Bab 331 “Kecil manis” dan “Barang”
Lin Ci merenung lama sebelum akhirnya berkata, "Sudah tidak penting lagi."
Tentang pertanyaan yang diajukan Su Nanjing, sebenarnya dia sudah lama memiliki jawabannya. Ini murni karena kehinaan dirinya sendiri yang ingin bertanya lagi, berharap mendengar jawaban berbeda.
Tapi dia lupa, jatuh cinta hanya butuh sekejap, tapi melupakan seseorang membutuhkan seumur hidup.
Dan dirinya, bahkan jika Tuhan memberinya beberapa kehidupan lagi, selama ingatan kehidupan sebelumnya masih tersimpan di pikirannya, dia akan tetap takkan pernah melupakan cintanya pada Lin Ci sampai mati.
Syukurlah, dengan menggunakan nama Su Nanjing untuk mendekati Lin Ci, dia bisa memiliki jarak yang lebih dekat dengannya. Tak perlu lagi melihat wajah dinginnya yang kejam, dia mulai kecanduan perasaan ini.
Dengan nada setengah bercanda, Su Nanjing bertanya: "Kak, kalau kau tidak suka An Ruoqin, bisakah kau mencoba untuk menyukaiku?"
"Aku selalu menyukaimu."
"Yang kumaksud bukan suka antar saudara, tapi suka antara pria-wanita. Kurasa, aku cukup cocok jadi pacarmu."
Lin Ci memandangnya dengan dingin, "Xiao Jing, jangan main-main."
"Baiklah, baiklah, tidak main-main." Su Nanjing tersenyum sumringah, tapi di dalam hatinya sudah penuh rongga berduri. Hatinya benar-benar hanya untuk Wu Yuxuan, tak ada ruang untuk wanita lain manapun.
Tiba-tiba Su Nanjing teringat Wu Yuxuan. Tatapannya beralih ke arah kakaknya Su Nanfeng. Wanita yang berdiri di samping kakaknya bukanlah Wu Yuxuan, melainkan Gu Jingwei...
Dalam cinta yang berjuang dan berusaha, tak hanya dia seorang. Lin Ci, Wu Yuxuan, Gu Jingwei... hampir semua orang tak bisa lepas dari jerat "cinta".
Pemilik tubuh asli Su Nanjing sangat berharap kakak sulung Su Nanfeng dan Wu Yuxuan bisa bersatu, begitu pula Su Nanjing sang inang. Begitu mereka menikah, mungkin Lin Ci akan benar-benar melupakan Wu Yuxuan. Bukankah itu berarti kesempatan untuknya?
Tiba-tiba Su Nanjing merasa perlu membantu Wu Yuxuan melewati segala rintangan. Apa susahnya mengatasi Gu Jingwei...
*
Tapi sebenarnya Wu Yuxuan belum memikirkan Gu Jingwei. Saat ini dia duduk sendirian di sofa vila megah, matanya menatap kaku pintu masuk.
Dihitungnya, sudah hampir satu setengah minggu sejak terakhir melihat pria brengsek Su Nanfeng itu. Selama ini tak ada kabar maupun kehadirannya.
Tanpa Su Nanfeng, Wu Yuxuan gelisah tak karuan. Tak ingin terlarut, dia mematikan TV dan masuk kamar tidur.
Terbolak-balik lama di ranjang, akhirnya matanya terpejam lelap oleh kantuk.
"Tidak tahu sudah berapa lama, Wu Yuxuan merasakan ada tempat yang melesak di sisi ranjangnya. Secara bawah sadar dia tahu Su Nanfeng telah kembali. Dengan menyender, dia menyandarkan lengannya di pinggangnya, menyundul-nyundul dada pria itu sambil bergumam tak jelas: 'Sudah pulih?'"
"Ya."
Su Nanfeng membalas tapi tak kunjung mendengar kalimat kedua dari Wu Yuxuan. Tatapannya menurun, melihat wanita itu tertidur penurut seperti kucing kecil dalam dekapan. Melihat wanita kecil yang lembut seperti giok ini, hatinya dipenuhi kepuasan tak terkira.
Belakangan ini divisi Grup Su mengalami masalah. Ia sibuk mengurus hingga situasi mulai stabil. Kesibukan kerja membuatnya hampir tinggal di kantor, sama sekali tak sempat mengunjungi MiYan, bahkan pulang malam pun tak ada waktu.
