"Bab 322 Tidur Sehari Semalam?"
Wu Yuxuan dan Su Nanfeng bagaikan sepasang angsa berleher terkait, saling menggesek dan bergumul, memiliki tubuh satu sama lain, merasakan detak jantung yang berdegup kencang.
Setiap gerakan berirama Su Nanfeng begitu murah hati, memberikan segala yang terbaik kepada sang wanita. Erangan mesranya yang berliku-liku bersahutan dengan geraman rendahnya bergema di ruang perpustakaan.
Su Nanfeng memandang perut bagian bawah Wu Yuxuan yang datar bagai dataran itu menggembung sedikit. Ia tahu itu adalah "saudaranya" sendiri, senyum puas mengembang sementara tatapannya melanjutkan perjalanan ke bawah, tertambat pada bagian tubuh mereka yang menyatu. Di sana, tempat intimnya basah licin akibat guncangan keras sang pria. Bibir kecilnya sudah memerah dan bengkak akibat gesekan batang kerasnya yang terus hilir-mudik, sesekali menyingkap daging merah segar, percikan cairan yang berubah menjadi busa putih saling menjalin.
Kemanjaannya membuat jakun pria itu berdesir panas, hasrat kembali berkobar sehingga gerakannya semakin kasar.
"Ya ah～Tidak bisa lagi, mau keluar!"
Wu Yuxuan terus menerima guncangan Su Nanfeng. Entah berapa kali tubuhnya diguncang, tiba-tiba mulut kecilnya menyentak kejang. Tangannya mencengkeram sofa panik-panik, semburan cairan bening hangat mengalir deras dari sana. "Ah! Jangan, jangan lagi... sudah sampai!" teriaknya sambil mulutnya menganga.
Saudara kandung Su Nanfeng berada di bagian terdalam Wu Yuxuan. Ia paling paham apakah sang wanita benar-benar mencapainya. Tentu ia tahu masih kurang sedikit pemanasan, atau jika berhenti bergerak sesuai permintaannya sekarang, sang wanita pasti tak bisa mencapai kepuasan penuh.
Tidak! Bagaimana mungkin ia membiarkan gadis baiknya tak merasakan puncak kenikmatan? Ia pura-pura tak dengar jerit tangisnya, terus menusuk dalam-dalam ke rahimnya. Dorongan kasar itu membuat sang wanita menggelengkan kepala putus asa: "Ah! Jangan... jangan ditusuk lagi! Kau menusuknya... tembus! ~Ya ah~"
Sebenarnya, Wu Yuxuan sedang berada di ambang ledakan. Andai Su Nanfeng berhenti sekarang pun, sang wanita pasti menunjukkan kekecewaan. Rintihan "mm-hmm" yang keluar dari bibirnya adalah ekspresi naluriah kenikmatan puncak. Bahkan ia sendiri tak sadar apa yang diucapkannya. Yang ia rasakan hanyalah keperkasaan pria itu yang menyentuh titik terdalam rahimnya. Air mata haru meleleh dari sudut matanya. Sambil menerima dorongan keras itu, tiba-tiba ia mengangkat pinggulnya: "Ya ah... keluar... cairan!"
Mata Su Nanfeng memerah darah. Setiap tusukan diarahkan ke mulut rahimnya, mengguncang pinggang wanita itu tak karuan. Setiap kali penusukan dalam ditarik keluar, cairan bening hangat mengalir deras. Area pertemuan kedua tubuh itu sudah basah kuyup.
Wu Yuxuan membuka mulut mawarnya yang terus memohon pada Su Nanfeng, sementara ia mengerahkan seluruh tenaga untuk membuatnya benar-benar tak terkendali. Gerakan pinggangnya terus bergoyang dan menembus, "Panggil suami! Mintalah suamimu memberimu!"
Wu Yuxuan tenggelam dalam lautan kenikmatan yang tak terbendung. Mendengar perkataan Su Nanfeng, dia patuh sepenuhnya, "Ya... suami, berikan padaku, cepatlah!"
Sialan!
Su Nanfeng mengumpat dalam hati. Tak disangkanya wanita kecil dalam keadaan seperti ini bisa begitu mempesona, hingga membuatnya tak kuasa untuk terus menyerbu berulang kali.
Erotanan Wu Yuxuan semakin menjadi, "Ah... jangan, jangan gerak lagi... aku tidak tahan!"
