Bab 320 Membelakangi Lagi
Wu Yuxuan sudah kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Aliran hasrat membanjiri setiap sel. Ia merasa tubuhnya mencapai batas maksimal, namun Su Nanfeng masih tak mau melepaskannya. "Su... Su Nanfeng... Masuk ke dalam, ya? Jangan di sini... Jangan..." desisnya merintih.
Harus diakui, melakukan hal paling intim dengan pria itu di pagar balkon memang memberi sensasi tak biasa. Getaran kenikmatan merambat cepat di tubuhnya. Tapi kekhawatiran akan ketahuan terus menghantui. Keberhasilan menyembunyikan aksi mereka sebelumnya tak menjamin keberuntungan kali ini.
Jantung Wu Yuxuan berdegup kencang. Matanya yang berkaca-kaca terus menjelajah ke segala penjuru, memastikan tak ada mata asing yang menyaksikan adegan panas mereka di balkon.
Tiba-tiba Su Nanfeng memberikan tusukan yang dalam. "Ahhh!" Teriakan mesra itu meledak ke angkasa. Tangannya yang berusaha menutup mulut terlambat. Dengan kepala terpelanting, ia melotot ke pria jahat itu. "Su Nanfeng, kau pelan-pelan, pelan-pelan!"
Tangan Su Nanfeng menekan pinggang belakang Wu Yuxuan, menekan tubuhnya hingga membentuk lekukan yang memesona. Tulang kemaluannya menghantam pantat mungilnya, daging lembut di bokongnya bergelombang membentuk lengkungan indah. Ia tak tahan memukul keras pantatnya, meninggalkan bekas jari merah yang jelas di puncak bokongnya yang putih mulus.
Pantat Wu Yuxuan terasa sakit akibat pukulan Su Nanfeng, namun rasa sakit itu tak ada artinya dibanding kenikmatan yang ditimbulkannya. Dengan susah payah ia menahan gelombang nikmat itu, berbisik: "Sudah selesai? Ada orang, sungguh ada orang..."
Su Nanfeng terus mendorong dari belakang cukup lama sebelum membalikkan tubuhnya. Tangan pria itu mengangkat salah satu kaki panjangnya, sementara ciuman berapi-api bertebaran di bibirnya. Perempuan itu mulai melawan, "Su Nanfeng, kapan kau selesai? Cepatlah, aku lelah!"
"Kecil manis, kau selalu begitu menggoda!"
Makna tersirat perkataan Su Nanfeng adalah tak peduli berapa kali ia memilikinya, takkan pernah cukup. Mustahil baginya untuk berhenti sekarang.
Benar saja, detik berikutnya bibir Su Nanfeng sudah berpindah ke leher Wu Yuxuan lalu ke mulutnya. Tangan satunya tak tinggal diam, dengan gerakan perlahan tiba-tiba keras meremas-remas putaran putih di tubuhnya.
Sensasi mematikan yang familiar kembali menyapu Wu Yuxuan, kedua tangannya mencengkeram bahu Su Nanfeng untuk menstabilkan tubuhnya sambil menggeleng: "Tak mau lagi, bolehkah? Pinggangku sangat pegal..."
Jari-jari Su Nanfeng dengan penuh kerinduan memainkan puting merah muda di payudara putih bulat Wu Yuxuan, memberikan kasih sayang yang cukup. Ia puas melihat kilauan warna dalam mata berairnya yang terpengaruh gelombang nafsu, tubuhnya yang lemas tergolek di pelukannya sambil mengerang.
Ia membisik di telinganya dengan lembut: "Kau tak ingin aku lanjutkan?"
Kepala Wu Yuxuan bersandar di lekuk bahu Su Nanfeng, bernafas berat: "Ingin... Tapi bisakah kita masuk? Aku takut terlihat orang, kumohon..."
Saat mengutarakan permohonan hatinya, nada bicaranya seolah berkata "Asal kita masuk, mau dibunuh atau disiksa terserah". Su Nanfeng menggigit telinganya, lidah menjilat cuping telinga yang sensitif, tangan kasar menjelajahi setiap inci kulitnya: "Bisa masuk, tapi kau harus janji dulu - setelah masuk kau yang akan melayaniku."
Wu Yuxuan mengangguk kompromi, menyetujui permintaannya.
Su Nanfeng menggendong Wu Yuxuan masuk kembali, mendudukkan tubuhnya di sofa. Ciumannya yang bergairah menyapu seluruh dirinya, sementara ia melingkarkan tangan di leher pria itu dengan nafas berat.
"Sayang, cepat naikiku!"
