Bab 352 Huangquan Biluo Tak Ada Tempat Bernaung!
Hanya satu pikiran yang tersisa di benak Lin Fei: dia harus menghentikan semua ini dan merebut kembali Nanfeng Gege-nya dari cengkeraman wanita hina Wu Yuxuan.
Dialah yang, karena diliputi kecemburuan, melakukan hal-hal yang menyakiti Wu Yuxuan.
Namun meski begitu, Lin Fei tetap tidak menyesali apa yang telah dilakukannya. Sejak berani melakukan, dia sudah siap menanggung semua konsekuensi.
Bahkan jika langit ingin menghukumnya, dia akan menerima.
Tapi, bisakah yang menghukumnya bukan Nanfeng Gege? Bawahannya menggores kulitnya dengan pisau, dia pingsan lalu dibangunkan dengan air dingin, berulang kali memastikannya tetap sadar menahan rasa sakit ini. Namun semua itu tetap tak bisa menandingi kebencian Su Nanfeng padanya.
Saat Nanfeng Gege menatapnya dengan aura dingin, dia merasa seperti berdiri di tepi jurang tanpa dasar. Dan ia berada di belakangnya, dengan dorongan lembut, menjatuhkannya ke dalam jurang kehancuran.
Tiba-tiba, seorang bodyguard di luar masuk dan membisikkan sesuatu di telinga Xiao Hou. Setelah mendengar, Xiao Hou menghadap dan menyampaikan pesan itu pada Su Nanfeng: "Tuan Su, Master Liu bilang, dia menunggumu di luar untuk pulang."
Su Nanfeng menjawab dingin, "Ya." Dia tak menyangka pamannya yang keenam bisa dapat informasi secepat ini. Apakah dengan turun tangan langsung, sang paman mengira bisa melindungi Lin Fei?
Jika bukan karena kejadian sebelumnya dengan Su Nanjing dan Su Nanjie, mungkin Su Nanfeng masih mau menghormati pamannya. Tapi sekarang hubungan paman-keponakan sudah benar-benar retak, untuk apa lagi menghormati paman keenam ini?
Su Nanfeng merasa sudah saatnya menunjukkan sikapnya. Ia telah memiliki rencana dalam hati, lalu berkata pada Xiao Hou: "Pergi berikan jawaban, tunggu sebentar."
Xiao Hou menerima perintah dan segera pergi menjalankan tugas.
Su Nanfeng berdiri, menarik saputangan dari dalam setelan jasnya. Ia mengangkat kaki yang terkena darah Lin Fei, lalu dengan gerakan halus namun penuh jijik membersihkan sepatu kulitnya menggunakan saputangan itu.
Setelah selesai, ia melemparkan saputangan itu ke tubuh Lin Fei tanpa sedikit pun belas kasihan. Dengan suara dingin ia berkata: "Sayang sekali sepatu ini ternoda. Kalau sudah begini, lebih baik jangan dipakai lagi."
Para bodyguard di sekitarnya telah lama mendampingi Su Nanfeng. Mereka paham maksud tersirat dari perkataannya.
Su Nanfeng melangkah keluar dari rumah penduduk. Tak lama setelah ia menjauh, teriakan menyakitkan Lin Fei bergema dari dalam rumah...
Sekitar 200-300 meter dari rumah itu, terparkir sebuah mobil hitam. Su Nanfeng melirik sekilas, lalu berjalan mendekat dengan tangan di saku.
Saat Su Nanfeng mendekat, jendela belakang mobil hitam itu turun. Tampak wajah Su Zhen yang muram dan jahat. Ia berkata dengan nada sindiran: "Rupanya keponakanku ini sangat sibuk."
"Selalu ada hantu pengganggu yang muncul. Baru saja membasmi satu. Pamannya yang keenam tertarik dengan urusan ini?"
Saat Su Nanfeng berbicara, Su Zhen tidak memalingkan pandangannya ke keponakannya, namun ia bisa mendengar nada berbeda dalam suara keponakannya. Menahan amarah di hati, ia berkata dengan tenang: "Aku tidak tertarik pada hantu."
"Lebih baik begitu." Sorot mata Su Nanfeng menancap tajam ke arah Su Zhen, "Keponakan ada permintaan, tidak tahu apakah paman keenam..."
Su Zhen tersenyum tipis: "Kita satu keluarga Su, urusanmu adalah urusanku. Silakan katakan."
"Minta tolong paman keenam membuat pernyataan: Jika ada yang berani menyakiti istri dan anakku, akan kukejar sampai ke liang kubur!"
Suatara suara Su Nanfeng mengguncang hati Su Zhen, namun sebagai orang yang telah melewati badai kehidupan, mana mungkin gentar oleh ancaman kosong, "Permintaan keponakan, paman keenam akan ingat."
