Bab 328 Keterobohan An Ruoqin
Sekalipun Lin Ci tidak bisa memberikan masa depan pada An Ruoqin, kebahagiaannya terbebas dari cengkeraman kakaknya tetap membuatnya lega. Dengan datar ia berkata: "Selamat."
Ketenangan dalam suara Lin Ci bagai seember air dingin yang memadamkan semangatnya. Hancur, air mata mengalir deras sementara suaranya parau: "Lin Ci, mengapa? Mengapa bagaimanapun caraku, kau tetap tak mau menerimaku?"
"Kau adalah kakak iparku."
"Kakak ipar apaan!"
An Ruoqin melepaskan semua kepahitan yang tertumpuk di hatinya. Demi mencintai pria ini, dia telah menanggung terlalu banyak penghinaan dan penderitaan. Rasa sakit karena mencintai tapi tak terbalaskan seperti api membakar jantung, sungguh tak tertahankan. Namun dia terus bertahan, hanya untuk meraih secercah harapan bersamanya. Kini akhirnya dia mendapatkan surat cerai yang telah ditandatangani Lin Dong, tak ada lagi hubungan dengan Lin Dong, juga bukan lagi kakak ipar Lin Ci. Tapi pria itu tetap menggunakan alasan "kakak ipar" untuk menjauhkannya.
Air mata An Ruoqin semakin deras mengalir tak terkendali. Namun bahkan ini pun tak bisa mendapatkan pelukan hangat dari Lin Ci. Sakit yang menusuk hampir membuatnya sesak napas. Dia mencoba menenangkan emosinya yang kacau, "Lin Ci, apakah alasanmu terus menolakku adalah karena Wu Yuxuan?"
Tatapan An Ruoqin langsung bertemu dengan pandangan Lin Ci. Ia melihat kerinduan di matanya yang ingin mendengar jawaban tulus darinya. Ia tak bisa lagi mengabaikan keberadaan dan pengorbanannya, tapi... "Maaf, kamu tak bisa memberiku perasaan berdebar-debar."
Seketika seluruh tubuh An Ruoqin lunglai. Akhirnya dia merasakan bagaimana bahkan bernapas pun terasa menyakitkan. Surat cerai di tangannya terjatuh ke lantai. Demi mendapatkan secarik kertas ini, dia bahkan membantu Lin Dong menekan Lin Ci tanpa ampun. Tapi yang didapatnya hanyalah kalimat: "Kamu tak bisa memberiku perasaan berdebar-debar."
Rupanya, inilah alasan sebenarnya Lin Ci selalu menolaknya. Bukan soal aturan-aturan duniawi, tapi karena memang tidak mencintainya!
An Ruoqin tiba-tiba menyadari, sesungguhnya Lin Ci bahkan lebih kejam daripada Lin Dong. Paling tidak Lin Dong menunjukkan keinginannya secara terbuka, tidak perlu ditebak. Sedangkan Lin Ci, sejak awal sampai akhir tidak bisa ditembus isi hatinya, jiwanya.
Salah! Salah besar! Orang seperti Lin Ci seharusnya tidak perlu diajak bicara soal perasaan. Dia menyembunyikan sikap memelas yang terus-menerus meminta cinta itu, lalu berkata dingin: "Lin Ci, kau pasti tahu kekuatan Keluarga An-ku. Asal kau mau menikahiku, aku bisa mengerahkan seluruh kekuatan Keluarga An untuk menekan kakakmu sampai tidak bisa bangkit lagi, menjadikanmu penguasa sejati Keluarga Lin. Bagaimana?"
Lin Ci harus mengakui, tawaran awal An Ruoqin sangat menggiurkan. Diam-diam dia memang ingin melampaui kakaknya. Tapi... perempuan ini tetap tidak memahami isi hatinya yang sebenarnya. Tujuannya melampaui kakak bukan untuk kekuasaan di Keluarga Lin, melainkan untuk membuktikan pada ayahnya: Akulah yang paling berbakat! Perhatianmu yang tertuju pada kakak itu salah besar!
Lin Ci sangat paham jalan ini akan menghadapi banyak rintangan, terutama dari ayahnya. Tapi justru karena itulah dia harus terus maju.
Jalan yang ditempuhnya sunyi. Mungkin perjalanan ini tidak akan pernah berujung. Karena itu yang dia butuhkan bukan rekan kerja kompeten, melainkan pendamping setia yang bisa menemani saat lelah, seseorang yang benar-benar memahami isi hatinya.