Su Nanfeng selalu berani dalam hal ini, ucapannya begitu lancar tanpa malu sama sekali. Wu Yuxuan yang jatuh ke tangannya bagaikan "anak domba" yang akan dimakan "serigala besar" sampai tak tersisa.
Dia berpikir, cepat atau lambat dia akan mati di bawah eksploitasi Su Nanfeng yang tak kenal batas dan tak henti-henti.
Untuk mencari sensasi yang berbeda, Su Nanfeng sementara menarik 'kekuatan'-nya yang bergerigi dan berbahaya dari tubuh Wu Yuxuan. Benda itu kini berkilauan oleh cairan bening dari dalam dirinya, dari sudut pandangnya silau oleh kilauan itu.
Su Nanfeng berbaring nyaman di sofa sambil menunggu "pelayanan" Wu Yuxuan. Ia mengedipkan mata padanya, "Sayang, jangan ingkari janji, kau yang mau naik di atas!"
Ya ampun!!
Wu Yuxuan benar-benar tak paham, mengapa Su Nanfeng begitu terobsesi dengan masalah siapa yang aktif atau pasif. Bagaimanapun ini urusan intim pria-wanita, apa bedanya posisi atas bawah!
Tapi, mengingat sebelumnya Wu Yuxuan sudah berjanji untuk memenuhi keinginannya asalkan tidak dilakukan di balkon, tentu dia tidak akan ingkar janji. Apalagi kenikmatan yang baru saja dirasakannya tiba-tiba terputus saat "tiang kejantanan"nya ditarik keluar. Keinginan untuk mencari kembali sumber kenikmatan itu membuatnya dengan gesit merangkak ke badan pria itu, membuka kedua kaki dan menduduki tubuhnya. Saat tangannya yang mungil baru saja ingin memegang "tiang" itu untuk mengarahkannya ke "pintu masuk"-nya, tiba-tiba pria di bawahnya menyuruh berhenti.
Seruan "berhenti" ini membuat Wu Yuxuan sangat malu - saat ini, tangannya yang kecil masih menggenggam erat "tiang kejantanan" itu dan berusaha memasukkannya ke dalam, sementara "mahkota"nya sudah tersangkut di "pintu masuk" dalam posisi setengah masuk, membuatnya merasa sangat canggung.
Su Nanfeng mengangkat tubuhnya, lebih dulu meremas-remas dua "putaran putih" besar di dadanya, lalu berkata: "Membelakangi dulu baru dimasukkan."
Wu Yuxuan mengerti maksud Su Nanfeng. Pria itu ingin menggunakan gaya "tunggang kuda dari belakang". Awalnya dia menolak permintaan keterlaluan ini, tapi entah mengapa kembali terbujuk rayunya. Dengan patuh dia membalikkan badan, mengulangi langkah sebelumnya dengan memegang "tiang penegak" yang membara itu, mengarahkannya ke "celah" di antara kedua pahanya, lalu perlahan-lahan menurunkan pantat mungilnya...
Wu Yuxuan menyadari, kekar Su Nanfeng telah membesar beberapa tingkat lagi. Saat dia duduk seperti ini, ada rasa gatal dan sakit yang tertahan. Dia benar-benar khawatir tidak bisa menahannya, namun untungnya saat benda tegaknya berhasil menembus lapisan daging lembut yang menghalangi, bagian terdalamnya mengeluarkan banyak cairan bening yang memudahkan benda panjangnya untuk terus merasuk ke dalam.
Wu Yuxuan menggigit gigi, memutuskan untuk langsung menyelesaikannya. Dengan tenaga penuh, pantat mungilnya langsung merosot ke bawah menelan seluruh keperkasaannya ke dalam "mulut kecil"-nya. "Aaa!" teriaknya, "Terlalu besar..."
Tubuh Wu Yuxuan miring ke samping. Jari-jarinya mencengkeram sofa, lehernya mendongak sambil menarik dan menghembuskan napas keras-keras agar bisa sedikit rileks. Tapi begitu teringat benda panjang Su Nanfeng yang masih tertancap di dalam tubuhnya, kegelisahannya kembali memuncak.
Dia meluruskan postur tubuh, menggigit bibir bawah sambil mulai menggerakkan pinggul naik-turun secara perlahan. Gesekan yang memicu kenikmatan membuat pikirannya berkabut. Lekukan pinggangnya bergerak ritmis mengikuti irama, menyelimuti dengan erat hampir tanpa menyisakan celah sedikit pun.
Bagian dalamnya... benar-benar terasa penuh...
