BAB 291 AKU BISA MEMBERIKAN SEMUANYA PADAMU
Wu Yuxuan melihat tangan Lin Ci yang terulur itu tergantung di udara. Jika dia menolak, bukankah akan membuat suasana semakin canggung? Setelah ragu beberapa saat, dia akhirnya meletakkan tangannya di atas tangan Lin Ci.
Pandangan mata Lin Ci yang lembut dan penuh kasih tak lepas dari Wu Yuxuan. Mengikuti notasi musik, mereka menari dengan gemulai. Hatinya belum pernah merasa sesempurna ini sebelumnya, kebahagiaan yang bisa direbutnya hanya dengan mengulurkan tangan.
Usai menari, Wu Yuxuan terengah-engah ringan. Lin Ci yang melihat kecantikannya tak tertahankan, tak bisa mengendalikan diri. Kedua tangannya memegang pipi wanita itu, bersiap menciumnya...
Wu Yuxuan tertegun sejenak sebelum panik. Saat bibir Lin Ci hampir menyentuh bibirnya, dia cepat-cepat mendorong tubuh pria itu lalu mundur selangkah. "Lin Er Shao."
Lin Ci yang ditolak matanya memendam kekecewaan. Ia buru-buru menjelaskan: "Yu Xuan, maafkan aku. Aku tak bisa menahan diri, tapi aku..."
Wu Yuxuan menyadari Lin Ci akan mengatakan sesuatu. Dia tahu perasaannya, tapi hatinya sudah dipenuhi Su Nanfeng. Tak ada ruang untuk siapapun lagi. Akhirnya dia harus mengecewakan perasaan Lin Ci. Dia tak bisa menerima cintanya, tapi juga tak ingin kehilangan kesempatan berteman. Sebelum Lin Ci bicara, dia memotong dengan tegas: "Lin Er Shao! Aku tahu kita berasal dari dunia yang berbeda, tapi pertemuan kita sungguh berkesan. Kuharap kita bisa tetap berteman selamanya."
Wu Yuxuan menekankan kata "teman" dengan sengaja. Meski sadar status sosial mereka tak mungkin menjadi sahabat sejati, setidaknya bisa saling menyapa atau makan bersama saat bertemu. Lebih baik daripada status hubungan ambigu antara pacar dan bukan. Karena tak punya perasaan romantis, dia tak ingin mendengar pengakuan yang bisa merusak dinamika hubungan mereka saat ini.
Pikiran ini muncul demi menghindari kejanggalan di pertemuan mendatang. Tapi Lin Ci tak memikirkan konsekuensi jangka panjang. Cintanya yang meluap ingin diungkapkan di momen langka ini. Dengan gegabah dia terus mengutarakan isi hatinya: "Yu Xuan, aku tak mau kita hanya berteman. Meski reputasiku buruk, mungkin kau anggap cintaku lelucon, tapi sungguh aku jatuh cinta. Tak mau lagi menyembunyikan perasaan. Aku ingin resmi menjalin hubungan denganmu. Maukah kau memberiku kesempatan?"
Kejujuran Lin Ci membuat Wu Yuxuan tertegun sejenak. Dia menatap pria di hadapannya dengan bingung. Sejujurnya, sejak pertama kali bertemu, dia sudah tahu bahwa pria ini bukan orang baik. Lebih baik tidak mencari masalah, jadi dia selalu berhati-hati dalam berbicara. Namun perlahan, dia menemukan bahwa pria ini layak dijadikan teman dekat - meski hanya sebatas pertemanan. Dia tak pernah membayangkan hubungan lebih jauh.
Kini tiba-tiba dia mengajukan pertanyaan sulit ini. Wu Yuxuan panik..."Lin Er Shao, aku tidak pantas untukmu. Apalagi menerima perlakuanmu seperti ini."
Lin Ci menggenggam bahu Wu Yuxuan. "Yu Xuan, jangan meremehkan dirimu. Di mataku kaulah yang terbaik. Kau gadis baik, aku tak ingin kau terluka lagi. Aku ingin menjagamu."
Semakin bersemangat ucapannya, genggaman di bahu semakin kuat hingga terasa sakit. Hati Wu Yuxuan berdebar tak karuan. "Lin Er Shao, jangan begini..."
"Yu Xuan, jadilah pacarku! Segala yang kumiliki akan kuberikan untukmu!"
