Permainan Aneh Apa Lagi Ini
Wu Yuxuan telah menyiapkan pakaian dan air panas untuk Su Nanfeng. Sebelum pria itu selesai membereskan peralatan makan dan naik ke atas, dia sudah lebih dulu mandi dan bersembunyi di balik selimut, berharap bisa lolos dari "hukuman" kali ini.
Tapi perkiraannya meleset. Trik seperti ini mungkin berhasil sekali, tapi tak akan pernah bisa dipakai dua kali di hadapan Su Nanfeng. Dalam kamar tidur yang remang-remang, pria itu berbaring di sampingnya bagaikan siluman malam. Sentuhan mendadaknya membuat seluruh tubuhnya kaku.
Sebelum Wu Yuxuan sempat bereaksi atau melakukan perlawanan, Su Nanfeng sudah menindih tubuhnya. Telapak tangan kasar itu menyusup dari ujung piyama, menjelajahi setiap lekuk tubuhnya yang bergetar.
Tangannya mencoba menghentikan gerakan Su Nanfeng, "Jangan..."
Meski ingin menghindari kontak lebih jauh, nafsu pria yang sudah berhari-hari tak menyentuhnya tak bisa dibendung. Kulit lembut di bawah telapak tangannya membuatnya semakin bergairah. Jari-jarinya menggosok lembut tubuh gemetar itu, membawa hatinya ikut terombang-ambing dalam gelombang nafsu.
Tangan Wu Yuxuan tak mampu menghalangi gerakan Su Nanfeng. Wajah kecilnya dipenuhi panik. Di tengah perlawanannya terhadap sensasi menggelitik yang diberikan pria itu, pikirannya tertuju pada janin dalam kandungannya.
Tangannya makin erat mencengkeram pergelangan tangan Su Nanfeng, suaranya gemetar: "Su Nanfeng, kau...kau mau apa?"
Su Nanfeng menciumi kulit sensitif di belakang telinga Wu Yuxuan dengan bibir panasnya, "Menurutmu aku mau apa?"
Mata hitamnya yang berapi-api menatap Wu Yuxuan, membayangkan cara menyatu dengannya. Nafsu membara, telapak tangannya terus merayap naik mengabaikan tarikan wanita itu. Setiap jejak yang disentuhnya memicu gemetar hebat pada tubuhnya.
Kepanikan membanjiri mata Wu Yuxuan, "Jangan... kumohon jangan."
Pipinya yang semula kemerahan kini pucat pasi. Bibirnya bergetar saat merengek, wajahnya... mirip rusa kecil yang ketakutan.
Tapi bukankah setiap kali mereka melakukan hal ini, reaksinya selalu sama? Pada akhirnya...
Su Nanfeng menarik keras piyama Wu Yuxuan. Beberapa kancing terlepas berhamburan.
Dingin yang menyentuh dada membuat Wu Yuxuan refleks melepas pegangan. Kedua tangannya menyilang menutupi kulit yang terbuka.
Selesai, Su Nanfeng benar-benar bersiap untuk memaksa, apa yang harus dia lakukan?
Seketika itu, Wu Yuxuan terjebak dalam dilema, pikirannya terombang-ambing antara memaksa melakukannya dengannya atau memberitahukan soal kehamilannya.
Saat Wu Yuxuan tengah memikirkan masalah besar ini, sama sekali tidak menyadari kulitnya yang terbuka memamerkan daya tarik memikat di hadapan Su Nanfeng - tulang selangka yang indah, sorot mata jernih bernuansa panik, hingga bibir yang gemetar halus, semuanya bagai pemandangan menggoda baginya.
——Godaan yang membuat Su Nanfeng ingin mengecap keindahannya.
Begitu ide itu muncul di benak Su Nanfeng, tangannya langsung bergerak mengangkat dagunya, bibir hangatnya menyatu dengan bibir mungilnya.
Wu Yuxuan mulai meronta, kedua tangan mendesak, tubuh menggeliat untuk lepas dari cengkeramannya. Tapi telapak tangannya yang besar menekan pinggangnya erat, tangan satunya mencengkeram tengkuknya, seluruh tubuh kekarnya menindih tubuhnya sehingga dia tak bisa bergerak maupun berbicara.
Lidah panjang nan perkasa Su Nanfeng terus mengaduk-aduk dalam mulut mawar Wu Yuxuan, menyampaikan gairahnya sekaligus mengguncang dunia inderawinya.
