Bab 308 Apa yang Harus Kulakukan?
Su Nanjing menahan air mata di pelupuk mata: "Aku tidak macam-macam! Kalau kau tak peduli keperawanan wanitamu, kenapa tak mau menciumku? Bukankah Kakak terkenal playboy? Bukankah kau menerima semua wanita? Kau bisa bercinta di ranjang dengan mereka, kenapa tak bisa denganku? Karena aku tak suci lagi, ya?"
"Mereka wanita biasa, sedangkan kau adikku. Jangan disamakan."
Su Nanjing membentak: "Kita sama sekali tak sedarah! Mana mungkin disebut kakak-adik? Aku tak mau jadi adikmu, aku ingin jadi wanitamu!"
Lin Ci mengerti, perkataan tak masuk akal yang diucapkan Su Nanjing sepenuhnya karena luka yang diberikan Guo Chen terlalu dalam. Dia bersikap menghancurkan guci yang sudah retak. Tapi sejak kecil ia selalu memandangnya sebagai adik, bagaimana mungkin ia membiarkan adik kesayangannya perlahan terjerumus ke jurang kehinaan? "Nanjing, kau adalah Nona kedua Keluarga Su yang terhormat. Jangan merendahkan dirimu sendiri."
“Tak seru,” Su Nanjing sedikit meredam emosinya, “sama kaku seperti kakakku yang kolot, cuma bisa mengajari aku dengan pernyataan klise.”
Lin Ci melihat Su Nanjing tak melanjutkan topik ini, menarik napas dalam-dalam, “Kau masih mau makan?”
“Aku ingin minum arak.”
“Tidak boleh!”
Su Nanjing bergumam kesal, berbalik masuk ke kamar tidurnya. Saat pintu terkencang keras, tubuhnya merosot pelan di sepanjang pintu kayu. Kepedihan yang selama ini diredam secara diam-diam tumpah menjadi air mata...
==
Wu Yuxuan mengira setelah kembali ke vila akan menghadapi wajah cemberut Su Nanfeng, bahkan dia sudah memikirkan berbagai cara untuk menghadapi amarahnya. Tapi saat tidak menemukan tanda-tanda kehadirannya di dalam maupun luar vila, dia menghela napas lega. Awalnya ingin menelepon untuk menanyakan keberadaannya, tapi akhirnya mengurungkan niat.
Daripada mencari masalah sendiri.
Wu Yuxuan menyiapkan makanan seadanya, sengaja menyisakan sebagian untuk Su Nanfeng. Setelah kenyang, dia duduk bosan menonton sinetron di ruang tamu. Alur cerita yang terlalu klise membuatnya akhirnya kembali ke kamar mencari pakaian untuk mandi.
Awalnya Wu Yuxuan mengira Su Nanfeng takkan pulang malam ini, namun tak lama setelah berbaring di bak mandi, dia mendengar langkah kaki memasuki kamar. Dari suara langkah yang mantap dan berirama, dia langsung tahu itu Su Nanfeng yang kembali.
Wu Yuxuan segera bangkit, membilas busa di tubuhnya, mengenakan piyama, lalu keluar dari kamar mandi. Begitu pintu kaca buram terbuka, wajah Su Nanfeng langsung menyergap pandangannya. Dengan geram dia berseru, "Kau mengintip aku mandi lagi!"
Lengan panjang Su Nanfeng menarik tangan Wu Yuxuan ke dadanya. Semburan napas panasnya di atas kepala membuat tubuhnya gemetar. Pertanyaannya sudah meluncur, "Sepanjang hari menghilang, ke mana saja?"
Wu Yuxuan mencoba mendorong tubuh Su Nanfeng, namun sia-sia. Akhirnya dia membiarkan dirinya dipeluk. Kelonggarannya malah membuatnya semakin lancang: jari-jarinya yang bercahaya redup menyusuri tulang selangkanya yang seksi, terus merayap ke bawah, membuka tali robe tidur dan menyingkap pakaian yang mengganggu di kulitnya.
Seketika, tubuh putih mulus nan memikat terbentang di hadapannya. Sorot matanya menggelap, seluruh darah mengalir deras ke satu titik.
Meski telah memilikinya ribuan kali, tubuhnya tetap memesona. Setiap inci tubuhnya bisikkan godaan: kulit sehalus mutiara yang membuatnya ingin menghancurkannya dalam gairah...
