Malam Tak Terlupakan ke-303
Mengikuti gerakannya, si mungil di bawah mulai mengeluarkan rintihan rendah penuh nafsu. Dengan susah payah ia menggelengkan kepala berusaha mencari kewarasan dalam kemabukan untuk melihat reaksi wajahnya. Namun sekeras apapun ia berusaha, pandangan tetap kabur. Hanya melalui erangannya ia membayangkan bagaimana sang kekasih tenggelam dalam lautan nafsu. Gerakan pinggulnya semakin cepat, makin cepat, terus dipercepat, hingga akhirnya mendengar erotanan tak terkendali darinya barulah ia melepas ritme gerakan penuh...
"Aaaa...ehaa..." Di bawah gempuran ganas Lin Ci, mulut An Ruoqin tak kuasa mengeluarkan rangkaian erangan erotis. Cairan bening terus-menerupancur deras dari kedalamannya akibat dorongan kerasnya, membasahi area menyatu mereka hingga berkilauan basah.
Tubuh Lin Ci menekan ke bawah ke tubuh "Wu Yuxuan", kedua tangan menutupi kepalanya sambil terus menggesek-gesek dengan cepat, "Yu Xuan, kau begitu ketat..."
Dengan suara serak penuh nafsu, ia memuji gadis yang dikiranya "Wu Yuxuan" penerima kenikmatan pemberiannya.
Pujian yang meluncur dari mulut Lin Ci yang tengah mabuk asmara memang bukan untuk An Ruoqin, namun kenikmatan itu nyata-nyata dirasakan tubuhnya. Perasaan campur aduk: kegilaan, kecemburuan... Meski demikian, ia tetap menyandang nama "Wu Yuxuan" untuk tenggelam bersama dalam lautan nafsu. Air mata mengalir di pelupuk matanya sambil kedua lengan erat merengkuh tubuh pria itu.
Hanyut... biarlah hanyut...
An Ruoqin mengangkat pinggulnya menyambut dorongan keras Lin Ci, mencari kenikmatan dalam kekasaran gerakannya. Sementara itu, Lin Ci menggerutu sambil terus menggoyang, "Sebut namaku, Yu Xuan, sebut namaku..."
Lin Ci tahu persamaan kisah Wu Yuxuan dengan Su Nanfeng, juga tahu betapa seringnya mereka berdua berhubungan. Tapi karena dia memilih untuk menerima cintanya, maka masa lalu dengan pria lain tak lagi penting. Mulai saat ini, dia harus ingat: hanya Lin Ci lah satu-satunya lelakinya.
Kegarangan Lin Ci membuat An Ruoqin tak kuasa menahan decak kagum, terhanyut dalam ritme gerakannya hingga menjerit-jerit menyebut nama: "Aaaa... Lin Ci, kau adalah Lin Ci..."
"Aaa!!"
Setelah An Ruoqin berhasil memanggil nama "Lin Ci" dengan tepat dan lengkap, hal itu membuatnya tersentuh secara emosional. Ia memberikan dorongan terdalam yang membuat perut bagian bawahnya langsung terasa kebas, sensasi itu menjalar hingga ke ubun-ubunnya. Rasa kebas itu mengalir bersama darahnya ke seluruh tubuh, bagai kembang api yang meledak di depan matanya yang mulai buram dan kosong. Bagian terdalamnya berdenyut-denyut hebat, menghisap seluruh batang yang tertanam dalam-dalam, semburan cairan bening yang mengalir membuatnya mencapai puncak untuk pertama kalinya.
Pada saat yang sama, rangsangan yang mengguyur itu membuat Lin Ci berseru kegirangan, "Yu Xuan... Aku mencintaimu!..."
Melihat "Wu Yuxuan" telah mencapai puncak, sementara kontraksi bagian dalamnya tadi memberikannya kenikmatan yang luar biasa, Lin Ci ingin terus mencari kepuasan pada tubuhnya. Ia mempercepat ritme serbuan, mendorong dalam-dalam tubuhnya, bahkan beberapa kali bisa merasakan ujungnya menyentuh serviks...
Dengan raungan liar ia terus menyerbu, kedua tangan mencubit putik merah muda di dadanya, "Panggil namaku!"
