Bab 359 Pria Ini Terlalu Pandai Merayu
"Setiap dorongan masuk yang perlahan dan lembut dari Su Nanfeng selalu dilakukannya dengan khawatir menyakiti wanita kecil yang dicintainya hingga gila ini. Hatinya bergejolak tak karuan, bahkan gesekan dan tekanan sederhana di antara tubuh mereka sudah mampu memberinya kenikmatan seperti gelombang besar."
Ia sadar, hubungan intim antara dirinya dan sang wanita bukan lagi naluri primitif, melainkan pencarian akan penyatuan multi-level dari fisik, mental, jiwa, dan roh.
Tangan besar Su Nanfeng mencengkeram erat bahu Wu Yuxuan, menggunakan kegairahan yang membaranya untuk menusuk berulang kali dengan kelembutan ekstrem. Sementara itu, pinggangnya bergoyang gemulai menyambut tuntutan sang pria.
Perasaan tak terlukiskan itu datang bergelombang, seolah setiap pori-pori bersorak gembira. Ketenangan yang melampaui kesadaran diri, sementara akal sehatnya telah melayang ke ujung langit, tenggelam dalam kenikmatan.
Tubuh Wu Yuxuan lemas bagai ditelan sensasi listrik, tak lagi mampu mengontrol diri. Pikirannya kosong tanpa sisa, sementara tubuh gioknya mekar sempurna di hadapannya bagai mawar yang mekar.
"Yu Xuan..." Su Nanfeng berbisik memanggil namanya, kedua tangan semakin erat memeluk. Rambutnya yang terurai seperti sutra, kedua kakinya melilit pinggangnya. Setiap gerakan masuk-keluar membuat bokong kecilnya bergoyang, tubuhnya bergesekan pada dada kokoh sang pria.
Tiba-tiba, Su Nanfeng merasakan kontraksi di bagian terdalam Wu Yuxuan. Cairan bening mengalir deras ke miliknya, membuatnya gemetar. Sensasi mengunyah-gigit yang tak terdefinisikan itu hampir menghancurkan kewarasannya.
Wu Yuxuan erangan tercekik, Su Nanfeng menghela napas berat...
Wu Yuxuan telah membuka diri sepenuhnya. Tak ada lagi sisa malu saat ia memamerkan kemanjaannya di hadapannya. Seluruh tubuhnya bergerak lincah menyambut dorongan kerasnya, bahkan mengangkat pantat mungilnya untuk mempermudah petualangannya membajak tanah perawan.
Perlahan ia mulai terbiasa dengan gempuran Su Nanfeng. Di bawah keahliannya, ia menemukan manisnya kue pencuci mulut. Pinggang rampingnya melengkung mencari sudut terbaik untuk menerima pembaptisan, menanti sang pendeta mendorongnya ke puncak tertinggi.
Segala kesopanan telah lenyap. Teriakan riangnya menggema saat ia tercebur ke jurang keserakahan, tak lagi mengenal batas duniawi.
Su Nanfeng menambah kecepatan. Dorongan tebal nan beringas menghantam seperti gelombang pasang. Anggota tubuhnya mati rasa berguncang, lautan kenikmatannya meluap tak terbendung.
Tiba-tiba seluruh tubuhnya kaku melengkung ke belakang. Dengusan erotis keluar dari mulutnya - ia telah sampai. Su Nanfeng tak berhenti, justru mempercepat ritme. Perlahan ia mendorongnya kembali ke puncak bahagia, memperpanjang jamuan surgawi, memberikan suguhan terindah.
Wu Yuxuan terengah-engah, keringat harum membasahi tubuhnya. Tubuhnya bergetar hebat, erotanan-nya terpecah-pecah bagai rasa sakit yang bercampur kenikmatan tak terbendung.
Entah berapa lama kemudian, benda tegak Su Nanfeng tertarik kuat ke bawah. Ia tak kuasa menjerit: "Ah... Kecil manis!"
Gelombang kenikmatan yang tak terbendung meraung menyapu tubuhnya, lapis demi lapis, getaran demi getaran, merangsang jiwa raga keduanya.
Tiba-tiba, cairan musim semi yang pekat memancar deras, bersatu dengan miliknya. Keduanya mencapai puncak secara bersamaan.
Sesaat, Wu Yuxuan kejang-kejang. Bibirnya tergigit menahan baptisan cinta yang menusuk-nusuk.
"Ya ampun..." Langit berputar, bumi berotasi. Wu Yuxuan tenggelam dalam lautan kenikmatan, melupakan ruang-waktu, membiarkan gelora hasrat mengalir melalui urat nadinya.
Simfoni paling indah yang mereka mainkan bersama akhirnya mencapai titik nadanya dengan sempurna.
Su Nanfeng dan Wu Yuxuan berpelukan erat. Getar tubuh mereka yang masih gemetar berbagi afterglow, menyampaikan rindu yang tak terucap.
