Keinginan ke-296 untuk Terus-menerus
Wu Yuxuan sudah pasti menjadi pecundang di tangan Su Nanfeng. Ia menguasai setiap titik sensitif, titik gairah, dan titik perubahan tubuhnya. Dengan pengalaman, ia menguasai bahasa tubuh Yu Xuan. Hanya dari ekspresi wajahnya, ia sudah bisa membaca perasaan batin sang gadis. Ia tahu perempuan ini takkan pernah bisa menolak kenikmatan bergetar dari persetubuhan ini, dan saat ini Yu Xuan memang tenggelam dalamnya. Su Nanfeng kemudian membawanya menuju puncak kebahagiaan.
Su Nanfeng terus mempercepat ritme tabrakan di tulang kemaluannya. Bunyi tepukan keras memenuhi kamar tidur. Yu Xuan bisa merasakan dengan jelas bagaimana dirinya berubah dari kehampaan menjadi kepenuhan. Tak kuasa menahan kenikmatan, tubuhnya melengkung dan pantat kecilnya bergerak naik menyambut.
Melihat gerakan Wu Yuxuan, Su Nanfeng tahu sang gadis kembali merasakan manisnya. Kedua tangannya menggenggam putih bulat yang bergetar seperti kelinci, jemarinya memainkan Puncak Merah Muda dengan lembut. Diiringi tabrakan pantat kokohnya, dua wilayah sensitif sang gadis sepenuhnya dikuasainya. Tanpa sadar Yu Xuan menutup mata, menyerahkan diri pada segala kenikmatan...
Su Nanfeng melihat semakin lama, tubuh kekarnya menekan ke bawah menyatu dengan tubuhnya, mencium bibirnya yang sedikit terbuka, berhasil menyumbat bibirnya. Suaranya yang awalnya "hm" berubah menjadi "hmm"...
Lidahnya terus mengaduk-aduk lidahnya, air liur bercampur, membuat tiga jiwanya sudah kehilangan enam roh. Pikirannya dipenuhi oleh hasrat yang membara mengisi dirinya.
Kedua tangan Su Nanfeng beralih memegang erat kedua bahunya, menggerakkan pinggulnya melakukan gerakan menusuk dalam. Ia dibuat terbakar nafsu oleh reaksi genitnya yang kuat, menggigit gigi, mendorong keras ke depan dengan sekuat tenaga!
Wu Yuxuan yang sedang mabuk mendengar suara "plok" basah yang keras. "Benda panjang" saudara kecil Su itu sudah seluruhnya masuk ke bagian terdalamnya. Wajah merahnya terangkat tinggi, bibir merah meronanya membentuk huruf O, kedua kaki jenjangnya seperti gurita melilit erat pinggangnya yang bergoyang.
Su Nanfeng melihat wanita kecil yang sudah sepenuhnya tunduk di bawah tubuhnya, hati dipenuhi kegembiraan. Tubuh putihnya berayun liar di hadapannya, membuatnya semakin bersemangat, ingin menggunakan seluruh tenaga untuk menaklukkannya sepenuhnya, membuat hidupnya hanya ada dirinya semata.
Keterpikatan terakhir yang masih dipertahankan Wu Yuxuan telah lenyap tak berbekas. Kesenangan dan kenikmatan yang tersisa dalam tubuhnya bagai angin kencang yang tak terbendung.
Penuh sekali...
Tangan Su Nanfeng mencengkeram sprei erat. Untuk memperoleh lebih banyak kenikmatan, kedua kaki Yu Xuan mulai bergoyang, pinggang rampingnya meliuk. Ia mengikuti ritme gerakan pria itu, saling memberi dan menerima dengan harmonis, aliran madu musim semi yang deras mengalir di antara pahanya.
Su Nanfeng semakin ganas menusuk. Dengan mengangkat kedua kaki wanita itu ke bahunya, penetrasi menjadi lebih dalam. Setiap dorongannya membuat lututnya semakin menekan "putaran putih" di pangkal paha.
Ekspresi bernafsu Yu Xuan memuaskan hatinya. Dengan kekuatan penuh, ia terus menerus menghujamkan "saudara Su"-nya hingga ke ujung, gerakan monoton seperti mesin pemancang tiang justru memberi kenikmatan tak berkesudahan. Ia berharap bisa terus begini selamanya...
