Bab 301 Pertukaran Cinta
Tapi meski begitu, apakah berarti dia tidak membutuhkan keluarga?
Keluarganya sendiri tak pernah memberinya kehangatan. Pada dasarnya dia tak punya keluarga, hanya seorang pengembara.
Karena itu dia sangat menolak kata "keluarga", langsung menyentak pergelangan tangan An Ruoqin dan mendorongnya pergi, "Jangan sentuh aku."
An Ruoqin khawatir terjadi sesuatu pada Lin Ci. Dia mengikuti dari belakang, tapi tak ingin membuatnya jengkel, hanya berani menjaga jarak sekitar dua meter.
Di bawah sinar bulan pucat, bayangan Lin Ci terayun-ayun tak stabil. Hatinya terasa terbakar seperti ada amarah yang terpendam tak bisa keluar, membuatnya sangat menderita. Saat berjalan, aroma alkohol naik ke kerongkongan. Tak tahan, dia muntah berceceran.
An Ruoqin mengulurkan tisu ke Lin Ci, tapi sama sekali tidak dihiraukan. Tangan pria itu malah menepis pergelangan tangannya, membuat tisu jatuh menyepi di tanah.
Tatapan Lin Ci yang dingin menyapu ke arahnya, "Jangan ikuti aku."
An Ruoqin mana mau mendengar, melihatnya bangkit dan pergi lagi, dia terus melangkah kecil mengikuti.
Kepala Lin Ci masih berkunang-kunang, setiap benda terlihat berbayang bertumpuk, samar-samar. Ia menggelengkan kepala keras-keras, sedikit lebih sadar. Saat sedang berjalan, tiba-tiba dari depan datang seorang perempuan genit berpinggang ramping seperti ular, tangan mungilnya menepuk bahunya: "Mas, sudah mau pergi? Bagaimana kalau... cari tempat lain untuk bersenang-senang?"
Lin Ci belum sempat menolak, An Ruoqin sudah melesat ke depan, mencengkeram lengan perempuan genit itu dan melemparkannya sambil berteriak: "Perempuan jalang, pergi dari sini!"
Perempuan genit itu kesal, tapi untuk orang seperti Lin Ci yang sudah "ada yang punya" memang tak perlu didekati. Dengan gerutu, dia pergi sambil mengumpat.
An Ruoqin memegang lengan Lin Ci. Ia mendorong, dia maju. Ia mendorong lagi, dia maju lagi. Berkali-kali, dia tak mau menyerah. Lin Ci akhirnya tak kuasa melawan kegigihannya, membiarkannya.
Lin Ci menolak naik mobil pulang. An Ruoqin terpaksa mencari hotel yang layak di sekitar, mengantarnya ke kamar hotel. Saat hampir mencapai ranjang, tubuhnya benar-benar tak sanggup lagi menopang tubuh kekarnya. Lututnya tertekuk, membuat mereka berdua terjatuh ke atas tempat tidur.
An Ruoqin di bawah, Lin Ci di atas. Dia hampir kehabisan napas karena tekanan berat pria itu. Dengan lembut dia mendorong dadanya, tapi ia hanya bergumam beberapa kali tanpa respons lebih lanjut.
Lin Ci terlalu mabuk.
Sejak hubungan terlarang terjadi antara An Ruoqin dan Lin Ci, cintanya menjadi hina. Demi mendapat perhatian pria ini, dia sampai menyuruh orang memata-matai pergerakannya, takut wanita-wanita di sekitarnya akan merenggutnya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasakan ketidakamanan yang menyiksa.
Belakangan ini An Ruoqin terus berusaha mendekatkan diri pada Lin Ci. Mungkin karena mempertimbangkan status hubungan mereka, ia selalu menjaga jarak. Begitu dia mendekat, tembok perlindungannya langsung terbentuk.
Malam ini, kemampuan mereka berbaring di ranjang yang sama dengan pelukannya, sepenuhnya mengandalkan mabuknya. Meski sadar ini hanya mungkin saat ia tak sadarkan diri, dia tetap tamak menikmati kehangatan palsu ini.
"Lin Ci, andai keluarga An dan Lin menjodohkan kita, pasti lebih baik jika aku menikahimu..."
Pikiran itu membuat air mata An Ruoqin tak terbendung. Butiran kristal itu mengalir di wajah ayunya, merembes ke baju di bahu pria itu.
Tangisan tersedu-sedu An Ruoqin mengganggu Lin Ci yang sedang mabuk tertidur lelap. Dengan susah payah ia membuka setengah matanya yang berkabut alkohol, tak mampu melihat wajah si penangis, namun isak tangis itu menyentuh hatinya...