Persetubuhan ini bagai angin sepoi-sepoi dan hujan rintik-rintik. Setiap gerakan teratur namun tetap memberi sensasi baru bagi Wu Yuxuan.
“Setelah sekali merasakan kenikmatan, Wu Yuxuan langsung terlelap dalam mimpi. Keesokan harinya saat terbangun, Su Nanfeng sedang berdiri di depan cermin merapikan pakaiannya, mulai dari kerah hingga meratakan lipatan kecil di lengan bajunya.”
“Setelah selesai berpakaian, ia berbalik badan dan melontarkan sorotan mata menggoda ke arah Wu Yuxuan yang masih duduk di ranjang dengan ekspresi bingung seolah bertanya 'Siapa aku? Apa yang kulakukan? Di mana aku?', 'Sayang, bangunlah untuk sarapan. Sudah kusuruh orang menyiapkannya.'”
“Su Nanfeng pertama-tama membuka tirai jendela hingga sinar matahari masuk menerangi ruangan, kemudian kembali ke tepi ranjang untuk memegang kaki kecilnya dan mengenakan sepatu untuknya.”
“Telapak tangannya yang lebar dan hangat membuatnya ketagihan akan perasaan dimanja seperti ini. Dengan lembut ia merapikan kerah bajunya yang kusut, lalu menggenggam kaki mungilnya untuk mengenakan sepatu. Kehangatan telapak tangan besarnya terasa begitu intens.”
“Setelah membantu Wu Yuxuan mengenakan sepatu, Su Nanfeng melanjutkan ke kamar mandi untuk mengoleskan pasta gigi pada sikatnya. Wu Yuxuan menatapnya, 'Hal-hal kecil seperti ini bisa kulakukan sendiri. Kamu tidak takit aku jadi tidak bisa apa-apa?'”
“'Justru bagus, aku tak perlu khawatir istriku kabur lagi.'”
“Mulai lagi ucapan yang ingin dipukul!... Pipi Wu Yuxuan memerah sambil mendorongnya keluar kamar mandi: 'Pergi sana! Siapa istri kamu? Tidak tahu malu!'”
Setelah Wu Yuxuan mendorong keluar Su Nanfeng, ia tiba-tiba kembali dan mencium dengan keras dahinya, baru pergi setelah berhasil. Area yang diciumnya terasa gatal dan sedikit kebas...
Setelah sarapan, Su Nanfeng duduk sendirian di sofa ruang tamu membaca koran. Wu Yuxuan melihat jam, sudah lewat sembilan dan ini hari kerja, mengapa ia masih di rumah?
Jari-jari Wu Yuxuan menyentuh bahunya, "Cepat pergi bekerja."
Su Nanfeng meletakkan koran, telapak tangan menggenggam tangan kecilnya, "Hari ini tidak pergi."
Sebenarnya sejak Wu Yuxuan hamil, Su Nanfeng sering mangkir kerja. Ia menghabiskan hari di rumah, menemaninya menonton TV membosankan, jalan-jalan, bahkan tidur siang bersamanya. Kehidupan sederhana tanpa intrik bisnis, hari-hari berlalu nyaman.
Wu Yuxuan menarik lengan Su Nanfeng mencoba membangunkannya, tapi pria ini jelas tak tergoyahkan. "Kenapa tidak kerja? Kalau tidak kerja, siapa yang mencari nafkah?"
Su Nanfeng merintih-rintih tak mau bangun, "Aku tetap bisa menghidupi kalian berdua tanpa kerja. Tak mungkin aku kerja tiap hari, siapa yang menemani kalian?"
Wu Yuxuan baru menyadari, pria brengsek ini bukan hanya jago berlagak bajingan, tapi juga mahir berlaku seperti anak manja.
Tak disangka Young Master Su juga punya sisi menggemaskan. Ia tak bisa menahan tawa.
Su Nanfeng tidak pergi bekerja ada alasannya. Hari ini adalah hari Wu Yuxuan melakukan pemeriksaan kehamilan. Ia ingin menemani sang istri. Mengetahui alasan ini, wanita itu sangat tersentuh.
Pria ini terlalu memikat...
Yang menjemput secara alami adalah Paman Wang, tetapi yang dikendarai bukan mobil bisnis model Su Nanfeng melainkan mobil rumah yang nyaman. Dua pengasuh berpengalaman mendampinginya - direkrut dengan gaji tinggi khusus untuk merawat kebutuhan hariannya.
Apakah benar-benar memperlakukannya seperti penyandang disabilitas berat?
Tapi Wu Yuxuan sebenarnya memahami Su Nanfeng. Katanya, ia sudah menunggu lama kelahiran anak ini. Gerakan-gerakan kecil sehari-hari cukup menunjukkan betapa ia menyayangi calon bayi ini.