“Lin Ci…Aahh…” Tangan kecil An Ruoqin menahan dada Lin Ci, ujung jarinya tak sengaja menyentuh puting batu kerasnya. Gerakan kaku namun menggoda itu memicu gelombang kenikmatan dahsyat, mendorongnya untuk menghujam lebih dalam.
Otot bagian terdalam An Ruoqin mengerut mencengkeram batang Lin Ci, memaksanya terus menerjang maju.
“Aah…ahh…”
An Ruoqin dengan mudah kembali mencapai puncak ekstase…
Badannya lemas tak berdaya usai pertempuran intim. Mata genitnya memandang Lin Ci, merasakan batang perkasa yang masih tertanam. Gelombang hasratnya meluap, tubuhnya menggeliat seperti ular, wajah memerah merengek: “Lin Ci…lagi…aku mau…”
An Ruoqin sudah kecanduan kepuasan terisi penuh ini – sesuatu yang tak bisa diberikan pria manapun. Biarlah ia menyandang nama “Wu Yuxuan”, yang penting malam ini tak terlupakan bersamanya.
——Malam yang hanya milik mereka berdua.
Dengungan rayuan “Wu Yuxuan” menggoda telinga. Lin Ci merangkul tubuh lembutnya, menyilangkan kaki mungil itu di pinggangnya. Dengan gerakan mantap, kedua tangan menggenggam pantat kecil itu mulai menghantam kencang.
“Aahh…ahh-ohh…”
"Setiap dorongan keras Lin Ci menggoda 'Wu Yuxuan' menjadi liar sepertinya, mengendarai dengan kekuatan yang tak sanggup ditahannya. Kepalanya terangkat sedikit oleh gerakannya."
Cairan bening lengket mengalir deras dari tubuh An Ruoqin, dalam sekejap membasahi sprei dan terciprat ke berbagai sudut ranjang saat serbuan Lin Ci.
"Ah──"
Kaki An Ruoqin erat merapat, bagian dalamnya berdenyut-denyut saat mencapai puncak. Tak hanya Lin Ci, bahkan dirinya sendiri terkejut dengan reaksi tubuhnya yang mudah terangsang hanya oleh beberapa sentuhan. Ia terengah-engah, tenggelam dalam kepuasan.
Setelahnya, kaki An Ruoqin lunglai terkulai. Lin Ci masih tak puas menjelajahi lengkungan salju di dadanya, mencium dengan bibir dan lidahnya sambil bergumam: "Kau begitu harum, begitu manis..."
Tangan An Ruoqin mencengkeram lengan Lin Ci, siap menerima dorongan kerasnya. Ia berbisik: "Lin Ci, cintai aku lagi, cintai aku lebih dalam. Aku masih mau!"
Mendengar permintaan 'Wu Yuxuan', pinggul Lin Ci mundur sedikit menarik batangnya keluar dari pintu masuknya, lalu mendorong masuk seluruhnya dengan sekali gerakan.
Sangat keras...
An Ruoqin menghela napas mesra, merasakan kekosongan dalam dirinya telah terisi penuh oleh kehangatan yang membara, kegelisahan di kedalaman tubuhnya menemukan kelegaan.
Karena An Ruoqin telah beberapa kali mencapai klimaks, bagian terdalamnya dipenuhi cairan lengket yang licin. Lin Ci dengan mudah menarik-nariknya, mengayunkan pinggul berototnya dalam ritme gerakan, bagian yang menyatu itu tergelincir dengan memalukan namun menggoda. Mulut kecilnya menghisap erat batang merah membara miliknya, dia memutar pinggang menyesuaikan gerakan sang pria, mata setengah terpejam mengeluarkan erangan mesra: "Lebih cepat... percepat lagi..."
Lin Ci memenuhi permintaannya dengan menggerakkan pinggang, tusukan cepat bertubi-tubi menghujamnya, jari-jarinya memetik puncak merah muda di lengkungan salju itu, membuatnya menjerit tak terkendali.
"Suka dengan caraku?" Lin Ci mempercepat gerakan tangannya.
"Suka..."
Begitu An Ruoqin menjawab, gerakan pinggang Lin Ci tiba-tiba menjadi lebih cepat. Akumulasi kenikmatan di bawah kecepatannya kembali mencapai puncak, dia menjerit histeris: "Aku... aku mau..."