——Keluarga An di belakang An Ruoqin memang bisa membantunya sukses, tapi An Ruoqin bukanlah pendamping setianya.
Karena itu, semua keuntungan eksternal yang dijanjikan An Ruoqin kepada Lin Ci sama sekali tidak menyentuh hatinya.
Lin Ci tidak ingin An Ruoqin terus tenggelam dalam khayalan perasaan tanpa hasil ini. Dengan mengeraskan hati, ia berkata, "Aku benar-benar tidak mencintaimu."
Setelah mengucapkan itu, ia melangkah pergi.
An Ruoqin terdiam. Ketika tersadar, Lin Ci sudah berjalan beberapa langkah menjauh. Ia berteriak memanggil namanya, namun Lin Ci tidak berhenti sama sekali. Dengan panik ia berkata, "Lin Ci! Jika kau berani melewati pintu gerbang ini hari ini, aku akan bunuh diri di hadapanmu!"
Langkah Lin Ci akhirnya terhenti sebentar. Saat An Ruoqin mulai berseri-seri, tak disangka Lin Ci berkata: "Kalau begitu, matilah kau!"
Tanpa menoleh sekalipun, Lin Ci langsung menuju garasi dan menyetir mobil keluar dari rumah keluarga Lin tanpa rasa sesal.
——Entah apakah ia bisa melihat melalui kaca spion, An Ruoqin terus mengejar mobilnya...
Lin Ci menyetir dengan perasaan sesak tak jelas. Kota sebesar ini, tapi ia tak tahu harus ke mana. Mobilnya melaju terus tanpa henti, memasuki jalan tol, berputar-putar beberapa kali, lalu kembali lagi.
Langit mulai semburat keputihan seperti perut ikan, seluruh cakrawala kelabu seolah akan turun hujan.
Telepon Lin Ci berdering. Ia melihat nama Su Nanjing di layar.
Setelah telepon tersambung, yang berbicara bukan Su Nanjing, melainkan sebuah bar yang buka 24 jam. Pihak bar mengatakan dia mabuk berat terpaksa menghubunginya.
Lin Ci mengemudi ke alamat yang diberikan, melunasi tagihan lalu membawa pulang Su Nanjing ke apartemennya.
Tak lama setelah Su Nanjing berbaring di ranjang, tiba-tiba dia bangun sambil menutup mulut langsung berlari ke toilet. Sambil memeluk toilet, dia muntah "ououou" terus-menerus. Aroma alkohol menyengat menyebar dari toilet, dengan cepat memenuhi udara kamar.
Melihat Su Nanjing yang terjatuh seperti ini, Lin Ci merasa sangat sedih. Hubungannya dengan Su Nanfeng adalah kerjasama sekaligus persaingan, tapi terhadap Su Nanjing, dia tetap memperlakukannya sebagai adik. Perempuan ini mengalami pengkhianatan emosional...
Tiba-tiba, bayangan An Ruoqin dengan wajah yang basah oleh air mata muncul di benak Lin Ci.
Lin Ci berusaha menghapus gambaran tentang An Ruoqin dari pikirannya. Dia mengambil air hangat dan menyuapkan dengan hati-hati sambil mengelus punggungnya: "Nanjing, sudah enakan?"
Su Nanjing membuka mata berkabut alkohol, melihat Lin Ci: "Kak Lin Ci, temani aku minum lagi."
"Kau mabuk. Kembalilah tidur di ranjang."
"Aku tidak mabuk."
Lin Ci menahan tangan Su Nanjing, memaksa mengangkatnya ke ranjang, menarik selimut dan menutupinya: "Kau harus tenang, atau aku akan menghajarmu atas nama kakakmu."
Su Nanjing mabuk parah, pikirannya tak jernih, pendengarannya pun terganggu. Hanya menangkap tiga kata "kakakmu" dari ucapan Lin Ci, seketika membuatnya terdiam ketakutan.
Su Nanjing paling takut pada kakaknya yang selalu mengawasi. Karena tidak mendengarkan nasihat kakak, dia tertipu harta dan tubuh oleh Guo Chen. Jika kakak tahu, pasti akan sangat kecewa padanya.
——Jika kakak tak lagi mencintai dan melindunginya, apa yang harus dia lakukan?
Air mata mengalir di pelipis Su Nanjing. Tangan menggenggam tangan Lin Ci, "Kak kedua, kumohon jangan beri tahu kakakku. Aku mohon..."