Perutnya bagian bawah berkedut tak henti, kontraksi ritmis yang mengunci benda perkasa terkubur dalam tubuhnya semakin menggetarkan hingga ke bagian terdalam rahimnya.
Su Nanfeng dengan gairah membara mencium mulut mungilnya sambil terus menggerakkan pinggang. Mulutnya yang tertutup hanya bisa mengeluarkan erangan lembut. Saat bagian terdalamnya tersentuh tak sengaja, seluruh tubuhnya gemetar diserbu gelombang kenikmatan dahsyat yang membuat air matanya mengalir deras.
Dengan penuh kasih sayang Su Nanfeng mencium air matanya. Wanita itu memandangnya dengan mata merah, "Cukup, ya? Aku ingin istirahat sebentar..."
“Su Nanfeng memperlambat sedikit gerakan pinggangnya, mulutnya mengulum ujung merah muda yang tegak di tubuhnya, menghisapnya seperti anak yang kehausan ASI dengan suara decak-decak.”
“Wu! Wu! Tidak, eh ah～”
Su Nanfeng hanya memberikan waktu sejenak bagi Wu Yuxuan untuk menarik napas, lalu segera melanjutkan gerakan yang lebih dalam dan intens. Dengan mata terpejam, ia mempercepat ritme sambil kedua tangan mencengkeram dua gumpalan putih bulat di tubuhnya. Alat vitalnya yang bergerak gagah terus menyodok masuk-keluar di tempat tersembunyi, membuat tubuhnya melengkung berulang kali. Ia tahu sang wanita hampir mencapai puncak, lalu semakin menggila menembus-ditarik dengan kecepatan tinggi, menyasar titik terdalam... Seluruh tubuh Wu Yuxuan seperti tersedot ke dalam pusaran kenikmatan, pikiran yang sudah tak waras, kulit putih salju yang dipenuhi bekas ciuman dan gigitan, ditambah keringat yang mengucur deras, menjadikan penampilannya sangat berantakan.
Gelombang orgasme yang bertubi-tubi membuat tubuhnya terus menggigil. Kedua kakinya melilit erat pinggang pria itu, yang dengan gerakan kasar dan dalam kembali menyelusupkan diri ke liang terdalam rahasianya.
Aaaaaah!
Perut bagian bawah Wu Yuxuan berdenyut-denyut. Tubuh Su Nanfeng tiba-tiba kaku, mendorong dengan kekuatan penuh hingga menancap dalam-dalam, menumpahkan cairan putih membara yang menyembur deras masuk ke rahimnya!
Wu Yuxuan bagai mabuk berat terhanyut dalam dunia ilusi yang diciptakannya. Dorongan-dorongan kasar itu seolah ingin menyatukan kedua tubuh mereka untuk selamanya.
Hingga akhirnya, tubuh yang saling terikat itu gemetar bersama, melepaskan kesempurnaan dari kedalaman jiwa.
Wu Yuxuan juga pingsan total akibat panas yang membara ini...
Entah berapa lama, kesadarannya mulai pulih sedikit. Dalam keadaan setengah sadar, dia merasakan seseorang sedang memegang-megang tubuhnya, air hangat mengaliri sekujur badan. Sisa kesadarannya yang tipis menyadari - dialah yang memandikannya.
Dengan susah payah dia berusaha membuka mata, namun kelopaknya terasa bagai dibebani ratusan ton. Bahkan untuk sekadar menggerakkan jari pun tak ada tenaga.
Wu Yuxuan tertidur sangat lelap, dan sangat lama.
Wu Yuxuan bangkit duduk, menyadari tubuhnya telanjang dengan jejak-jejak Su Nanfeng masih membekas di kulit. Hanya dengan melihat bekas itu saja, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya "pertempuran" mereka.
Mengingat adegan-adegan itu, wajah mungilnya memerah padam. Ia meraih ponsel dan melirik jam.
Seketika jantungnya hampir copot - ternyata dia sudah tertidur selama satu hari satu malam?!
Ya ampun!...
Hari ini hari kerja, tapi jam sudah menunjukkan pukul tiga lebih sore. Sudah terlalu lama dia membolos kerja. Tanpa bisa diam lagi, ditahan-tahan rasa pegal di sekujur badan, dia berganti pakaian dan membeli makanan cepat saji dalam perjalanan ke halte bus.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Wu Yuxuan akhirnya tiba di perusahaan. Begitu masuk, entah karena kenyataan atau hanya perasaannya sendiri, ia merasa tatapan para karyawan perusahaan terasa aneh...