Wu Yuxuan hampir pingsan diterjang gelombang kenikmatan dari Su Nanfeng. Tak berdaya menahan gempuran badainya, yang bisa dilakukannya hanyalah jeritan "Aaaa..." serta... percikan cairan musim semi.
Su Nanfeng menekan tubuh Wu Yuxuan hingga berbaring miring, sementara ia menempel erat di belakangnya. Satu tangan menarik kaki panjangnya untuk memudahkan penetrasi, tangan lain menyelip melalui ketiaknya meraba payudara kecilnya. Serangan ganda ini membuat erotanan terus-menerus keluar dari mulutnya.
Wu Yuxuan tenggelam dalam ombak nafsu yang menggila. Gelombang kenikmatan tak henti menyapu tubuhnya, membuatnya terombang-ambing dalam pusaran hasrat hingga hampir kehabisan napas.
Merasakan reaksi tubuh Yu Xuan, Su Nanfeng tahu gadis itu telah mencapai puncak. Ia mempercepat ritme tusukannya tanpa henti, terus menerus menusuk hingga area sensitif itu benar-benar membengkak dan mati rasa.
Baru saja terbebas dari gelombang orgasme, Yu Xuan dikejutkan oleh Su Nanfeng yang membalikkan posisi. Pria itu menarik pergelangan kakinya ke tepi ranjang, membengkokkan dan membuka kedua kakinya lebar-lebar. Berdiri di lantai dengan ketinggian paha yang sejajar dengan selangkangan gadis itu, ia dengan mudah kembali melakukan penetrasi.
Tubuh Yu Xuan bergoyang naik-turun, kiri-kanan, terdorong dan tertarik dalam posisi yang mengingatkannya pada bayangan menyatu di proyektor waktu itu.
——Persis seperti yang terjadi hari ini...
Ombakan kuat dan hantaman Su Nanfeng membuat tubuh Wu Yuxuan bergoyang mengikuti irama gerakannya. Buah putih yang terkulai seperti tetesan air bergoyang ke depan-belakang memancarkan riak memikat. Rangkaian tusukannya yang tak henti membuatnya hampir tak bisa bernapas, rasa tebal dan kesemutan menyelimuti seluruh tubuh. Suara serak akibat jeritan panjang hanya menyisakan suku kata tunggal "...ah..." yang tersekat di leher.
Gelombang kenikmatan tak berujung datang silih berganti. Wu Yuxuan tak kuasa menahan derasnya arus. Dalam kepasrahan memalukan, tubuhnya bergoyang mengikuti gairah tak kenal lelah pria itu. Di telinganya masih bergema bisikan mesum: "Oh! Kecil manis... ingin terus seperti ini selamanya..."
Su Nanfeng mencapai puncak kepuasan... Tubuh Wu Yuxuan terhempas ke depan hingga torso terjungkal di ranjang, sedangkan kedua kakinya masih dalam posisi berlutut. Pantat mungilnya yang terangkat tinggi memudahkan tusukan dalamnya. Keperkasaan yang membara itu menusuk keras hingga ke pangkal, terus menggila tanpa kenal kenyang.
Merasa takkan bertahan lebih lama, Su Nanfeng menarik diri dari tubuh Wu Yuxuan. Dengan gerakan kasar ia mendorongnya telentang di kasur. Cairan licin di antara paha perempuan itu mempermudah penetrasi terakhir. Satu tangan mencengkeram Salju Berkilau di dadanya, sementara jari lainnya mengangkat dagu: "Apakah Lin Ci pernah memberimu kenikmatan seperti ini?"
Wu Yuxuan sedikit tersadar, menatap Su Nanfeng yang terus bergoyang di atas tubuhnya. Suaranya parau, "Tidak, aku dan Lin Er Shao benar-benar bersih. Aku tidak mencintainya!"
Su Nanfeng sangat puas dengan jawaban Wu Yuxuan. Ia tersenyum dan terus bertanya, "Lalu kau mencintai siapa?"
Wu Yuxuan melirik Su Nanfeng dengan malu. Meski saat ini mereka sedang melakukan hal intim, mengucapkan "aku mencintaimu" tetap membuatnya tersipu. Ia menggigit bibirnya tanpa bicara.
Su Nanfeng takkan melepaskannya tanpa jawaban. Ia mendekat dengan rayuan jahat: "Jika tak mau bicara, kita lanjutkan saja!"
Terus lakukan sampai dia mengatakannya... Lihat saja mana yang lebih keras: mulutnya atau... keperkasaannya!