Tangan kasar Su Nanfeng perlahan meraba sepanjang lekuk tubuhnya hingga ke perut, sensasi lembut dan kenyal yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Terutama saat ini, matanya yang terpejam lemah akibat sentuhannya, bulu mata lentiknya bergetar halus mengungkapkan kepanikan hatinya. Kedua tangannya tiba-tiba menarik kencang gaun tidurnya——
Dia tidak pernah memiliki kebiasaan memakai bra saat tidur. Setelah gaun tidurnya tersingkap, hanya tersisa celana dalam malang yang menutupi area segitiga mempesananya, samar-samar menyembunyikan tempat memalukan yang membara.
Su Nanfeng menunduk, menciumi lehernya. Aroma sabun susu yang baru dipakainya bercampur wewangian alaminya menyergap indera, membakar gairahnya. Tangannya menggenggam Salju Berkilau di dadanya, memijat lembut.
“Ya——”
Tubuh Wu Yuxuan langsung meriang. Tangannya berusaha mengusir telapak tangan nakalnya, namun tubuh kekarnya justru mendesak lebih kuat. Punggungnya terhimpit ke tembok, dingin yang menusuk membuat tubuhnya kembali gemetar.
Wu Yuxuan terjepit di antara tembok dan Su Nanfeng. Saat ia bergerak perlahan, mantel jasnya menggesek kulitnya, membuatnya semakin tak nyaman. Dia mendesah menggoda: "Tak mau..."
Bibir Su Nanfeng bergerak mendekati telinga Wu Yuxuan, berbisik: "Kau jelas-jelas menginginkannya, bukan?"
"Eh..." Kelopak mata Wu Yuxuan bergetar halus. Dari kedalaman hatinya, gejolak keinginan mulai menguar, mendambakan ia melanjutkan...
Bibir Su Nanfeng perlahan menyedot biji telinga Wu Yuxuan yang lembap. Lidahnya yang lincah seperti ular menyusup ke liang telinganya, menjilati tanpa henti. Sensasi hangat di sekitar telinganya membuatnya tak kuasa bergumam: "Jangan sentuh aku—"
Su Nanfeng paham betul hasrat Wu Yuxuan. Tangannya mencengkeram Salju Berkilau dengan tegas, jemari memilin Puncak Merah Muda di atasnya. Tubuhnya gemetar tiba-tiba, mata setengah terpejam menatap wajah pria yang nyaris menempel: "Berhenti memutar..."
Keahliannya terlalu mumpuni sementara tubuhnya terlalu sensitif. Bagaimana mungkin ia menahan serangannya? Jika tak menghentikan gerakannya sekarang, niscaya nafsu dalam hatinya akan meledak. Seperti sebelumnya, ia akan jatuh tersungkur di hadapannya, bahkan memohon dengan tak tahu malu agar ia lebih kasar...
Su Nanfeng memandangi reaksi Wu Yuxuan yang seperti anak kucing dengan puas, sorot mata hitamnya yang dalam berkilauan. "Tahu apa yang akan kulakukan?"
Wu Yuxuan mengangguk patuh, berbisik pelan: "Tahu."
Su Nanfeng mendesak: "Apa yang akan kulakukan?"
Pipi Wu Yu Xuan sudah memerah karena godaannya, suaranya gemetar menjawab: "Aku..."
"Kecil manis...Kau benar-benar bisa menggoda." Senyum puas mengembang di bibir Su Nanfeng, genggaman pada Salju Berkilau-nya bertambah kuat hingga membuatnya terengah. Namun tubuhnya terasa membara.
Merasakan kenaikan suhu tubuh Wu Yuxuan, Su Nanfeng tahu si kecil takkan bisa lolos dari pesonanya. Jari-jarinya terus menekan Salju Berkilau itu, meninggalkan bekas merah di kulit putih lembut, menciptakan aura mesra tak terbendung.
Nafas Wu Yuxuan tersengal-sengal. Bibir Su Nanfeng menyegel mulutnya, lidah panjang yang lincah menjelajah dalam mulut mungilnya. Terlalu asyik dalam kenikmatan yang diberikannya, gadis itu tak menyadari kapan pakaian pria itu terlepas...
