BAB 341 ORANG YANG KEHILANGAN KEMANUSIAAN
Su Zhen sangat mahir bermain golf, namun dia tidak bersorak seperti orang lain, ekspresinya tetap datar. Melihat Wu Yuxuan masuk, dia mendekatinya sambil membawa stik golf, "Ada minat mencoba?"
Wu Yuxuan berdiri sekitar tiga meter dari Su Zhen. Mungkin karena waspada terhadapnya, postur tubuhnya menunjukkan kewaspadaan.
Su Zhen tetap tenang, berjalan santai sambil menunjuk bangku di sebelah, mengisyaratkannya untuk duduk.
Wu Yuxuan berkata: "Master Liu, tolong langsung saja. Aku khawatir A Feng akan gelisah jika aku pulang terlambat."
Ucapannya memancing cibir dingin Su Zhen, "Gelisah? Kau pikir Su Nanfeng akan cemas untukmu? Jangan menganggap diri terlalu penting. Dia adalah penerus Keluarga Su, tunangannya Gu Jingwei. Statusmu apa? Sekarang dia memanjakmu, tapi suatu hari jika sudah bosan, kau akan dicampakkan seperti sampah."
Saat memutuskan mengungkapkan perasaan pada Su Nanfeng, Wu Yuxuan sudah siap mental. Maka sindiran menusuk Su Zhen tak melukainya. Dengan tenang dia menjawab: "Bersamanya adalah anugerah. Jika takdir berkata lain, aku tak akan menyesal."
Su Zhen kembali mencemooh dingin, matanya menyoroti tajam, "Kau bicara cinta dengan Su Nanfeng?"
Kepalanya menggeleng, "Dasar wanita bodoh."
“Bodoh atau tidak, itu urusanku.”
“Bisa bertahan begitu lama di samping keponakanku, kupikir kau wanita licik dan lihai. Ternyata aku salah! Tapi sebagai sesepuh, kusarankan kau berpikir realistis. Su Nanfeng itu siapa? Mana mungkin dia menikahi perempuan biasa tanpa background sepertimu. Sekalipun dia mau, Su Ming si tua itu pasti menolak.”
Perkataan Su Zhen kejam, telanjang, blak-blakan, tapi bukankah itu gambaran nyata kondisi Wu Yuxuan?
Su Zhen melanjutkan, “Kebodohan terbesar wanita adalah membicarakan cinta dengan pria. Begitu dia tak mencintaimu lagi, kau akan kehilangan segalanya. Wu Yuxuan, apa kau yakin bisa menanggung akhir yang menyakitkan?”
Pertanyaan hipotetis seperti ini tak ingin dipikirkan Wu Yuxuan. Jika hasil buruk benar-benar menimpanya, itu pilihannya sendiri. Tak ada yang perlu dikatakan.
Dia orang yang berani bertaruh, dan juga berani kalah!
Wu Yuxuan bertanya, “Master Liu, apa maksud sebenarnya dari perkataanmu ini? Lebih baik kau langsung bicara.”
Senyum penuh keyakinan mengembang di bibir Su Zhen, “Wu Yuxuan, bekerja samalah denganku. Mari kita gulingkan Keluarga Su bersama. Begitu aku jadi direktur utama, apa pun yang kau mau akan kuberikan!”
Wu Yuxuan terkejut, tak menyangka ambisi Su Zhen sebesar ini, “Master Liu, bukankah kau juga bagian dari Keluarga Su? Menggulingkan mereka tak akan menguntungkanmu. Yang kau dapat hanya cangkang kosong.”
“Bahkan cangkang pun harus jadi milik Su Zhen!”
“Su Zhen menggunakan nada yang penuh dominasi hingga membuatku tertegun. Aku melihat aura raja yang tak kalah dari Su Nanfeng dalam dirinya, namun aura itu tersimpan rapi seperti tawon beracun—tampak biasa, tapi mampu memberikan pukulan mematikan saat membalas.”
Melihat sikap dingin Su Zhen yang tak mengakui ikatan keluarga, sebuah ide berani muncul di benak Wu Yuxuan, “Apakah Su Nanjing dan Su Nanjie juga ulahmu?”
“Coba tebak?”
Jawaban Su Zhen samar, tidak mengaku maupun menyangkal. Tapi umumnya, tidak menyangkal berarti mengaku. Wu Yuxuan menggigil membayangkan perbuatannya: “Kau gila! Mereka keponakanmu sendiri! Kau tega melakukan ini?! Kau sadar kau telah menghancurkan hidup mereka?!”