"Terima kasih paman keenam."
Sorot mata Su Nanfeng berkilau kompleks. Ia dan pamannya telah memukul genderang perang, pertarungan ini hanya akan berakhir dengan hidup atau mati. Ia tidak takut melawan pamannya, tapi jangan sampai menyakiti orang-orang di sekitarnya.
Sentuh mereka, mati!
Su Nanfeng naik ke mobilnya dan pergi, menuju rumah sakit tempat Wu Yuxuan berada, meninggalkan Su Zhen sendirian.
Baru ketika bayangan mobil Su Nanfeng hilang dari kaca spion mobilnya, Su Zhen menghela napas lega. Tangannya mengusap pelipis yang berdenyut-denyut, memerintahkan anak buahnya untuk masuk ke rumah dan membawa keluar Lin Fei.
Orang yang masuk kembali justru menggotong keluar jasad Lin Fei.
Su Zhen melihat Lin Fei yang nyaris tak bernyawa, seluruh tubuhnya basah oleh darah, daging paha yang terkoyak terlihat mengerikan, terutama di area lututnya di mana urat-urat yang patah tampak samar.
Su Zhen segera membawa Lin Fei ke rumah sakit untuk pertolongan medis. Untungnya Su Nanfeng sejak awal tak berniat membunuhnya, setelah menjalani operasi, nyawanya berhasil diselamatkan.
Namun...
Menurut diagnosis dokter, tulang telapak tangan Lin Fei remuk, persendian di pergelangan kaki dan lututnya hancur akibat pukulan keras, urat kaki yang putus tak mungkin disambung kembali.
Meski nyawanya tertolong, sisa hidupnya harus dihabiskan di kursi roda.
Lin Fei adalah orang yang dipanggil Su Zhen dari luar negeri, awalnya ingin dimanfaatkan untuk kepentingannya. Tapi gadis ini malah terobsesi pada percintaan, berani bertengkar demi Su Nanfeng. Karena sudah tak bisa dikendalikan, bagi Su Zhen dia kini seperti bidak catur yang terbuang.
Tapi Lin Fei tetap cucu perempuan paman Su Zhen, masih ada ikatan darah. Melihat nasibnya yang tragis, rasa iba sempat menggelayut di hatinya, meski hanya sesaat.
Dalam hati ia mengingatkan diri sendiri: untuk mencapai ambisi besar, harus memutus belenggu ikatan keluarga.
Di dunia ini, hanya keuntungan yang paling berharga!
Su Zhen memulai karirnya sebagai anak haram dari Keluarga Su. Posisinya saat ini adalah hasil perjuangan keras. Dalam situasi yang menjanjikan ini, dengan sedikit usaha lagi ia bisa merebut kendali Keluarga Su dari tangan ayah Su Ming. Di momen krusial ini, ia takkan membiarkan hal sepele mengganggu konsentrasinya.
Untuk mewujudkan rencananya, Su Zhen menyuruh orang membuang Lin Fei kembali ke kampung halaman. Hidup atau matinya perempuan itu, bukan urusannya!
**
Wu Yuxuan memang sudah memiliki ancaman keguguran sejak awal dengan posisi janin yang tidak stabil. Fakta bahwa janinnya masih bertahan setelah penyiksaan Lin Fei adalah bentuk kasih sayang langit padanya.
Untuk menstabilkan posisi janin, Wu Yuxuan aktif bekerja sama dengan dokter. Setiap hari ia meminum ramuan obat berbau menyengat dengan rasa pahit - diminum, dimuntahkan, lalu diminum lagi.
Beberapa kali Su Nanfeng ingin menghentikan pengobatan ini melihat penderitaannya, tapi selalu dihalangi olehnya.
——Selama untuk anakku, aku rela melakukan apapun tanpa penyesalan.
Terlalu banyak diminum, Wu Yuxuan langsung muntah hanya karena mencium baunya. Pemandangan ini tertangkap oleh Su Nanfeng yang baru datang. Ia mengerutkan kening, "Sudah, jangan diminum. Aku akan cari cara lain."
Wu Yuxuan tahu Su Nanfeng tak tega melihatnya menderita. Tapi sejak memutuskan mempertahankan janin ini, ia sudah siap mental menghadapi segalanya.
Ia bersikeras terus meminumnya.
Su Nanfeng tak bisa meyakinkannya. Ia mengambil mangkuk obat dari tangan wanita itu, tanpa kerut di dahinya, menyimpan ramuan pahit itu di mulutnya sendiri. Lalu mengangkat dagu sang gadis, menyatukan bibir mereka...