Kedua tangannya menopang tubuh di ranjang sambil membungkuk. Jari-jarinya dengan lembut mengusap air mata di sudut mata An Ruoqin, berbisik menghibur: "Sayang, jangan menangis lagi..."
Kelembutan Lin Ci yang tak biasa ini membangkitkan gairah cinta tersembunyi An Ruoqin padanya. Dengan mata terbuka ia memandangi pria yang berada begitu dekat, jemarinya menyentuh kerutan dahi, hidungnya... Menggambar wajah pria tercinta dengan ujung jari, ia berbisik: "Lin Ci, aku mencintaimu..."
Usai bicara, tangan An Ruoqin menarik kerah baju Lin Ci, menurunkan kepalanya. Bibir merahnya yang bergetar pelan menempel pada helai bibir pria itu.
An Ruoqin hanya ingin mencium Lin Ci. Tapi begitu bersentuhan, tiba-tiba ia memberi respons penuh gairah. Ciuman yang membakar itu membuatnya tak bisa bernapas, tenggelam dalam gelora nafsu tanpa bisa melepaskan diri, menggeliatkan tubuh menanggapi ciuman garangnya.
Kebahagiaan datang terlalu cepat. An Ruoqin sama sekali tak siap. Meski hasil penantian ini agak terlambat, akhirnya tiba juga. Desahnya harum semerbak, sementara nafas membara pria itu menyelinap ke hidungnya, membanjiri seluruh tubuhnya.
Setelah lama bercumbu, barulah Lin Ci melepaskan An Ruoqin. Sorot matanya penuh kehangatan dan gairah: "Katakan kau mencintaiku."
An Ruoqin sedikit memicingkan matanya yang berkilau, "Aku mencintaimu."
Lin Ci kembali menempelkan hidungnya ke hidung An Ruoqin, berulang kali bergumam: "Aku mencintaimu, aku mencintaimu, Yu Xuan, aku mencintaimu..."
Begitu kata "Yu Xuan" terucap, seluruh kehangatan yang dirasakan An Ruoqin seketika lenyap. Hidungnya terasa pedih, air mata langsung mengalir deras. Ia benar-benar mengira penantiannya akhirnya berbuah, mendapatkan cintanya.
——Pada akhirnya, ia hanya menjadikannya pengganti. Bahkan mungkin tidak pantas disebut pengganti, hanya salah mengenali orang saat mabuk. Kelembutan dan kedalaman perasaan yang ditunjukkannya tadi bukan miliknya, melainkan milik wanita bernama Wu Yuxuan.
An Ruoqin menundukkan kelopak matanya, bulu mata panjangnya menutupi kesedihan di matanya. Ia menggenggam tangan Lin Ci dan menaruhnya di dadanya yang berbentuk lengkungan salju. Bibirnya menciumi wajahnya pelan-pelan sambil berlinang air mata: "Ya, aku Yu Xuan. Aku mencintaimu, kau juga mencintaiku, ya?"
Saat mengucapkan kalimat ini, siapa yang mengerti kepedihan dalam hati An Ruoqin? Demi mendapatkan cinta Lin Ci, ia rela menyedihkan diri dengan meminjam nama "Wu Yuxuan".
Lin Ci yang mabuk tak sadar diri, mendengar permintaan "Wu Yuxuan", tangan besarnya yang menutupi Lengkungan Salju-nya mulai meremas perlahan. Erangan menggoda "mm..." darinya bagai dorongan baginya untuk lebih dalam. Telapak tangannya menyusup dari ujung baju menyusuri pinggang rampingnya naik, jari-jarinya langsung menyentuh kontur bra-nya. Meski tak melihat, hanya dengan sentuhan bisa merasakan pola pada bra itu.
An Ruoqin telah siap menggunakan nama "Wu Yuxuan" untuk dinikmati sekali dengan Lin Ci. Dia memancing nafsunya sekuat tenaga, tangan rampingnya cepat menyusup ke celananya, menarik resleting pendek, menggenggam 'pilar naga'-nya mulai menggesek naik-turun. Tak lama 'pilar naga' itu membesar dan mengeras, tangan kecilnya tak mampu lagi melingkarinya.
Napas Lin Ci semakin berat. Embusan udara dari hidungnya panas bercampur aroma alkohol kental membuatnya ikut mabuk. Melihat reaksinya, dia tersenyum puas dalam hati. Gerakan tangannya dipercepat, memuaskannya dengan giat. Ujung jarinya sengaja menyapu kepala 'pilar naga' itu, membuatnya terengah-engah, "Bagus!... Yu Xuan, lebih cepat..."
