Bab 357 Pelan-pelan, Takkan Melukai Anak
Setiap kata Su Nanfeng bagai buah manis bergetah. Tiap ucapan menyiramkan rasa manis di hatinya. Ucapannya sederhana tapi berbekas, seolah dia melihat gambaran jelas dalam kata-katanya:
Sinar matahari hangat menyinari sudut taman, seorang ayah menggandeng anak kecil yang baru bisa berjalan. Angin sepoi-sepoi, awan pun bergerak perlahan.
Kepala kecil Wu Yuxuan menggesek dada Su Nanfeng. Beberapa helai rambutnya yang nakal menyentuh ujung hidungnya, membuat tatapannya seperti obor. Matanya yang hitam pekat berkilau bagai bintang di malam hari, menggoda. Bibir tipisnya merekah, "Kecil manis, sudah kubicarakan jangan bergerak sembarangan, lupa ya?"
Wu Yuxuan menengadahkan kepala. Dari sudut pandangnya, terlihat garis rahang Su Nanfeng yang proporsional dengan sedikit janggut pendek yang menambah kesan seksi. Tatapannya terpana ketika pandangan pria itu tiba-tiba turun dan bertemu dengan matanya. Nafas mereka saling menyentuh dalam jarak dekat. Perempuan itu mulai terengah-engah, tubuhnya bereaksi alami terutama di wajah merah seperti apel. "Tuan Su, bisakah Anda melepaskan saya? Berbicara seperti ini agak melelahkan."
"Panggil suami!"
“...”
Perlu tidak perlu selalu diingatkan!
Hatinya Wu Yuxuan hancur berantakan.
Ayolah! Setidaknya Anda ini Yang Mulia Direktur Utama, jaga image yang semestinya. Jangan sampai runtuh.
Sorot mata jernih Wu Yuxuan perlahan berkabut dalam helaan nafas membara Su Nanfeng. Suara mendesah yang menggoda keluar dari lehernya: "Su...suami."
Panggilan "suami" yang lembut dari Wu Yuxuan seakan menusuk hingga ke tulangnya, bagai isyarat terselubung. Sorot mata pria itu makin membara. Telapak tangannya menggosok perlahan punggungnya melalui piyama tipis. Tubuhnya bergetar dalam genggaman itu, membuatnya buru-buru menghentikan gerakan tersebut.
Namun Su Nanfeng sengaja menggoda, setiap kali berhasil menghindar dari tangan mungilnya. Ia mencengkeram dagu Yu Xuan, mengangkat mulut kecilnya, dan menempelkan ciuman tepat di bibirnya. Ciumannya dalam bagai lautan, membara laksana api. Menghadapi pria penuh misteri ini, hatinya melemah, bahkan tak tersisa tenaga untuk melawan, pasrah menerima segala tuntutannya.
Sejak mengetahui kehamilannya, Wu Yuxuan telah melewati masa yang panjang. Selama ini, ia tahu betapa Susahnya Su Nanfeng menahan diri. Tapi bukankah dirinya pun demikian? Ia merindukan belaian, sentuhan, dan kepenuhan dari sang kekasih.
Namun demi jabang bayi dalam kandungan, mereka hanya berani saling bercumbu, tak satu pun tindakan lebih jauh yang dilakukan.
Tangan mungil Yu Xuan mencengkeram baju Su Nanfeng, menikmati permainan lidah panjangnya. Napasnya semakin tersengal, lidah mungilnya mati rasa oleh hisapan pria itu. Tanpa kendali, erotanan pun meluncur dari mulutnya.
Hanya dengan satu erangan itu, nafsu dalam diri Nanfeng langsung berkobar bagai ombak tak terbendung. Tangannya bergerak melawan perintah otak, menarik piyama wanita itu hingga tersingkap dari bahu. Menatap lekuk bahu yang memesona, ia membenamkan wajah di cekungan bahu yang halus, "Kecil manis, bagaimana kau bisa segenit ini?"
Tubuh Wu Yuxuan menegang, dalam gesekan tubuhnya dengan Su Nanfeng, tangannya merangkul leher pria itu, kepalanya menempel di dadanya, bergumam: "Suami, aku mencintaimu."
Mendengar pengakuan tulus dari hati Wu Yuxuan, Su Nanfeng merasa hatinya berdesir, kedua lengannya menguatkan pelukan dan menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapan.
Sepasang kekasih saling berpelukan, tak kuasa menahan diri, atmosfer cinta menguar di antara mereka.