"Lin Er Shao, lepaskan dulu! Kumohon!" Wu Yuxuan meronta namun tak bisa melepaskan diri. Detak jantungnya semakin kencang. Tak ingin dikendalikan, dia menyepak kaki Lin Ci dengan keras.
Tendangan Wu Yuxuan kali ini sangat keras. Lin Ci terlempar ke belakang setelah menerima tendangannya, dan dengan momentum itu Wu Yuxuan berhasil melepaskan diri. Tanpa pikir panjang, dia langsung berbalik dan berlari keluar dari restoran.
"Yu Xuan!!"
Teriakan Lin Ci membuat langkah Wu Yuxuan terhenti di tengah jalan. Keduanya berdiam begitu saja, tak ada sepatah kata pun yang terucap dalam waktu yang lama.
Dengan posisi membelakangi Lin Ci, Wu Yuxuan tak bisa melihat ekspresi di wajahnya saat ini. Namun dia bisa merasakan dengan jelas kekecewaan dan kesepian yang memancar dari sosok di belakangnya. Hatinya sedikit tergetar.
Tapi getaran hati ini bukan berarti Wu Yuxuan memiliki perasaan padanya. Pria brengsek yang selalu dirindukannya adalah Su Nanfeng, bukan Lin Ci...
Setelah lama terdiam, Lin Ci akhirnya bertanya, "Apa penolakanmu terhadap perasaanku karena Su Nanfeng?"
Pertanyaan Lin Ci bagai tusukan yang langsung menusuk jantung Wu Yuxuan. "Lin Er Shao, aku tidak mau membohongimu. Sungguh, aku tidak bisa menerima perasaanmu. Pasti akan ada gadis yang lebih cocok untukmu."
Jari-jari Lin Ci mencengkeram kencang sampai keputihan. "Benar-benar karena dia! Meski... meski dia sudah punya tunangan, kau tetap mau mencintainya?!"
"Ya!" jawab Wu Yuxuan tegas.
Sejak berani mengungkapkan perasaannya pada Su Nanfeng, Wu Yuxuan sudah mengambil keputusan. Sekalipun jalan di depan terasa sulit, selama Su Nanfeng masih mencintainya, dia akan terus memiliki keberanian untuk melangkah.
"Lin Er Shao, jangan buang-buang perasaanmu padaku. Aku tidak bisa memberimu respons apa pun." Setelah berkata demikian, Wu Yuxuan berlari keluar dari restoran. Mungkin perkataannya akan melukai Lin Ci, tapi ini lebih baik daripada terus menahannya dan membuatnya kehilangan gadis baik.
Sakit yang lama tidak lebih baik daripada sakit yang singkat.
Wu Yuxuan yang keluar dari restoran Barat berdiri sendirian di halte menunggu bus. Saat bus hampir tiba, sebuah telapak tangan dingin tiba-tiba menekan tengkuknya, membuatnya kaget setengah mati. Begitu menoleh, ia melihat Su Nanfeng dengan wajah hitam legam. Baru hendak bicara, pria itu dengan kasar menariknya dan memaksanya masuk ke mobil yang diparkir di pinggir jalan tanpa peduli rasa sakitnya.
Lao Wang mengemudikan mobil. Tubuh mungil Wu Yuxuan meringkuk di kursi belakang sementara Su Nanfeng bagai gunung raksasa duduk di sampingnya. Dia tak perlu bertanya apa pun - wajah dingin dan muram sang pria sudah cukup menjelaskan suasana hatinya yang buruk, atau lebih tepatnya sedang dilanda amarah.
Wu Yuxuan tidak tahu mengapa Su Nanfeng marah sebesar ini, tapi dia yakin kemarahan itu pasti ditujukan padanya. Tapi... kesalahan apa yang sebenarnya telah dia perbuat?
Sekarat pun, setidaknya beri tahu dulu alasan yang jelas!
Namun Su Nanfeng tetap duduk membatu seperti mayat hidup. Aura dinginnya yang mengusir segala kedekatan membuat jantungnya bergetar ketakutan.
Sepanjang perjalanan dari restoran ke vila yang memakan waktu lebih dari satu jam, Su Nanfeng tetap diam bagai patung. Baru setelah Lao Wang memarkir mobil di garasi dan pergi, ekspresinya mulai berubah.
"Turun!"
Sayangnya, ekspresi kedua Su Nanfeng lebih menakutkan daripada yang pertama—ekspresi pertamanya adalah wajah marah jpg, yang kedua adalah wajah marah gif.
