apapun sang gadis menolak sekarang, nanti dia akan merengek minta lebih.
Pola tingkahnya sudah ia hafal. Bagi Su Nanfeng, penolakan ini hanyalah bumbu pendahuluan. Ia sangat menikmati permainan rayu mereka...
Su Nanfeng merangkul pinggang Wu Yuxuan dengan satu tangan, sementara tangan satunya mencengkeram lembut payudara montok di depan dada gadis itu.