Merasakan kemabukannya, Su Nanfeng melihat kesempatan itu, satu tangan menarik piyama di kedua bahunya sepanjang lengannya, namun justru menyingsingkan lengan piyama hingga ke siku. Kekuatan tarikan di kedua sisi tetap seimbang, piyamanya seketika berubah menjadi tali yang membelenggu kedua tangannya.
Saat pakaian depan Wu Yuxuan melorot, bahunya yang halus dan berkilau segera memenuhi pandangannya. Sorot matanya menjadi gelap tak terkira.
Tanpa dorongan tangan Wu Yuxuan, tangan Su Nanfeng terbebaskan. Tangannya langsung menyambar putaran putih yang tak terbungkus bra itu. Dengan kerinduan yang terpendam selama beberapa hari, ia meremas-remas putaran putih itu dengan kasar, meninggalkan bekas jari merah di atasnya yang teramat menggoda.
Wu Yuxuan bisa merasakan ujung merah muda di putaran putihnya sedang dijepit antara ibu jari dan jari tengah Su Nanfeng, dipermainkan sepuasnya. Kenikmatan samar merambat dari sana, kepalanya terasa pusing, namun ia juga rakus akan sensasi menggelitik itu. Tapi...
Tidak!
Wu Yuxuan tak pernah sesadar ini. Ia tak boleh mengejar kenikmatan sesaat dengan mengorbankan si kecil di perutnya. Sebagai ibu, ia harus melindungi anaknya. Dengan sisa kesadaran, ia menggigit lidah yang sedang menjelajahi mulutnya sekuat tenaga.
Su Nanfeng mengerang kesakitan dan akhirnya melepaskan bibirnya. Dia terengah-engah seperti ikan yang hampir mati.
Sedikit darah merah segar muncul di sudut mulutnya. Jarinya mengusap lembut, "Kecil manis, beberapa hari tidak menidurimu, main kasar begini ya? Aku temani!"
Kepala Su Nanfeng menunduk, bibirnya mendarat di bahu Wu Yuxuan. Dengan keras dia menggigit, meninggalkan bekas gigi jelas di bahunya.
Bagi Su Nanfeng saat ini, menggigit Wu Yuxuan bukanlah tindakan keji, malah menambah keseruan di antara mereka.
Bahu Wu Yuxuan sakit menusuk sampai membuatnya menarik napas tajam, teriaknya: "Su Nanfeng, kau sinting ya!"
Senyum menggoda merekah di bibir Su Nanfeng, "Siluman kecil mau main kasar, tentu aku temani. Bukan?"
Bibir mungilnya kembali direngkuh. Wu Yuxuan bagai domba tak berdaya tanpa perlawanan. Tubuhnya menggeliat, mencoba menarik tangan dari lengan baju untuk menghalangi langkahnya, tapi gagal.
Tangan Su Nanfeng menarik tali pinggang celana tidurnya ke bawah hingga menyangkut di lutut. Gerakannya yang semakin ke bawah membuat jantung Wu Yuxuan berdebar kencang.
Alarm di kepala Wu Yuxuan berbunyi, "Kau berhenti, tak boleh, cepat berhenti!!"
Air mata membanjiri matanya, pandangan semakin kabur oleh tangisan, namun wajah liar pria itu justru semakin jelas. Hatinya membeku dalam gerakan tak henti-hentinya, air mata di pelupuk mata tak tertahan lagi.
Sudah terlalu lama Su Nanfeng tidak memanjakan Wu Yuxuan. Pikirannya hanya terfokus pada cara menyatu dengannya. Dia tak memperhatikan penolakan di wajahnya. Lagipula dalam hal seperti ini, mulutnya selalu menolak tapi tubuh jujur. Ia hampir mengategorikan penolakannya sebagai mulut dan hati tidak sejalan.
——Siapa suruh dia tak bisa membaca pikiran!
Perlawanannya, jeritannya, permohonannya, serta sikap acuh tak acuhnya membuat hatinya semakin berat, seluruh dirinya putus asa.
Kaki Wu Yuxuan direnggangkan oleh Su Nanfeng. Ia merasakan area sensitifnya menyentuh kepala pilar naga itu. Tak tahan menunggu sedetik pun, ia berteriak: "Aku hamil!"