“Yang kuinginkan hanyalah hasil. Siapa yang harus dikorbankan dalam proses—itu bukan urusanku.”
Di mata Su Zhen, Wu Yuxuan melihat keserakahan bagai jurang tak berdasar. Aura dingin seperti raja neraka yang memancar dari tubuhnya membuatnya merinding, “Sekalipun aku bisa membantumu, aku tak akan membantu rencana jahatmu. Kau terlalu mengerikan.”
Dia tak tahan berada satu ruangan dengan Su Zhen. Suasana ini membuatnya sesak. Begitu tubuhnya berbalik untuk pergi, Su Zhen menyergap: “Dengan aku di sini, Su Nanfeng tak bisa menyelamatkan Su Nanjie. Tapi kau bisa.”
“Aku?!”
“Bersikaplah baik dan bekerja sama. Aku bisa urus masalah Su Nanjie. Jika Guo Chen benar-benar mati...”
Makna ucapan Su Zhen sudah sangat jelas—dia sedang mengancam Wu Yuxuan. Jika dia tidak bekerja sama, Su Zhen akan membunuh Guo Chen dengan cara yang tak berbekas. Dengan demikian, tuduhan penganiayaan disengaja Su Nanjie akan berubah menjadi pembunuhan. Membawa beban nyawa manusia, mana mungkin bisa diselesaikan dengan mudah.
Sekuat apa pun Keluarga Su, akhirnya takkan bisa melampaui hukum. Apalagi masih ada Su Zhen yang sengaja menghalangi.
Baru membayangkannya saja, Wu Yuxuan sudah gemetar ketakutan. Dia mulai tak mengerti—apakah kekuasaan, uang, dan status benar-benar sepenting itu? Sampai-sampai bisa mengubah manusia menjadi sosok berdarah dingin tanpa perasaan. Di diri Su Zhen, dia melihat bayangan ayahnya sendiri...
—Semuanya. Demi hal-hal duniawi, berubah menjadi orang yang kehilangan kemanusiaan.
Su Zhen berkata: "Aku beri kau waktu tiga hari. Setelah berpikir matang, temui aku."
Wu Yuxuan meninggalkan vila Su Zhen.
Dia paham, alasan Su Zhen memilihnya bukan karena kemampuannya, tapi karena statusnya sebagai orang dekat Su Nanfeng. Pukulan mematikan ini pasti akan menjungkalkan Su Nanfeng sepenuhnya.
Perbuatan Su Zhen membuat Wu Yuxuan tergetar hebat. Saat berjalan sendirian, hembusan angin musim gugur menerpa tubuhnya—rasanya lebih menusuk dari angin dingin musim dingin.
Tanpa disadari, langkah Wu Yuxuan telah membawanya kembali ke vila Su Nanfeng.
Saat masuk ke aula, Wu Yuxuan melihat Su Nanfeng meringkuk di sofa. Ia bahkan tidak melepas sepatu kulit, kedua tangan merangkul dada, tidur dengan posisi terlipat sambil memejamkan mata. Namun bulu mata yang bergetar menunjukkan tidurnya tidak nyenyak.
Wu Yuxuan mengambil selimut wol dan menutupkannya perlahan. Orang yang tertidur ringan itu mendengar suara, membuka celah kecil matanya dan melihat itu dia. Tangan besarnya merangkul tangan kecilnya, lalu ia membalikkan badan dan meletakkan kepalanya di pangkuannya, kembali memejamkan mata.
Su Nanfeng yang dikenal Wu Yuxuan seperti menggunakan cheat - dalam kamus hidupnya tidak ada kata "tidak mungkin". Tapi urusan Su Nanjie sepertinya benar-benar membuatnya menemui tembok besi.
Tampaknya ia sangat lelah.
Tangan Wu Yuxuan memeluk Su Nanfeng dengan lembut. Selain ini, dia tidak bisa berbuat lebih. Pertama kali ini dia merasa begitu tidak berdaya dan lemah.
"Benarkah? Jika aku memberitahumu soal Nanjing lebih awal, mungkin kau tidak akan begitu panik."
Su Nanfeng yang tidak tertidur pulas membuka matanya mendengar kata-kata penyesalannya. "Ini bukan salahmu, jangan menyalahkan diri sendiri."