Kalau bukan karena hari ini pemakaman An Ruoqin yang mengharuskannya mewakili Keluarga Su hadir, mungkin kesempatan memeluknya ini pun tak akan ada.
Su Nanfeng benar-benar kelelahan. Terutama saat mendengar suara napas halus dan teratur Wu Yuxuan, hatinya menjadi tenang. Perlahan ia pun masuk ke alam mimpi bersama sang kekasih...
Wu Yuxuan baru saja terbangun. Saat membuka mata, wajah tampan Su Nanfeng langsung memenuhi pandangannya. Masih ragu, dia meraba alisnya, hidungnya. Sentuhan nyata ini meyakinkannya bahwa pria di hadapannya benar-benar dirinya.
"Meskipun kejadian itu sudah berlalu cukup lama, setiap kali dia teringat apa yang Lin Fei katakan hari itu, matanya masih terasa perih."
Su Nanfeng melihat wajah wanita kecil itu berubah-ubah antara cerah dan muram, alisnya berkerut halus. Jarinya mengusap ujung hidungnya, "Kecil manis, ceritakan, ada apa denganmu?"
"Tidak ada apa-apa, aku sedang bahagia."
Kebohongan wanita kecil itu langsung terbaca di hadapannya. Dagu pria itu menempel lembut di dahinya, mengancam: "Kalau tidak mau bicara, aku buat kau tak sempat berbicara!"
Usai bicara, tubuhnya bergerak mendekat. Wanita itu langsung merasakan batu keras mengganjal di pangkuannya, seketika dia paham apa itu...
Ya Tuhan, apakah pria ini terlalu mengerikan? Baru bangun tidur sudah begini? Dia ingat dirinya sama sekali tidak melakukan apa-apa...
Wu Yuxuan gemetar mengingat kegarangan Su Nanfeng. Tanpa berani menyembunyikan apapun, dia menceritakan semua rahasia hatinya, termasuk perkataan Lin Fei padanya.
Begitu Wu Yuxuan selesai bicara, udara sekitar tiba-tiba membeku. Di telinganya bergema suara dinginnya: "Jadi, kau percaya?"
Suaranya seperti es abadi.
"Aku... Aku..." Wu Yuxuan hendak membela diri, tapi lidahnya terasa kaku begitu membuka mulut.
Wu Yuxuan sedang bingung, tiba-tiba suara rendah Su Nanfeng terdengar di telinganya. Ia mengangkat pandangan, bertemu sorot mata pria itu yang penuh kedalaman, menggigit bibirnya. Sungguh ingin ia bertanya: Su Nanfeng, kamu ini sakit lupa minum obat ya?!
Detik berikutnya, Su Nanfeng berkata: "Kecil manis, aku sangat senang."
Iya iya, Tuan Su memang senang. Kasihan dia yang terlalu banyak berpikir sendiri.
Su Nanfeng tahu, si kecilnya marah dan cemburu buta karena omong kosong Lin Fei. Selama ini, ia berusaha keras meraih hati perempuan itu.
Sekarang akhirnya usaha tak menghianati hasil...
Bibir Su Nanfeng mencium lembut rambut Wu Yuxuan, "Kecil manis, mulai sekarang jangan percaya apapun yang bukan keluar dari mulutku, ya?"
Hati Wu Yuxuan dipenuhi gelembung merah jambu manis. Kebahagiaan meluap di seluruh tubuhnya, senyum di bibirnya bisa menyaingi cahaya matahari dan bulan.
Wu Yuxuan bernegosiasi: "Tuan Su, bisakah kau berhenti memanggilku 'kecil manis'?"
Panggilan itu terdengar terlalu mesum...
"Hmm?" Nada suara Su Nanfeng naik setingkat, "Memanggilmu 'benda'?"
Wu Yuxuan: ...
Lebih baik tambahkan kata 'kecil' di depan 'benda'.
Masalah panggilan itu sudah tak penting. Wu Yuxuan nyaris menyerah, tapi Su Nanfeng tiba-tiba mengajukan syarat: "Tidak memanggilmu 'kecil manis' juga boleh, tapi kau harus panggil aku suami."
“...”
Ini bukan apa-apa selain memanfaatkan situasi, benar-benar!!
Wu Yuxuan tentu tak mau menuruti, akhirnya membiarkannya: "Suka panggil apa terserah kau."