Kebingungan asmara yang tersentuh ini bagai api yang tak terbendungkan.
Wu Yuxuan lunglai bersandar di pelukan Su Nanfeng, merasakan lengan besinya yang kokoh, detak jantung stabilnya. Setiap inci tubuh pria itu memberinya rasa aman tak terhingga. Aroma maskulinnya yang menggoda membuat pikirannya mabuk kepayang.
Ia menengadah melihat ekspresi wajahnya, namun malah terjebak dalam tatapan membara itu.
Empat mata kembali bertaut, atmosfer terlarang semakin memadat. Jantung Wu Yuxuan berdebar kencang bagai rusa ketakutan, gadis itu tak tahu harus berbuat apa.
Suasana terlarang kian mengental, membuat jantungnya berdegup liar seperti ditombak rusa.
Su Nanfeng menangkupkan tangan di wajah Wu Yuxuan, merasakan getaran tubuh putihnya. Napas pria itu mulai tersengal-sengal tak beraturan.
Wu Yuxuan memandangnya dengan malu-malu, pipinya memerah tanpa sepatah kata, jantungnya berdegup kencang, mata indahnya berbinar-binar, pikirannya kosong seketika, sementara di hatinya bergelombang perasaan cemas tak jelas yang bercampur harap dan kerinduan.
Tiba-tiba, ciuman Su Nanfeng menyergap bagai badai, bibir membara itu menyentuh bibir mungilnya. Mulut mawarnya dengan cepat dibuka paksa oleh lidah lincah nan perkasanya, menyusup masuk ke rongga mulutnya.
Ciuman mahir Su Nanfeng membuat tubuhnya perlahan lemas. Seluruh tubuhnya berangsur rileks, semakin tenggelam dalam kenikmatan, hati dipenuhi kebahagiaan yang tak terucapkan.
Tubuh Wu Yuxuan mulai menggeliat tak terkendali, menanggung ciuman Su Nanfeng, helaan napasnya menyemburkan desahan menggoda, lidah harumnya yang licin secara refleks bergeliat, saling menghisap dengan lidah lincah nan dominan yang menyerbu masuk.
Awalnya hanya Su Nanfeng yang aktif mengejar ciuman, namun perlahan berubah menjadi adegan saling berciuman intim antara dia dan Wu Yuxuan. Lidah mereka terus berkejar-kejaran dan berpelukan, suasana mesra seketika memenuhi kamar tidur.
Tepat saat Wu Yuxuan sudah siap untuk bersama-sama tenggelam dalam kenikmatan, Su Nanfeng tiba-tiba melepaskannya. Tatapannya masih membara, napasnya masih tersengal, namun dari urat-urat menonjol di dahinya terlihat ia sedang berusaha keras mengendalikan diri: "Kau sedang hamil, lebih baik kita tidak melanjutkan, khawatir membahayakan anak."
Wu Yuxuan merasa malu dan ragu, wajah kecilnya sudah merah membara, "Dokter bilang, sebenarnya kalau pelan... tidak akan melukai anak..."
Su Nanfeng tak ingin melanjutkan, tapi saat melihat sorot mata Wu Yuxuan yang jernih seperti air, "saudaranya" mulai bergerak. Yang parah, dia tak sengaja menggesekkan bokong kecilnya ke "yang tegak berdiri" miliknya.
Su Nanfeng merasa seperti akan mati!
Ia menghela napas berat, mulutnya kering, sulit bernapas. Bibirnya mendekat, begitu mencium bibir merahnya yang lembut, ia tak bisa mengendalikan diri lagi.
Wu Yuxuan meresponsnya dengan penuh gairah, napas keduanya mulai tak beraturan.
Tangannya yang mungil merangkul, sepuluh jarinya menyelusup ke rambut Su Nanfeng, menahan kepalanya. Lidah mungilnya terus menggoda di dalam mulutnya.
Wu Yuxuan berpikir, pasti aura maskulin Su Nanfeng yang membara membuatnya linglung. Kalau tidak, mengapa dia bisa menjadi begitu liar dan berani, berinisiatif memasukkan lidahnya ke mulut pria itu?
Tubuh Wu Yuxuan merapat ke tubuhnya, tangan terus menggosok otot dadanya yang kekar, menggigit dengan penuh hasrat.
Setelah lama tak berpelukan seperti ini dengan Wu Yuxuan, Su Nanfeng sangat lembut. Dengan hati-hati ia mengecap rasa bibir merahnya, lidah mereka saling melilit, menyerap aroma manis dari mulut mawarnya.
